Tolong aku dong buatin contoh cerpen dengan strukturnya juga
marriysa
Wajah Muram Alin Orientasi : Wajahnya muram dan suram seperti cuaca mendung di luar sana. Ia menyandarkan kepalanya di dinding pojok kelas VII H SMP Mekar Sari. Matanya yang bulat berkaca-kaca. Ia menahan tangis. “Sudahlah Lin, jangan bersedih terus.” ujar Dhiffa. Komplikasi : “Aku harus bagaimana Dhif? Uang itu aku cari kemana-mana tidak ada. Padahal uang itu harus digunakan untuk membeli buku. Jika ibuku tau jika uang itu hilang, pasti ia sangat sedih. Kau taukan, kini yang menafkahi keluargaku cuma ibuku.” jawab Alin yang merupakan seorang anak miskin dengan sedih. Ia menyeka air matanya yang sudah terlanjur jatuh. Teman-temannya yang awalnya sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing saat istirahat pertama kini mengerubungi bangku Alin. Mereka menghibur Alin. Melati, salah satu teman Alin masuk ke kelas diiringi Bu Nayla di belakangnya. Rupanya, ia melaporkan kejadian ini kepada wali kelas VII H tersebut. “Ada apa Alin? Uangmu hilang?” tanya Bu Nayla. “Iya bu, waktu saya kembali dari kantin uang saya hilang. Padahal saya sudah mencarinya ke mana-mana dan sudah menanyakannya ke teman-teman.” Resolusi : “Baiklah, tunggu di sini sebentar. Ibu akan ke kantor dulu.” Bu Nayla menuju ke kantor dengan tergesa-gesa. Saat sampai di mejanya, ia mengambil dompet berwarna coklat dari tasnya. Ia merasa iba dengan Alin yang seorang yatim itu. Kemudian, ia mengeluarkan uang Rp 100.000,00 dan kembali ke kelas VII H. “Ini Alin, mungkin uang ini dapat membantu kamu.” Bu Nayla tersenyum. “Ta, tapi bu, uang saya yang hilang cuma Rp 50.000,000.” “Tak apa Alin, sisanya bisa kamu gunakan untuk keperluan lain.” Alin tersenyum dan berterimakasih pada Bu Nayla. Kini, wajahnya tak muram lagi. Sama seperti cuaca di luar sana yang mulai cerah.
Orientasi : Wajahnya muram dan suram seperti cuaca mendung di luar sana. Ia menyandarkan kepalanya di dinding pojok kelas VII H SMP Mekar Sari. Matanya yang bulat berkaca-kaca. Ia menahan tangis.
“Sudahlah Lin, jangan bersedih terus.” ujar Dhiffa.
Komplikasi : “Aku harus bagaimana Dhif? Uang itu aku cari kemana-mana tidak ada. Padahal uang itu harus digunakan untuk membeli buku. Jika ibuku tau jika uang itu hilang, pasti ia sangat sedih. Kau taukan, kini yang menafkahi keluargaku cuma ibuku.” jawab Alin yang merupakan seorang anak miskin dengan sedih. Ia menyeka air matanya yang sudah terlanjur jatuh. Teman-temannya yang awalnya sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing saat istirahat pertama kini mengerubungi bangku Alin. Mereka menghibur Alin.
Melati, salah satu teman Alin masuk ke kelas diiringi Bu Nayla di belakangnya. Rupanya, ia melaporkan kejadian ini kepada wali kelas VII H tersebut.
“Ada apa Alin? Uangmu hilang?” tanya Bu Nayla.
“Iya bu, waktu saya kembali dari kantin uang saya hilang. Padahal saya sudah mencarinya ke mana-mana dan sudah menanyakannya ke teman-teman.”
Resolusi : “Baiklah, tunggu di sini sebentar. Ibu akan ke kantor dulu.” Bu Nayla menuju ke kantor dengan tergesa-gesa. Saat sampai di mejanya, ia mengambil dompet berwarna coklat dari tasnya. Ia merasa iba dengan Alin yang seorang yatim itu. Kemudian, ia mengeluarkan uang Rp 100.000,00 dan kembali ke kelas VII H.
“Ini Alin, mungkin uang ini dapat membantu kamu.” Bu Nayla tersenyum.
“Ta, tapi bu, uang saya yang hilang cuma Rp 50.000,000.”
“Tak apa Alin, sisanya bisa kamu gunakan untuk keperluan lain.”
Alin tersenyum dan berterimakasih pada Bu Nayla. Kini, wajahnya tak muram lagi. Sama seperti cuaca di luar sana yang mulai cerah.