tolong buatin struktur teks cerpen " surat untuk ibu " yaa...
Septi48
Aku hanya ingin mentari tak lagi bersinar . Tuhan , aku lelah , aku menyesal! Tak seharusnya aku berlaku seperti itu . Ambil nyawaku Tuhan! Ambil! Biarkan aku bahagia bersama ibu di surga keindahanmu . Sudah banyak yang aku miliki , rumah mewah , perusahaan besar , istri yang sholehah bahkan anak-anak yang membanggakan . Tapi apalah arti semua itu Tuhan , jika harta terbesar dan terindahku telah lalai aku jaga . Restu ibu adalah segalanya . Aku ingin bersimpuh . Aku ingin memeluk rapat kaki ibu . Aku ingin menangis dan tidur dibuai mimpi di pangkuan ibu , Tuhan . Kenapa secepat ini ? Kenapa Tuhan ? Aku ingin membuat ibu bahagia , bangga ! Aku ingin Tuhan! Aku ingin! Terlalu egoiskah aku untuk meminta ibu kembali lagi bersamaku ? Aku hanya ingin membalas kasih sayang ibu dulu . Aku ingin membalas setiap tetes keringat ibuku. Andai aku bisa. Aku terlambat! Aku benar-benar terlambat. Maafkan aku ibu! Maaf! “Bagas, ini keberapa kalinya ibu dipanggil ke BK?”Ucap ibu tanpa marah sedikitpun. “Sudahlah bu tak usah terlalu berlebihan, pantas aja ibu dipanggil ke BK orang namanya juga anak laki-laki. Wajar saja bukan”Ucapku membela diri. “Tak begitu juga Bagas!”Ucapnya seakan menyesal. “Ohh, apa ibu kecewa telah melahirkanku?”Ucapku memandang tajam matanya. “Kalau ibu kecewa , tak mungkin kamu jadi seperti sekarang ini Bagas”ucapnya dengan memandangku tak kalah tajam. “Hahaha. Benar juga ya, ibu memang pintar”Ucapku tanpa ada rasa hormat sedikitpun. “Kapan kamu sadar Gas? Ibu sudah tak lagi muda . kamu pun sudah besar. Ingat Gas 2 SMA . bukan usia kanak-kanak lagi. Kamu juga sudah harus berpikir dewasa”Kali ini ucapan ibu tak aku hiraukan. Aku berlalu. “Mati pun ibu tak akan rela jika kamu masih seperti ini. Ya Allah beri hamba umur panjang . Hamba masih ingin melihat Bagas berubah”Doanya dalam hati.
“Bagas, ini keberapa kalinya ibu dipanggil ke BK?”Ucap ibu tanpa marah sedikitpun.
“Sudahlah bu tak usah terlalu berlebihan, pantas aja ibu dipanggil ke BK orang namanya juga anak laki-laki. Wajar saja bukan”Ucapku membela diri.
“Tak begitu juga Bagas!”Ucapnya seakan menyesal.
“Ohh, apa ibu kecewa telah melahirkanku?”Ucapku memandang tajam matanya.
“Kalau ibu kecewa , tak mungkin kamu jadi seperti sekarang ini Bagas”ucapnya dengan memandangku tak kalah tajam.
“Hahaha. Benar juga ya, ibu memang pintar”Ucapku tanpa ada rasa hormat sedikitpun.
“Kapan kamu sadar Gas? Ibu sudah tak lagi muda . kamu pun sudah besar. Ingat Gas 2 SMA . bukan usia kanak-kanak lagi. Kamu juga sudah harus berpikir dewasa”Kali ini ucapan ibu tak aku hiraukan. Aku berlalu.
“Mati pun ibu tak akan rela jika kamu masih seperti ini. Ya Allah beri hamba umur panjang . Hamba masih ingin melihat Bagas berubah”Doanya dalam hati.