Tolong buatkan 1 puisi karangan sendiri pleas di jawab saya membutuhkan pertolongan kalian
figo17
MENANGISLAH SOBAT Tak bisa ungkap dengan kata apapun Ini memang sangat membosankan Ini begitu melelahkan Bahkan, ini sangat menjengkelkan Tubuh seakan beku dalam bongkahan es Membeku tidak tahu kapan akan mencair
Yaa… itu benar sobat Itu semua seperti sorot lampu panggung tanpa penonton Menerangi tubuh di dalam kegelapan Terdiam bisu tanpa senyum dan air mata Ini sangat menyedihkan..
Namun.. ingatlah sobat.. Kau tidak sendiri Kau tidak berdiri sendiri di kegelapan itu
Teteskanlah air matamu jika hatimu merasa terisak Berteriaklah sepuasmu jika hatimu memanas Karena itu lebih baik ku lihat Dari pada kau terdiam kaku di bawah sorot lampu itu Bagai seorang tokoh tanpa dialog.
1 votes Thanks 1
lulubone
SENJA DI BALIK GUNUNG Senja menunggu di balik gunung, ditandai warna semburat jingga, menggantung di awan, bergilir berurut turun,sekejap kemudian ia tenggelam di balik perdu-perdu rimbun. Datanglah kini malam, masa untuk tukang-tukang tenung. Alam tahu.Jalan setapak akan senyap, binatang-binatang bersayap, gemerisik daun tebu pun tercekat, tak kuasa mengumbar gerak. Senja masih senja kemarin, senja pengundang malam pembawa tenung, senja penarik kantuk penarik selimut. Senja misterius masih seperti kemarin, membuatku takut mengobrak-abrik hening. Aku takut senja sejak kecil, takut tak merasa mentari esok hari, takut tak punya sesuatu dibawa mati, takut pula tak punya rasa takut untuk kubawa nanti, takut bila tempatku bukan surga abadi. Aku takut senja bahkan hingga sekarang, sebah takut tak dituruti bila berkata dan memerintah, takut tak punya apa-apa untuk kutinggalkan, takut tak punya sejumput warisan untuk anak, teramat takut pula tempatku hilang dari sejarah.
KEPADA DANAU & PULAU Sudah lama aku tak rindu padamu,sejak pohon-pohon jangkung tumbang, sejak mata air dan air mata kering,dan udara berbau.
Sudah lama aku tak rindu padamu,sejak batu-batu raksasa berguling melindas rumah-rumah kayu, mengubur tempat belulang nenek moyangku,sejak ibu-ibu muda meraung memanggil suami tertindih patahan bukit, sambil jarinya mengorek lumpur dari mulut bayi mati.Itu menyesak rinduku dalam sekali, aku sakit hati.
Tak bisa ungkap dengan kata apapun
Ini memang sangat membosankan
Ini begitu melelahkan
Bahkan, ini sangat menjengkelkan
Tubuh seakan beku dalam bongkahan es
Membeku tidak tahu kapan akan mencair
Yaa… itu benar sobat
Itu semua seperti sorot lampu panggung tanpa penonton
Menerangi tubuh di dalam kegelapan
Terdiam bisu tanpa senyum dan air mata
Ini sangat menyedihkan..
Namun.. ingatlah sobat..
Kau tidak sendiri
Kau tidak berdiri sendiri di kegelapan itu
Teteskanlah air matamu jika hatimu merasa terisak
Berteriaklah sepuasmu jika hatimu memanas
Karena itu lebih baik ku lihat
Dari pada kau terdiam kaku di bawah sorot lampu itu
Bagai seorang tokoh tanpa dialog.
Senja menunggu di balik gunung, ditandai warna semburat jingga, menggantung di awan, bergilir berurut turun,sekejap kemudian ia tenggelam di balik perdu-perdu rimbun.
Datanglah kini malam, masa untuk tukang-tukang tenung.
Alam tahu.Jalan setapak akan senyap, binatang-binatang bersayap, gemerisik daun tebu pun tercekat, tak kuasa mengumbar gerak.
Senja masih senja kemarin, senja pengundang malam pembawa tenung, senja penarik kantuk penarik selimut.
Senja misterius masih seperti kemarin, membuatku takut mengobrak-abrik hening.
Aku takut senja sejak kecil, takut tak merasa mentari esok hari, takut tak punya sesuatu dibawa mati, takut pula tak punya rasa takut untuk kubawa nanti, takut bila tempatku bukan surga abadi.
Aku takut senja bahkan hingga sekarang, sebah takut tak dituruti bila berkata dan memerintah, takut tak punya apa-apa untuk kutinggalkan, takut tak punya sejumput warisan untuk anak, teramat takut pula tempatku hilang dari sejarah.
KEPADA DANAU & PULAU
Sudah lama aku tak rindu padamu,sejak pohon-pohon jangkung tumbang, sejak mata air dan air mata kering,dan udara berbau.
Sudah lama aku tak rindu padamu,sejak batu-batu raksasa berguling melindas rumah-rumah kayu, mengubur tempat belulang nenek moyangku,sejak ibu-ibu muda meraung memanggil suami tertindih patahan bukit, sambil jarinya mengorek lumpur dari mulut bayi mati.Itu menyesak rinduku dalam sekali, aku sakit hati.