Dalam kasus ini, selama persilangan antara semangka bulat hijau (BBHH) dengan semangka lonjong kuning (bbhh), kita dapat menentukan rasio fenotipe pada generasi F2 menggunakan hukum pewarisan Mendel.
Langkah pertama adalah menentukan semua kemungkinan genotipe yang mungkin untuk generasi F1. Kita tahu bahwa F1 dihasilkan dari persilangan BBHH dengan bbhh, sehingga semua kombinasi genotipe yang mungkin pada F1 adalah BbHh.
Kemudian, setiap individu F1 memiliki potensi untuk menghasilkan gamet B, b, H, atau h. Karena BbHh pada F1 adalah heterozigot, maka setiap gen akan terpisah dalam proses meiosis dan semuanya akan menghasilkan dua kemungkinan gamet yang berbeda, masing-masing dengan probabilitas 1/2.
Jadi, kita dapat menentukan kemungkinan kombinasi fenotipe pada generasi F2 menggunakan aturan perkalian. Dalam hal ini, kita akan mempertimbangkan dua karakteristik yaitu bentuk (bulat atau lonjong) dan warna (hijau atau kuning).
Bentuk:
- Genotipe BB dan Bb akan menghasilkan fenotipe bulat, sedangkan genotipe bb akan menghasilkan fenotipe lonjong. Oleh karena itu, ada dua kemungkinan fenotipe bagi karakteristik bentuk pada F2.
Warna:
- Genotipe HH dan Hh akan menghasilkan fenotipe hijau, sedangkan genotipe hh akan menghasilkan fenotipe kuning. Oleh karena itu, ada dua kemungkinan fenotipe bagi karakteristik warna pada F2.
Karena karakteristik bentuk dan warna pada semangka adalah independen satu sama lain, kita dapat mengalikan kedua kemungkinan fenotipe bersama-sama untuk mendapatkan rasio fenotipe pada F2.
Jadi, rasio fenotipe pada F2 adalah sebagai berikut:
- 1/4 bulat hijau (BBHH)
- 1/4 bulat kuning (BBhh)
- 1/4 lonjong hijau (bbHH)
- 1/4 lonjong kuning (bbhh)
Dalam bentuk pecahan, rasio fenotipe pada F2 adalah 1:1:1:1.
Jawaban:
Dalam kasus ini, selama persilangan antara semangka bulat hijau (BBHH) dengan semangka lonjong kuning (bbhh), kita dapat menentukan rasio fenotipe pada generasi F2 menggunakan hukum pewarisan Mendel.
Langkah pertama adalah menentukan semua kemungkinan genotipe yang mungkin untuk generasi F1. Kita tahu bahwa F1 dihasilkan dari persilangan BBHH dengan bbhh, sehingga semua kombinasi genotipe yang mungkin pada F1 adalah BbHh.
Kemudian, setiap individu F1 memiliki potensi untuk menghasilkan gamet B, b, H, atau h. Karena BbHh pada F1 adalah heterozigot, maka setiap gen akan terpisah dalam proses meiosis dan semuanya akan menghasilkan dua kemungkinan gamet yang berbeda, masing-masing dengan probabilitas 1/2.
Jadi, kita dapat menentukan kemungkinan kombinasi fenotipe pada generasi F2 menggunakan aturan perkalian. Dalam hal ini, kita akan mempertimbangkan dua karakteristik yaitu bentuk (bulat atau lonjong) dan warna (hijau atau kuning).
Bentuk:
- Genotipe BB dan Bb akan menghasilkan fenotipe bulat, sedangkan genotipe bb akan menghasilkan fenotipe lonjong. Oleh karena itu, ada dua kemungkinan fenotipe bagi karakteristik bentuk pada F2.
Warna:
- Genotipe HH dan Hh akan menghasilkan fenotipe hijau, sedangkan genotipe hh akan menghasilkan fenotipe kuning. Oleh karena itu, ada dua kemungkinan fenotipe bagi karakteristik warna pada F2.
Karena karakteristik bentuk dan warna pada semangka adalah independen satu sama lain, kita dapat mengalikan kedua kemungkinan fenotipe bersama-sama untuk mendapatkan rasio fenotipe pada F2.
Jadi, rasio fenotipe pada F2 adalah sebagai berikut:
- 1/4 bulat hijau (BBHH)
- 1/4 bulat kuning (BBhh)
- 1/4 lonjong hijau (bbHH)
- 1/4 lonjong kuning (bbhh)
Dalam bentuk pecahan, rasio fenotipe pada F2 adalah 1:1:1:1.
Verified answer
Penjelasan:
marah? itu tugas lu ini udah gw bantu lo, coba belajar pake otak biar besok bisa ASPD kagak cuma nyontek