Harits adalah anak yang pemalas, sehari hari ia menghabiskan waktu dengan bermalas malasan. suatu ketika saat Harits pulang sekolah ia bertemu dengan teman lamanya yaitu Nia dan Riza, "hai, apa kabar Harits" tanya riza. harits pun menjawab "baik, kalian sendiri bagai mana?". Riza dan Nia menjawab "baik". sembari berjalan mereka saling berbincang tentang sekolah mereka kini. Harits bersekolah di sekolah suasta sedangkan Nia dan riza bersekolah di sekolah negri.
kemudian, pada saat mereka sampai di taman kampus mereka bertemu dengan Eva. Eva adalah teman Nia di sekolah dan ia menjadi anak terpintar di sekolah, selain pintar ia pun terpilih menjadi duta anti Narkoba dan duta Matematika di sekolahnya. Nia pun mengenalkan Eva kepada Harits dan Riza. "hallo, Riza, Harits salam kenal ya!" Harits pun bahagia karena mendapatkan teman baru yang cantik sekaligus pintar.
Di taman sekolah tersebut mereka berbincang bincang. Eva mengajak mereka untuk belajar bersamanya, "Nia, Riza, Harits, mari kita belajar sebentar lagi kan ada ulangan, di sekolah kamu juga mau ulangan kan Harits?". Harits pun menjawab dengan penolakan " ngapain sih belajar, lagai pula ulangannya kan masih lama". Nia menyauti perkataan Harits "kamu tidak boleh begitu, nanti kalau kamu belajarnya mepet dengan ulangan, apa yang kamu pelajari pasti tidak semuanya dapat di ingat". di situ Harits pun merasa sangat malu karena ia ingan bahwa nilai matematikanya pada setiap ujian selalu jelek, yaitu mendapatkan nilai 50.
setelah selesai belajar, meraka pun pulang kerumah masing masing. di jalah Harits memikirkan perkataan Nia tadi. sekarang ia sadar kalau belajar itu tidak hanya pas ulangan saja atau belajar pas mepet ulangan, itu akan memperburuk dia sendiri. harits juga sadar selama ini dia hanya bermalas malasan, bermalas malasan tidak ada gunanya yang membuat ia tambah bodoh. Harits pun menyesal dengan perbuatan yang telah ia lakukan, yang sudah membuat nilainya menurun.
Harits pun mengambil langkah untuk selalu belajar agar nilainya bagus. Harits juga mencoba untuk mengikuti berbagai kegiatan les. all hasil Harits kini menjadi anak yang pintar dan sering mengikuti berbagai lomba dan orang tuanya kini pun bangga dengannya karena sekarang dia sudah berubah menjadi anak yang rajin dan berprestasi.
Harits adalah anak yang pemalas, sehari hari ia menghabiskan waktu dengan bermalas malasan. suatu ketika saat Harits pulang sekolah ia bertemu dengan teman lamanya yaitu Nia dan Riza, "hai, apa kabar Harits" tanya riza. harits pun menjawab "baik, kalian sendiri bagai mana?". Riza dan Nia menjawab "baik". sembari berjalan mereka saling berbincang tentang sekolah mereka kini. Harits bersekolah di sekolah suasta sedangkan Nia dan riza bersekolah di sekolah negri.
kemudian, pada saat mereka sampai di taman kampus mereka bertemu dengan Eva. Eva adalah teman Nia di sekolah dan ia menjadi anak terpintar di sekolah, selain pintar ia pun terpilih menjadi duta anti Narkoba dan duta Matematika di sekolahnya. Nia pun mengenalkan Eva kepada Harits dan Riza. "hallo, Riza, Harits salam kenal ya!" Harits pun bahagia karena mendapatkan teman baru yang cantik sekaligus pintar.
Di taman sekolah tersebut mereka berbincang bincang. Eva mengajak mereka untuk belajar bersamanya, "Nia, Riza, Harits, mari kita belajar sebentar lagi kan ada ulangan, di sekolah kamu juga mau ulangan kan Harits?". Harits pun menjawab dengan penolakan " ngapain sih belajar, lagai pula ulangannya kan masih lama". Nia menyauti perkataan Harits "kamu tidak boleh begitu, nanti kalau kamu belajarnya mepet dengan ulangan, apa yang kamu pelajari pasti tidak semuanya dapat di ingat". di situ Harits pun merasa sangat malu karena ia ingan bahwa nilai matematikanya pada setiap ujian selalu jelek, yaitu mendapatkan nilai 50.
setelah selesai belajar, meraka pun pulang kerumah masing masing. di jalah Harits memikirkan perkataan Nia tadi. sekarang ia sadar kalau belajar itu tidak hanya pas ulangan saja atau belajar pas mepet ulangan, itu akan memperburuk dia sendiri. harits juga sadar selama ini dia hanya bermalas malasan, bermalas malasan tidak ada gunanya yang membuat ia tambah bodoh. Harits pun menyesal dengan perbuatan yang telah ia lakukan, yang sudah membuat nilainya menurun.
Harits pun mengambil langkah untuk selalu belajar agar nilainya bagus. Harits juga mencoba untuk mengikuti berbagai kegiatan les. all hasil Harits kini menjadi anak yang pintar dan sering mengikuti berbagai lomba dan orang tuanya kini pun bangga dengannya karena sekarang dia sudah berubah menjadi anak yang rajin dan berprestasi.