Tolong buatkan kerangka teks tanggapan kritis tema pendidikan, satu paragraf cukup diwakilkan satu kalimat saja, minimal 5 paragraf, tolong nanti maghrib dikumpulkan
alayyadhiyaul
Pelajar BermotorEvaluasi: Era globalisasi membuat banyak perubahan, termasuk mudahnya berbagai jenis transportasi canggih masuk ke dalam negeri. Hal ini membuat berbagai tren baru muncul di kalangan remaja. Salah satunya, yaitu tren pelajar mengendarai motor ke sekolah. Ada banyak alasan yang membuat pelajar mengendarai motor ke sekolah, padahal mereka tahu itu adalah sebuah pelanggaran.
Deskripsi: Fenomena pelajar mengendarai motor ke sekolah tidak hanya terjadi di daerah perkotaan, namun juga di desa-desa terpencil. Mereka cenderung ingin selalu tampil up to date agar mereka tidak dikatakan ketinggalan zaman. Alasan yang semakin memperkuat adalah karena orang tua mereka sibuk dengan pekerjaan yang padat. Kesibukan orang tua membuat mereka tidak bisa meluangkan waktunya untuk mengantar dan menjemput anaknya bersekolah.
Dalam tren pelajar mengendarai motor ke sekolah memunculkan berbagai pendapat tentang kelebihan dan kekurangannya. Ada yang berpendapat bahwa berkendara motor sendiri ke sekolah lebih praktis, hemat waktu dan efisien. Siswa tidak perlu menunggu jemputan atau kendaraan umum yang lewat. Selain itu, mereka juga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk tarif kendaraan umum yang mereka tumpangi.
Pendapat lain mengatakan bahwa mengendarai motor ke sekolah dapat melatih kemandirian anak karena siswa bisa langsung berangkat dan pulang sekolah sendiri. Hal ini mengurangi ketergantungan mereka terhadap orang tua. Selain itu, tanggung jawab mereka akan terlatih terhadap motor yang dibawanya.
Namun berbagai anggapan miring mengenai tren ini pun bermunculan. Sebagian besar pelajar yang mengendarai motor merupakan remaja di bawah umur yang belum memiliki SIM sehingga dapat dikatakan mereka melanggar peraturan. Banyak pelajar yang mengendarai motornya dengan ugal-ugalan, terkadang membahayakan pengguna jalan lainnya. Penggunaan motor oleh remaja juga banyak mendukung terjadinya penyimpangan. Penyimpangan ini biasa terjadi pada saat pulang sekolah. Biasanya para pelajar yang mengendarai motor sendiri tidak langsung pulang, tetapi mereka nongkrong terlebih dahulu.
Penegasan Ulang: Dengan demikian, penggunaan sepeda motor seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan remaja. Para pengendara motor harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Persyaratan tersebut meliputi umur minimal 17 tahun, telah lulus uji mengendarai sepeda motor, dan telah memiliki SIM dan STNK. Pengawasan pelajar yang mengendarai sepeda motor ke sekolah harus maksimal. Pengawasan ini harus dilakukan tidak hanya oleh orang tua, tetapi juga aparat keamanan lalu lintas, masyarakat, juga guru agar hal-hal yang tidak diinginkan dari pelajar yang mengendarai sepeda motor tidak akan terjadi.
Era globalisasi membuat banyak perubahan, termasuk mudahnya berbagai jenis transportasi canggih masuk ke dalam negeri. Hal ini membuat berbagai tren baru muncul di kalangan remaja. Salah satunya, yaitu tren pelajar mengendarai motor ke sekolah. Ada banyak alasan yang membuat pelajar mengendarai motor ke sekolah, padahal mereka tahu itu adalah sebuah pelanggaran.
Deskripsi:
Fenomena pelajar mengendarai motor ke sekolah tidak hanya terjadi di daerah perkotaan, namun juga di desa-desa terpencil. Mereka cenderung ingin selalu tampil up to date agar mereka tidak dikatakan ketinggalan zaman. Alasan yang semakin memperkuat adalah karena orang tua mereka sibuk dengan pekerjaan yang padat. Kesibukan orang tua membuat mereka tidak bisa meluangkan waktunya untuk mengantar dan menjemput anaknya bersekolah.
Dalam tren pelajar mengendarai motor ke sekolah memunculkan berbagai pendapat tentang kelebihan dan kekurangannya. Ada yang berpendapat bahwa berkendara motor sendiri ke sekolah lebih praktis, hemat waktu dan efisien. Siswa tidak perlu menunggu jemputan atau kendaraan umum yang lewat. Selain itu, mereka juga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk tarif kendaraan umum yang mereka tumpangi.
Pendapat lain mengatakan bahwa mengendarai motor ke sekolah dapat melatih kemandirian anak karena siswa bisa langsung berangkat dan pulang sekolah sendiri. Hal ini mengurangi ketergantungan mereka terhadap orang tua. Selain itu, tanggung jawab mereka akan terlatih terhadap motor yang dibawanya.
Namun berbagai anggapan miring mengenai tren ini pun bermunculan. Sebagian besar pelajar yang mengendarai motor merupakan remaja di bawah umur yang belum memiliki SIM sehingga dapat dikatakan mereka melanggar peraturan. Banyak pelajar yang mengendarai motornya dengan ugal-ugalan, terkadang membahayakan pengguna jalan lainnya. Penggunaan motor oleh remaja juga banyak mendukung terjadinya penyimpangan. Penyimpangan ini biasa terjadi pada saat pulang sekolah. Biasanya para pelajar yang mengendarai motor sendiri tidak langsung pulang, tetapi mereka nongkrong terlebih dahulu.
Penegasan Ulang:
Dengan demikian, penggunaan sepeda motor seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan remaja. Para pengendara motor harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Persyaratan tersebut meliputi umur minimal 17 tahun, telah lulus uji mengendarai sepeda motor, dan telah memiliki SIM dan STNK. Pengawasan pelajar yang mengendarai sepeda motor ke sekolah harus maksimal. Pengawasan ini harus dilakukan tidak hanya oleh orang tua, tetapi juga aparat keamanan lalu lintas, masyarakat, juga guru agar hal-hal yang tidak diinginkan dari pelajar yang mengendarai sepeda motor tidak akan terjadi.