ziisJudul drama: Pengorbanan Orangtua Untuk Anak Pemain drama: 1. Dina 2. Lia 3. Mifa 4. Deni 5. Yoga Dina: Apa kabar sahabat? Lia cs: Baik. Kamu sendiri gimana? Dina: Alhamdulillah, sehat. Lia: Gimana kabar Bapak kamu Din? Sudah baikan kan? Dina: Alhamdulillah, sudah baikan kok. Terimakasih sudah menanyakan kondisi orangtuaku. Mifa: Emang Bapak kamu abis sakit ya Din? Dina: Iya Mif, tapi sekarang sudah sembuh kok. Mifa: Sorry Din, aku nggak sempat menjenguk kemarin soalnya aku nggak tau. Syukur deh kalau sudah baikan. Dina: Nggak papa kok Mif, thanks for care. Deni: Din, sebaiknya kamu jagain Bapak kamu baik-baik. Jangan biarkan dia terlalu banyak bekerja nanti bisa kambuh sakitnya, kan dia udah tua. Dina: Tentu Den! Setelah sembuh kemarin aku udah ngelarang Bapakku untuk ngerjain yang berat-berat. Deni: Bener tu Din. Yoga: Kalau dipikir-pikir orangtua kita tu udah banyak berkorban buat kita. Mestinya kita harus bisa menjadi anak yang tau balas budi. Kita harus memberikan perhatian yang cukup kepada beliau. Membalas jasa-jasa beliau kepada kita, dan berusaha membuat beliau merasa bangga dengan budi pekerti kita. Dina cs: Kamu benar sekali Ga. Kita tidak boleh menjadi anak yang hanya bisa merepotkan orangtua. Kita harus membalas setiap pemberiannya kepada kita. Menghargai pengorbanannya kepada kita. Tanpanya, bahkan kita tidak tau apakah saat ini kita cukup makan. Mifa: Jika kalian renungi, kita memang tidak akan sanggup membalas jasa dan pengorbanan orangtua kita. Mereka mampu melakukan semuanya untuk kita. Sesuatu yang tidak mampu dilakukannya pun bisa dilakukannya karena demi masa depan anaknya. Oleh yang demikian, maka kita harus senantiasa mengingatnya dan berusaha untuk memperlakukannya sebagai ratu dalam kehidupan kita. Jangan pernah ada diantara kita lalai dan tidak peduli terhadap kondisi orangtua kita, termasuk pada saat beliau sakit.
Pemain drama: 1. Dina 2. Lia 3. Mifa 4. Deni 5. Yoga
Dina: Apa kabar sahabat?
Lia cs: Baik. Kamu sendiri gimana?
Dina: Alhamdulillah, sehat.
Lia: Gimana kabar Bapak kamu Din? Sudah baikan kan?
Dina: Alhamdulillah, sudah baikan kok. Terimakasih sudah menanyakan kondisi orangtuaku.
Mifa: Emang Bapak kamu abis sakit ya Din?
Dina: Iya Mif, tapi sekarang sudah sembuh kok.
Mifa: Sorry Din, aku nggak sempat menjenguk kemarin soalnya aku nggak tau. Syukur deh kalau sudah baikan.
Dina: Nggak papa kok Mif, thanks for care.
Deni: Din, sebaiknya kamu jagain Bapak kamu baik-baik. Jangan biarkan dia terlalu banyak bekerja nanti bisa kambuh sakitnya, kan dia udah tua.
Dina: Tentu Den! Setelah sembuh kemarin aku udah ngelarang Bapakku untuk ngerjain yang berat-berat.
Deni: Bener tu Din.
Yoga: Kalau dipikir-pikir orangtua kita tu udah banyak berkorban buat kita. Mestinya kita harus bisa menjadi anak yang tau balas budi. Kita harus memberikan perhatian yang cukup kepada beliau. Membalas jasa-jasa beliau kepada kita, dan berusaha membuat beliau merasa bangga dengan budi pekerti kita.
Dina cs: Kamu benar sekali Ga. Kita tidak boleh menjadi anak yang hanya bisa merepotkan orangtua. Kita harus membalas setiap pemberiannya kepada kita. Menghargai pengorbanannya kepada kita. Tanpanya, bahkan kita tidak tau apakah saat ini kita cukup makan.
Mifa: Jika kalian renungi, kita memang tidak akan sanggup membalas jasa dan pengorbanan orangtua kita. Mereka mampu melakukan semuanya untuk kita. Sesuatu yang tidak mampu dilakukannya pun bisa dilakukannya karena demi masa depan anaknya. Oleh yang demikian, maka kita harus senantiasa mengingatnya dan berusaha untuk memperlakukannya sebagai ratu dalam kehidupan kita. Jangan pernah ada diantara kita lalai dan tidak peduli terhadap kondisi orangtua kita, termasuk pada saat beliau sakit.