Dina diminta ibunya untuk mengantarkan barang titipan tantenya. Dina meminta Winda untuk menemaninya kerumah tantenya. Ditengah perjalanan, motor Dina bannya kempes dan tidak ada bengkel disekitar jalan yang mereka lewati. Secara kebetulan, Astrid dan Hesti melihat mereka saat sedang mendorong motor. Astrid pun memberikan pertolongan kepada Winda dan Dina dengan cara mendorong motor secara bergantian hingga sampai disebuah bengkel.
Disebuah desa, terdapat bangunan sederhana yang di tempati ibu dan anak nya. Ya, ibu itu adalah seorang janda beranak satu. Ia adalah penjual jamu keliling di pedesaan ini.
Ia melihat anak perempuan nya keluar dari rumah dengan pakaian yang sudah rapih dengan gaya anak jaman sekarang.
"Mau kemana, Indah?" tanya Ibu itu kepada anaknya.
"Bukan urusan Lo!" Indah pergi begitu saja tanpa berpamitan dengan Ibunya. Ibunya tersenyum walau hatinya sangat sakit melihat anak yang sedari dulu ia urus berkata seperti ini kepada dirinya.
Indah berjalan melewati Ibu-ibu pedesaan yang sedang ngerumpi bersama tukang sayur yang sudah biasa lewat di sekitar sana. Indah mendengar jika namanya sedang di sebut-sebut oleh Ibu-ibu di sana.
"Eh! Ngomongin gue Lo, ya?!" tanya Indah dengan nada tinggi.
"Ih, situ geer banget. Sorry, ya, kita juga males ngomongin anak durhaka kayak situ." jawab Ibu-ibu itu sambil memutar bola matanya malas.
"Sembarangan Lo, ya, kalo ngomong!" Indah semakin kesal. Ia berbicara dengan leher yang penuh urat.
"Kenapa? Kan emang kenyataan, kalo situ tuh anak durhaka. Sering bentak Ibunya, bahkan dorong Ibunya demi cowok situ." balas Ibu satunya.
"Iya betul. Dek, inget. Kamu di lahirin sama Bu Dina, di rawat sama Bu Dina, di besarkan sama Bu Dina, masa iya tega ngelakuin Ibu kamu kayak gitu." balas Ibu yang satunya lagi.
"Diem, Lo! Gak usah ikut campur!!" Indah menunjuk Ibu-ibu itu.
"Bertobat Indah, tobat!"
Indah geram. Telapak tangan sebelah kanannya sudah melayang ke udara dan sudah siap menampar pipi Ibu-ibu yang menyuruhnya untuk tobat.
Indah menoleh ketika tangannya seperti ada yang menahannya. Ia melepas tangan Ibunya dengan keras hingga Ibunya menjerit kesakitan. Ibu-ibu yang berada di situ langsung menolong Dian dari anaknya yang seperti singa itu.
"Dasar anak biadab! Anak durhaka!" ucap Ibu-ibu itu kesal.
Indah memutar bola matanya malas. Ia membalikkan badannya dan melihat pacarnya yang sudah ada di belakang nya.
"Eh, sayang. Kita cepet-cepet ke butik, yuk! Aku ngerasa hawa di sini tuh panas banget. Kayaknya banyak setan, deh, disini." ucap Indah sambil mengibas tangannya. Ia menggandeng tangan pacarnya dan pergi dari tempat itu.
"Elo yang setan! Ibu di dorong! Pacar di gandeng!"
Jawaban:
Dina diminta ibunya untuk mengantarkan barang titipan tantenya. Dina meminta Winda untuk menemaninya kerumah tantenya. Ditengah perjalanan, motor Dina bannya kempes dan tidak ada bengkel disekitar jalan yang mereka lewati. Secara kebetulan, Astrid dan Hesti melihat mereka saat sedang mendorong motor. Astrid pun memberikan pertolongan kepada Winda dan Dina dengan cara mendorong motor secara bergantian hingga sampai disebuah bengkel.
Jawaban:
"Anak Durhaka"
Disebuah desa, terdapat bangunan sederhana yang di tempati ibu dan anak nya. Ya, ibu itu adalah seorang janda beranak satu. Ia adalah penjual jamu keliling di pedesaan ini.
Ia melihat anak perempuan nya keluar dari rumah dengan pakaian yang sudah rapih dengan gaya anak jaman sekarang.
"Mau kemana, Indah?" tanya Ibu itu kepada anaknya.
"Bukan urusan Lo!" Indah pergi begitu saja tanpa berpamitan dengan Ibunya. Ibunya tersenyum walau hatinya sangat sakit melihat anak yang sedari dulu ia urus berkata seperti ini kepada dirinya.
Indah berjalan melewati Ibu-ibu pedesaan yang sedang ngerumpi bersama tukang sayur yang sudah biasa lewat di sekitar sana. Indah mendengar jika namanya sedang di sebut-sebut oleh Ibu-ibu di sana.
"Eh! Ngomongin gue Lo, ya?!" tanya Indah dengan nada tinggi.
"Ih, situ geer banget. Sorry, ya, kita juga males ngomongin anak durhaka kayak situ." jawab Ibu-ibu itu sambil memutar bola matanya malas.
"Sembarangan Lo, ya, kalo ngomong!" Indah semakin kesal. Ia berbicara dengan leher yang penuh urat.
"Kenapa? Kan emang kenyataan, kalo situ tuh anak durhaka. Sering bentak Ibunya, bahkan dorong Ibunya demi cowok situ." balas Ibu satunya.
"Iya betul. Dek, inget. Kamu di lahirin sama Bu Dina, di rawat sama Bu Dina, di besarkan sama Bu Dina, masa iya tega ngelakuin Ibu kamu kayak gitu." balas Ibu yang satunya lagi.
"Diem, Lo! Gak usah ikut campur!!" Indah menunjuk Ibu-ibu itu.
"Bertobat Indah, tobat!"
Indah geram. Telapak tangan sebelah kanannya sudah melayang ke udara dan sudah siap menampar pipi Ibu-ibu yang menyuruhnya untuk tobat.
Indah menoleh ketika tangannya seperti ada yang menahannya. Ia melepas tangan Ibunya dengan keras hingga Ibunya menjerit kesakitan. Ibu-ibu yang berada di situ langsung menolong Dian dari anaknya yang seperti singa itu.
"Dasar anak biadab! Anak durhaka!" ucap Ibu-ibu itu kesal.
Indah memutar bola matanya malas. Ia membalikkan badannya dan melihat pacarnya yang sudah ada di belakang nya.
"Eh, sayang. Kita cepet-cepet ke butik, yuk! Aku ngerasa hawa di sini tuh panas banget. Kayaknya banyak setan, deh, disini." ucap Indah sambil mengibas tangannya. Ia menggandeng tangan pacarnya dan pergi dari tempat itu.
"Elo yang setan! Ibu di dorong! Pacar di gandeng!"
Selesai..
Penjelasan:
maaf kalau gak jelas hehe..
hasil imajinasi sendiri. jadi maaf kalau lama :)