achmadsyaifullah
Kematian adalah riwayat keberangkatan Kami relakan kau kembali Mau menyetubuhi tanah merah Kekasih kekal yang kau rindui Dahulu antara terik dan dingin kabut dilembah dan bukit Lembang Kau saksikan tawa anak-anak desa Perempuan dalam kelakar kebimbangan Sementara kutatap kesedihan menyelimuti kelopakmu di ujung senja muramAku tak tahu yang kau membisu Tanganmu yang sudah lama lelah Mencatatkan riwayat riwayat dari kemiskinan kaum tani pedesaan Orang-orang yang dibodohkan Dirampas tanah dan penghidupan Demi ambisi membangun peradabanKau berdiri kaku gemetaran di sisi bayi yang kurang gizi ibu hamil yang lunglai Dengan isak tertahan tak cukup suguhkan makananan Maka kau pulang ke peraduan dengan sebendel kenyataan di atas tumpukan buku-buku teorimu tak cukup, dan selalu kurangBuku-buku penuh nafsu tak cukup lepaskan gelisahamu maka kau susun sendiri segepok pemahaman agar engkau bisa mendamaikan kenyataan Tentang ribuan orang desa yang kelaparan gagal panen dan perlahan melarat dalam ketimpangan tanah liatKau tangisi sepanjang malam-malammu Nasib yang bukan nasibmu Lalu kau tanyakan pada dinding ruang kerjamu pada jam dinding using; pada buku-buku pada segepok cerita peradaban masa lalu Dan mereka tetap diam lebih kelam dari nyeri yang kau tanggung sendiri Jalan aspal di tol memanjang menuju rumahmu adalah pemakaman bagi riwayat kebengisan Atas nama pembangunan ribuan orang dilumpuhkan dan kau kesepian; sendirian
wahyuaditama
Ohh profesor engkaulah yg mengajariku engkaulah yg mengajariku di alam ini engkau memberikan yg terbaik padaku demi masa depan ku di dunia ini ohh profesor kau mengajarkan fisika kimia dll kau selalu berkorban demi diriku hingga keringatmu itu hingga menetes walau aku kadang nakal dan usil padamu ohhh profesor kau pasti senang menjadi itu karena engkau cita -cita yg mulia jadi engkau lah yg berjasa demi negara yg di sayang ohhh profesor kaulah yg terbaik demi bangsamu ygdi cinta kaulah penerus pahlawan kita kita pun bisa meneruskan karena jasa profesor ILOVE YOU profesor
Kami relakan kau kembali
Mau menyetubuhi tanah merah
Kekasih kekal yang kau rindui Dahulu antara terik dan dingin
kabut dilembah dan bukit Lembang
Kau saksikan tawa anak-anak desa
Perempuan dalam kelakar kebimbangan
Sementara kutatap kesedihan
menyelimuti kelopakmu di ujung senja muramAku tak tahu yang kau membisu
Tanganmu yang sudah lama lelah
Mencatatkan riwayat riwayat
dari kemiskinan kaum tani pedesaan
Orang-orang yang dibodohkan
Dirampas tanah dan penghidupan
Demi ambisi membangun peradabanKau berdiri kaku
gemetaran di sisi bayi yang kurang gizi
ibu hamil yang lunglai
Dengan isak tertahan
tak cukup suguhkan makananan
Maka kau pulang ke peraduan
dengan sebendel kenyataan
di atas tumpukan buku-buku teorimu
tak cukup, dan selalu kurangBuku-buku penuh nafsu
tak cukup lepaskan gelisahamu
maka kau susun sendiri segepok pemahaman
agar engkau bisa mendamaikan kenyataan
Tentang ribuan orang desa yang kelaparan
gagal panen dan perlahan melarat
dalam ketimpangan tanah liatKau tangisi sepanjang malam-malammu
Nasib yang bukan nasibmu
Lalu kau tanyakan pada dinding ruang kerjamu
pada jam dinding using; pada buku-buku
pada segepok cerita peradaban masa lalu
Dan mereka tetap diam
lebih kelam dari nyeri yang kau tanggung sendiri Jalan aspal di tol memanjang menuju rumahmu
adalah pemakaman bagi riwayat kebengisan
Atas nama pembangunan
ribuan orang dilumpuhkan
dan kau kesepian; sendirian
ILOVE YOU profesor