Tentukan bagian-bagian struktur cerita tersebut!
1. Abstrak
2. Orientasi
3. Komplikasi
4. Evaluasi
5. Resolusi
6. Koda
Usia Pino baru sebelas tahun, tapi ia sangat akrab dengan laut. Maklumlah, ayahnya seorang penjaga mercu suar. Jadi Pino seringkaii mendayung perahu menuju mercusuar.
Memang lampu mercu suar itu masih kuno. Sebuah lampu besar yang bahan bakarnya minyak tanah. Pada malam hari ayah Pino selalu tidur di mercu suar. Kadang-kadang Pino atau ibu dan adiknya menginap di sana. Kadang-kadang hanya ayah sendiri yang tidur di sana.
Hubungan ayah Pino dengan para tetangga, penduduk di pantai sangat baik. Tidak heran, bila kadang-kadang ada tetangga yang kehabisan minyak tanah, datang ke mercu suar dan minta agar diperbolehkan membeli minyak tanah satu atau dua liter.
Mobil tangki minyak datang ke pantai seminggu dua kali. Mungkin saja pada saat mobil datang, ada yang lupa beli minyak atau sedang bepergian, atau sedang tak punya uang.
Suatu hari ketika mobil tangki minyak datang, penduduk sedang berpesta. Ada pesta pernikahan putri kepala desa. Orang-orang berpakaian indah, makan aneka ragam masakan dan mendengar musik yang merdu. Bahkan ada pula yang menari.
Ketika itulah Pino mendekati mobil tangki minyak dan membawa dua buah jerigen. Sudah biasa, untuk keperluan lampu mercu suar.
Setiap mobil tangki minyak datang, ayah Pino membeli dua jerigen. Hari ini Pino yang beli, sebab ayah dan ibunya ada di rumah kepala desa.
"Orang-orang tidak beli minyak, sebab mereka sedang sibuk pesta. Lebih baik besok Bapak-bapak datang lagi!" kata Pino.
"Tidak bisa, Pin. Sudah ada jadwalnya. Besok kami harus jualan di desa sebelah Timur!" kata Pak Manuel, penjual minyak tanah.
Pino berpikir sejenak. la tahu bahwa nanti sore pasti ada orang-orang yang kelabakan mencari minyak tanah. Dan mereka pastilah lari ke mercu suar. Dan ayahnya pasti tidak tega menolak, permintaan para tetangga. Bisa-bisa lampu mercu suar kekurangan minyak dan akibatnya berbahaya bagi kapal-kapal bila lampu tidak menyala.
Tapi, tentu Ayah takkan membiarkan lampu mercu suar kehabisan minyak. Lalu, tetangga yang ditolak mungkin ada yang tak senang hati. Minyak tanah dibutuhkan untuk kompor, untuk lampu semprong di desa yang belum mendapat aliran listrik itu.
Maka Pino pun berunding dengan Pak Manuel. Akhirnya Pak Manuel memberi uang pada Pino. Pino pergi ke warung dan membeli 3 buah kaleng blek bekas biskuit. Ketiga kaleng itu diisi penuh dengan minyak tanah dan dibawa ke rumah Pino. Pino berjanji akan mengantarkan uangnya besok ke desa tetangga. la yakin ketiga kaleng minyak itu akan terjual habis.
Pada petang hari pesta selesai. Orang-orang mulai ingat akan urusan rumah tangganya masingmasing. Ingat bahwa seharusnya tadi mereka beli minyak tanah. Tapi pesta yang demikian meriah dan mengasyikkan membuat orang lupa beli minyak tanah. Kehidupan berjalan biasa lagi.
Ayah Pino bersiap-siap berangkat ke mercu suar. Dua jerigen minyak tanah ditentengnya dan dibawanya menuju perahu. Ketika itulah Pak Simon, tetangga mereka keluar dari rumahnya dan berseru, "Hoii, kami perlu minyak tanah. Tolonglah dua liter saja!"
Suaranya yang keras justru membuat beberapa orang lain keluar dari rumahnya masing-masing. Mereka mengerumuni ayah Pino dan dua kaleng minyak tanahnya, seperti semut mengerumuni gula.
Ayah Pino terdiam. Kalau ia menolong beberapa tetangga itu, nanti minyak tanah untuk lampu mercu suar tak cukup. Kalau tak ditolong, nanti malam mereka kegelapan. Dan mungkin ada juga yang tak bisa memasak. Lagi pula untuk melayani 5-6 orang itu perlu waktu. Bisa-bisa ia terlambat menyalakan lampu mercu suar.
Ketika itulah Pino mendekati ayahnya dan berkata, "Bapak berangkat saja ke mercu suar. Di rumah ada 3 kaleng minyak tanah. Aku bisa mengurus penjualannya. Besok akan kuantar uang hasil penjualan minyak pada Pak Manuel ke desa sebelah Timur,"
"Bagus, Pino. Terimakasih!" kata ayahnya dengan wajah berseri-seri. Ayah Pino menuju perahunya dan Pino kembali ke rumah.
la mengurus penjualan minyak tanah. la membatasi supaya orang tidak membeli lebih dari 5 liter. Dengan demikian orang-orang di desa bisa mempunyai minyak sampai mobil tangki minyak datang tiga hari kemudian.
Menjelang malam pekerjaan Pino selesai. la memandang dengan puas tiga kaleng minyak tanah yang kosong dan uang hasil penjualannya. Lalu ia mendayung perahu menuju mercu suar untuk melapor pada ayahnya.
"Bagus, Pino. Kelak kamu akan jadi pemimpin. Kamu bisa membaca situasi dan mengambil tindakan yang tepat. Aku bangga padamu," kata ayah Pino. "Lain kali, kalau di desa ada pesta bertepatan dengan mobil tangki minyak datang, kita akan memperingatkan para tetangga untuk tidak lupa membeli minyak."
Pino tertawa dan berkata, "Kupikir tidak apa-apa kalau mereka lupa. Tadi mereka membeli dengan harga yang lebih mahal sedikit. Jadi aku dapat untung sedikit."