TOLONG BUATKAN CERPEN YANG SPASI 2 KALI ? MINIMAL 5 LEMBAR
puput151
Dari sekian banyak binatang, aku paling benci kucing.
dari sekian banyak buah, aku paling benci durian.
dan dari sekian banyak tempat,
aku paling benci rumah sakit.
aku benci lorong-lorong panjang yang sepi. koridor-koridor fatamorgana yang tampak sunyi, tetapi menyimpan berbagai pedih di balik pintu tiap bilik yg berjajar rapi. aku benci bau obat yang menyengat, serta suasana yang terasa sangat tidak bersahabat.
hari itu, aku pergi ke rumah sakit saiful anwar malang. aku pergi dengan rombongan kelasku menjenguk ayah temanku yang sakit. sayangnya, kini beliau sudah almarhum. penyakit sirosis yang diderita ayah temanku akhirnya mengalahkan pertahanan tubuhnya. semoga beliau diterima di sisi Allah. amin.
begitu aku masuk ke kamar pasien, aku disambut oleh temanku dan keluarganya. aku duduk dan mendengarkan penjelasan temanku tentang kondisi ayahnya.
saat itu, aku mencoba untuk tidak menangis. kupikir, aku datang untuk menjenguk dan menguatkan, memberi dukungan dan semangat, bukan untuk bersedih.
tapi aku gagal. ternyata air mata ini lebih hebat. dia mengucur dengan sendirinya tanpa kuperintah.
ayahnya yang terbaring sakit di ranjang sangat menyayat hatiku. bagaimana tidak, beliau harus menahan bahkan melawan sakitnya sendirian. selang-selang infus khusus yang dipasang, tetes demi tetes cairannya turut membantu proses penyembuhnnya, meskipun kecil kemungkinannya.
inilah mengapa aku benci rumah sakit. meski lorongnya sepi, tetapi di balik tembok setiap kamar, selalu ada pasien yang merintih menahan perih, berjuang melawan sakit, dan bertahan dengan harapan mukjizat Tuhan. di balik kamar pasien, selalu ada keluarga dan orang-orang terdekat yang menatap pasien dengan nanar, tanpa pernah berhenti berdoa dan percaya bahwa kuasa Tuhan itu nyata.
karena takut mengganggu pasien yang sedang tidur, kami berpindah ke lobby. disana, temanku menceritakan banyak hal tentang ayahnya.
“bapakku orang yang baik, bahkan tahun ini beliau akan berangkat haji. tapi kenapa harus bapak yang sakit? kenapa bukan orang lain? bahkan bila mungkin, kenapa bukan aku aja yang sakit? kenapa harus bapak?”
aku terenyuh mendengarnya. kasih seorang anak yang begitu dalam kepada ayahnya, membuatku ingat kepada abahku. aku gak bisa bayangin gimana jadinya kalau aku yang ada di posisi temanku itu.
nyawa adalah milik Tuhan. setiap yang hidup pasti akan mati. segala yang berasal dari Tuhan, maka akan kembali kepada-Nya pula. tetapi yang menjadi masalah, manusia selalu sulit untuk menerima kenyataan yang pahit dan memilukan.
aku menangis tanpa isak, dan itu jauh lebih sakit. kusembunyikan wajahku di balik punggung salah seorang temanku. semua menangis, sedih.
aku ingat betul apa yang diucapkan temanku saat itu. sebuah perkataan jujur yang pada akhirnya menyadarkanku betapa pentingnya menikmati hal-hal sederhana bersama keluarga. karena jika tiba batas waktunya dan kita kehilangan mereka, maka hanya sesal yang akan didapat. segalanya akan terasa begitu berharga ketika kita udah kehilangan.
di lobby lantai dua pavilyun RSSA malang, temanku berkata,
“kalian semua yang orangtuanya masih sehat, bersyukurlah. nikmatilah waktu kalian bersama keluarga. kalau udah kayak aku gini, rasanya nyesel banget. sedih.
puas-puasin kalian ngelihat bapakmu jalan, karena kalau aku, rasanya kecil banget kemungkinannya ngelihat bapakku bisa jalan lagi. puas-puasin kalian makan bareng di meja makan. puas-puasin kalian nonton TV bareng. puas-puasin kalian jalan-jalan bareng. puas-puasin kalian bercanda sama mereka.
nikmati setiap waktu yang kalian punya bersama keluargamu. karena kalau gak, kalian bakalan nyesel suatu saat nanti.”
sampai hari ini, aku ingat kalimat itu. kalimat yang diucapkan tanpa maksud menggurui, tetapi sangat bisa dipelajari. sungguh miris.
apapun yang terjadi, keluarga tetaplah keluarga. selagi ada waktu
dari sekian banyak buah, aku paling benci durian.
dan dari sekian banyak tempat,
aku paling benci rumah sakit.
aku benci lorong-lorong panjang yang sepi. koridor-koridor fatamorgana yang tampak sunyi, tetapi menyimpan berbagai pedih di balik pintu tiap bilik yg berjajar rapi. aku benci bau obat yang menyengat, serta suasana yang terasa sangat tidak bersahabat.
hari itu, aku pergi ke rumah sakit saiful anwar malang. aku pergi dengan rombongan kelasku menjenguk ayah temanku yang sakit. sayangnya, kini beliau sudah almarhum. penyakit sirosis yang diderita ayah temanku akhirnya mengalahkan pertahanan tubuhnya. semoga beliau diterima di sisi Allah. amin.
begitu aku masuk ke kamar pasien, aku disambut oleh temanku dan keluarganya. aku duduk dan mendengarkan penjelasan temanku tentang kondisi ayahnya.
saat itu, aku mencoba untuk tidak menangis. kupikir, aku datang untuk menjenguk dan menguatkan, memberi dukungan dan semangat, bukan untuk bersedih.
tapi aku gagal. ternyata air mata ini lebih hebat. dia mengucur dengan sendirinya tanpa kuperintah.
ayahnya yang terbaring sakit di ranjang sangat menyayat hatiku. bagaimana tidak, beliau harus menahan bahkan melawan sakitnya sendirian. selang-selang infus khusus yang dipasang, tetes demi tetes cairannya turut membantu proses penyembuhnnya, meskipun kecil kemungkinannya.
inilah mengapa aku benci rumah sakit. meski lorongnya sepi, tetapi di balik tembok setiap kamar, selalu ada pasien yang merintih menahan perih, berjuang melawan sakit, dan bertahan dengan harapan mukjizat Tuhan. di balik kamar pasien, selalu ada keluarga dan orang-orang terdekat yang menatap pasien dengan nanar, tanpa pernah berhenti berdoa dan percaya bahwa kuasa Tuhan itu nyata.
karena takut mengganggu pasien yang sedang tidur, kami berpindah ke lobby. disana, temanku menceritakan banyak hal tentang ayahnya.
“bapakku orang yang baik, bahkan tahun ini beliau akan berangkat haji. tapi kenapa harus bapak yang sakit? kenapa bukan orang lain? bahkan bila mungkin, kenapa bukan aku aja yang sakit? kenapa harus bapak?”
aku terenyuh mendengarnya. kasih seorang anak yang begitu dalam kepada ayahnya, membuatku ingat kepada abahku. aku gak bisa bayangin gimana jadinya kalau aku yang ada di posisi temanku itu.
nyawa adalah milik Tuhan. setiap yang hidup pasti akan mati. segala yang berasal dari Tuhan, maka akan kembali kepada-Nya pula. tetapi yang menjadi masalah, manusia selalu sulit untuk menerima kenyataan yang pahit dan memilukan.
aku menangis tanpa isak, dan itu jauh lebih sakit. kusembunyikan wajahku di balik punggung salah seorang temanku. semua menangis, sedih.
aku ingat betul apa yang diucapkan temanku saat itu. sebuah perkataan jujur yang pada akhirnya menyadarkanku betapa pentingnya menikmati hal-hal sederhana bersama keluarga. karena jika tiba batas waktunya dan kita kehilangan mereka, maka hanya sesal yang akan didapat. segalanya akan terasa begitu berharga ketika kita udah kehilangan.
di lobby lantai dua pavilyun RSSA malang, temanku berkata,
“kalian semua yang orangtuanya masih sehat, bersyukurlah. nikmatilah waktu kalian bersama keluarga. kalau udah kayak aku gini, rasanya nyesel banget. sedih.
puas-puasin kalian ngelihat bapakmu jalan, karena kalau aku, rasanya kecil banget kemungkinannya ngelihat bapakku bisa jalan lagi. puas-puasin kalian makan bareng di meja makan. puas-puasin kalian nonton TV bareng. puas-puasin kalian jalan-jalan bareng. puas-puasin kalian bercanda sama mereka.
nikmati setiap waktu yang kalian punya bersama keluargamu. karena kalau gak, kalian bakalan nyesel suatu saat nanti.”
sampai hari ini, aku ingat kalimat itu. kalimat yang diucapkan tanpa maksud menggurui, tetapi sangat bisa dipelajari. sungguh miris.
apapun yang terjadi, keluarga tetaplah keluarga. selagi ada waktu