a. Bacaan mad silah ditemukan di kata "وَقَلْبُهُ" dengan panjang harakat fatha 2 harakat, yang menandakan harus mati panjang ketika dibaca. Alasannya, karena kata "وَقَلْبُهُ" termasuk dalam kelompok fa'il (pelaku) dalam kalimat bernahy (nafi), yang jika dibaca secara tempuh, akan terasa keras dan kasar. Oleh karena itu, dibaca mad silah agar terdengar halus dan terasa enak didengar.
b. Bacaan mad badal ditemukan di kata "عِلِيِّين" dengan panjang harakat kasrah 2 harakat, yang menandakan harus mati panjang ketika dibaca. Alasannya, karena kata "عِلِيِّين" adalah kata benda yang memiliki beberapa keterangan, di antaranya sebagai objek dalam kalimat, yang apabila dibaca secara tempuh akan terdengar kasar dan terputus-putus. Sehingga dibaca dengan mad badal untuk menghubungkan kata sebelumnya dan sesudahnya dengan baik.
Bacaan mad tamkin tidak ditemukan pada kedua ayat tersebut.
a. Bacaan mad silah ditemukan di kata "وَقَلْبُهُ" dengan panjang harakat fatha 2 harakat, yang menandakan harus mati panjang ketika dibaca. Alasannya, karena kata "وَقَلْبُهُ" termasuk dalam kelompok fa'il (pelaku) dalam kalimat bernahy (nafi), yang jika dibaca secara tempuh, akan terasa keras dan kasar. Oleh karena itu, dibaca mad silah agar terdengar halus dan terasa enak didengar.
b. Bacaan mad badal ditemukan di kata "عِلِيِّين" dengan panjang harakat kasrah 2 harakat, yang menandakan harus mati panjang ketika dibaca. Alasannya, karena kata "عِلِيِّين" adalah kata benda yang memiliki beberapa keterangan, di antaranya sebagai objek dalam kalimat, yang apabila dibaca secara tempuh akan terdengar kasar dan terputus-putus. Sehingga dibaca dengan mad badal untuk menghubungkan kata sebelumnya dan sesudahnya dengan baik.
Bacaan mad tamkin tidak ditemukan pada kedua ayat tersebut.