Tolong dong buat cerita tentang peribahasa ini 1. Panas setahun terhapus hujan sehari 2. Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung
Makasih, tolong ya kak
alvins
Antara Panas Setahun dan Hujan Sehari Bismillahirrahmanirrahim Salah satu peribahasa yang dijarkan sewaktu saya masih duduk dibangku sekolah dasar adalah, “Panas setahun dihapuskan oleh hujan sehari.” Pada buku kamus peribahasa karya J.S. Badudu, peribahasa ini artinya, “ Kebaikan yang telah bertahun-tahun terhapus oleh kesalahan yang hanya sekali dibuat.” Pada keseharian, rasanya peribahasa ini lebih sering terjadi sebaliknya, keburukan bertahun-tahun, hapus oleh beberapakali kebaikan. Fenomena ini acapkali terjadi menjelang pemilu. Saat-saat kampanye, konstituen seolah raja yang selalu disanjung, didengar pendapatnya. Setelah usai pesta pora, dilupakan nyaris tanpa pernah ditengok lagi. Mulalailah sang politikus menumpuk kejahatannya dengan ingkar janji. Proses sengaja melupakan ini berlangsung hingga menjelan putaran kampanye pemilu berikutnya. Kembalilah sang politikus pada masyarakat yang dianggap pemilihnya. Dengan topeng kebaikan tentu. Masyarakat yang semula mengecam, karena merasa ditinggalkan, perlahan mencair oleh kebaikan yang ditampilkan. Hingga hasil pada proses pencoblosan, sang politikus kembali menang, lalu mulai kembali proses melupakan dengan dilanjutkan dengan proses pencitraan menjelang pemilu. Begitu berulangkali. Sekejap pencitraan, menghapuskan sekian lama pelupaan yang disengaja.
Bismillahirrahmanirrahim
Salah satu peribahasa yang dijarkan sewaktu saya masih duduk dibangku sekolah dasar adalah, “Panas setahun dihapuskan oleh hujan sehari.” Pada buku kamus peribahasa karya J.S. Badudu, peribahasa ini artinya, “ Kebaikan yang telah bertahun-tahun terhapus oleh kesalahan yang hanya sekali dibuat.”
Pada keseharian, rasanya peribahasa ini lebih sering terjadi sebaliknya, keburukan bertahun-tahun, hapus oleh beberapakali kebaikan. Fenomena ini acapkali terjadi menjelang pemilu. Saat-saat kampanye, konstituen seolah raja yang selalu disanjung, didengar pendapatnya. Setelah usai pesta pora, dilupakan nyaris tanpa pernah ditengok lagi. Mulalailah sang politikus menumpuk kejahatannya dengan ingkar janji.
Proses sengaja melupakan ini berlangsung hingga menjelan putaran kampanye pemilu berikutnya. Kembalilah sang politikus pada masyarakat yang dianggap pemilihnya. Dengan topeng kebaikan tentu. Masyarakat yang semula mengecam, karena merasa ditinggalkan, perlahan mencair oleh kebaikan yang ditampilkan. Hingga hasil pada proses pencoblosan, sang politikus kembali menang, lalu mulai kembali proses melupakan dengan dilanjutkan dengan proses pencitraan menjelang pemilu. Begitu berulangkali.
Sekejap pencitraan, menghapuskan sekian lama pelupaan yang disengaja.