Ujun
1. Jalan Asia Afrika Sebagai jalan tertua, Jalan Asia Afrika menjadi saksi bagi banyak pembangunan awal di pusat Kota Bandung. Di sepanjang jalan ini masih terdapat beberapa bangunan dari awal pendirian hingga Jaman Keemasan Bandung. Beberapa memiliki nilai historis, seperti Alun-alun (lapangan publik tertua di Bandung), Savoy Homann (hotel tertua di Bandung), dan Gedung Merdeka (tempat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika). Oleh karena itu, Jalan Asia Afrika juga dapat dianggap sebagai jalan utama Bandung.
2. Kilometer 0 KM 0 adalah suatu titik di mana Daendels menancapkan tongkatnya dan berkata, “Coba usahakan, bila aku datang ke tempat ini sebuah kota sudah terbangun”. Kilometer 0 ditandai dengan sebuah monumen kecil. Titik ini juga dapat dianggap sebagai sentra Kota Bandung.
3. Alun-alun Konsep Alun-alun Bandung mengacu pada Catur Gatra, yang berasal dari Kerajaan Mataram. Seperti Alun-alun di kota-kota Indies di Pulau Jawa, Alun-alun merupakan lahan terbuka berbentuk persegi empat tempat warga kota berkumpul untuk kegiatan sosial dan budaya, tempat berlangsungnya upacara-upacara pemerintahan, dan tempat berekreasi.
Konsep Catur Gatra menempatkan Alun-alun di pusat, keraton atau pusat pemerintahan lokal di sisi selatan Alun-alun, masjid di sisi barat, dan pusat kegiatan ekonomi dan sosial di sisi timur. Khusus di kota-kota Indies yang mendapat pengaruh kolonial, di sisi utara biasanya dibangun penjara.
4. Masjid Agung Masjid yang dibangun pada tahun 1812 ini adalah masjid pertama di Bandung. Arsitektur Masjid Agung pada awalnya dirancang dalam gaya lokal (rumah panggung yang terbuat dari kayu dan atap rumbia) yang sangat sederhana. Selama sejarahnya yang hampir mencapai 200 tahun, masjid ini telah mengalami 8 kali renovasi.
5. Gubernuran Gedung ini adalah kediaman Residen Priangan pertama di Bandung. Gubernuran mulai dibangun pada tahun 1864 sebagai kediaman Residen Priangan saat itu, Van der Moore. Pada masa sebelumnya, pusat Karesidenan Priangan berada di Cianjur. Namun dengan meletusnya Gunung Gede yang menghancurkan kota itu, pemindahan lokasi pun segera dilaksanakan.
6. Stasiun Pusat Kereta Api Bandung Stasiun kereta api pertama di Bandung ini dibangun akibat pertumbuhan ekonomi Bandung yang mulai pesat menjelang akhir abad ke-19 sehingga mendorong dibukanya jalur transportasi. Pada tahun 1884, jalur kereta api dari Batavia tiba pertama kali di Bandung. Peristiwa ini membuat Bandung yang sebelumnya hanya sebuah desa kecil di dataran tinggi Priangan menjadi semakin terbuka dan ramai oleh pengunjung, terutama dari Batavia.
7. Vila Isola Vila Isola adalah gedung Art Deco karya C.P. Wolff Schoemaker dan dianggap salah satu bangunan yang berhasil dalam menyatukan bangunan dengan lingkungannya. Dalam perkembangannya, bangunan ini sempat berfungsi sebagai hotel sebelum diambilalih oleh Kementerian Pendidikan pada tahun 1953 sebagai Perguruan Tinggi Pendidikan Guru. Kini, bangunan unik ini merupakan bangunan milik Universitas Pendidikan Indonesia.
8. Jalan Braga Jalan paling bergengsi di Hindia Belanda di era 1920-30an ini muncul seiring pembangunan gedung-gedung publik dan komersial selama 1920-an hingga 1930-an, mengundang tidak hanya warga Bandung kelas atas untuk berbelanja atau rendezvous, juga turis mancanegara. Aktor Hollywood seperti Charlie Chaplin hingga para delegasi Konferensi Asia Afrika 1955 pernah melenggangkan kakinya di sini. Tidaklah berlebihan bila jalan sepanjang 800 m ini pernah dijuluki ‘The Most Fashionable Street in The East Indies’ – tempat untuk saling mengagumi pesona diri dan penampilan raga pengunjungnya.
9. Gedung Merdeka Gedung Merdeka, yang pada awalnya adalah club house Societeit Concordia, dilestarikan sebagai salah satu bangunan historis Kota Bandung. Di gedung inilah Konferensi Asia Afrika diselenggarakan pada tahun 1955. Pada 24 April 1980, diresmikan Museum Asia Afrika yang menempati sayap kiri gedung. 10. Gedung Konvensi Landmark Bangunan cantik bergaya Art Deco ini pada awalnya merupakan Toko Buku dan Percetakan van Dorp yang didesain oleh C.P. Wolff Schoemaker. Konon keuntungan yang dihasilkan perusahaan ini mampu membangun 50 vila mewah pada masanya. Hiasan kala (pahatan seperti yang terdapat di candi-candi Hindu) serta kaca patrinya yang berwarna-warni merupakan ciri khas bangunan ini. Saat ini, Landmark digunakan sebagai pusat konvensi, tempat banyak pameran di Bandung berlangsung.
1 votes Thanks 4
dhanders16
1. Stasiun Pusat Kereta Api Bandung Stasiun kereta Api ini dibangun pada saat abad ke 19, dimana pasa saat itu terjadi pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat. Sehingga terciptalah jalur transportasi kereta api. Peristiwa inilah yang dapat menjadikan Kota Bandung mejadi ramai hingga saat ini. bahkan Stasiun ini merupakan satu-satunya staiun tertua yang ada di Indonesia yang didirikan pada tahun 1884.
2. Alun – alun Bandung Alun-alun merupakan salah satu Tempat Bersejarah Kota Bandung yang berada di Pusat Kota dimana di sekelilingnya terdapat banyak bangunan. Alun-alun terdiri dari lahan luas yang berbentuk persegi yang biasanya digunakan sebagai salah satu tempat rekreasi. Bahkan tempat ini, terkadang juga dipakai jika terdapat upacara-upacara pemerintahan, kegiatan sosial dan budaya serta kegiatan lainnya.
3. Masjid Agung Masjid Agung ini juga dikenal dengan sebutan Masjid Raya Bandung. Dimana memiliki menara yang sama yang terdapat dibagian sisi kanan dan kiri dengan tinggi menar mencapai 81 meter. Masjid ini sebenarnya sudah berdiri tegak pada tahun 1812 dan merupakan Masjid Pertama yang ada di Kota Bandung sertab telah melakukan renovasi sebanyak 8 kali. Jika anda ingin berwisata ke tempat ini, datanglah pada hari Sabtu dan Minggu. Sebab di hari-hari tersebut. Masjid ini dibuka untuk umum
4. Gedung Gubernuran Gedung Gubernuran ini, dibangun sejak tahun 1864 dimana pada saat itu merupakan kediaman Presiden Priangan, Van der Moore. Hingga saat ini, gedung ini masih menjadi salah satu obyek wisata yang ingin mengenal dan mengetahui lebih dalam tentang keberadaan gedung ini
5. Gedung Merdeka Gedung Merdeka ini merupakan salah satu gedung bersejarah yang pernah ditempati Konferensi Asia-Afrika pada Tahun 1955. Saat ini Gedung bersejarah ini dijadukan sebagai tempat menyimpan dan memamerkan beragam benda koleksi serta foto-foto yang terjadi pada saat Konferensi berlangsung
6. Jalan Asia-Afrika dulunya Jalan Raya Pos merupakan awal berdirinya Kota Bandung. Di sinilah tahun 1810 Gubernur Jenderal Hindia-Belanda, Herman Willem Daendels, menancapkan tongkat di suatu titik di sisi De Groote Postweg. Titik itu kemudian dikenal dengan nama Kilometer 0. Kilometer 0 letaknya tak jauh dari pelataran Hotel Grand Preanger.
7. Hotel Savoy Homann. Merupakan hotel pertama di Bandung, hotel ini awalnya dimiliki dan dijalankan oleh keluarga Homann dari Jerman. Bermula dari bangunan bambu, hotel itu kemudian direkonstruksi ke gaya neogothik romantik yang sedang populer kala itu. Tahun 1939, A.F. Aalbers ditugaskan mendesain ulang ke gaya streamline art deco. Hotel ini juga menjadi tempat penginapan pemimpin Asia dan Afrika kala Konferensi Asia-Afrika diselenggarakan di Bandung tahun 1955.
8. Sungai Cikapundung Sungai Cikapundung menjadi salah satu alasan mengapa Deandels memindahkan ibukota yang lama ke alun-alun. Sungai bersejarah ini merupakan sumber bagi warga dalam mencari sumber air. Pada zaman prasejarah, saat Danau Besar Bandung masih ada, sungai ini berada 30 meter di bawah permukaan danau. Manusia prasejarah yang tinggal di perbukitan utara biasa menyeberangi danau sebelum tiba di selatan Bandung untuk suatu urusan.
9. Kantor Pos Bandung dan Gedung Bank Mandiri Kantor Pos yang dibangun pada 1928 ini masih difungsikan seperti dulu—Posten Telegraf Kantoor. Bangunan bergaya geometric art deco ini merupakan rancangan J. Van Gent. Sedangkan Gedung Bank Mandiri awalnya adalah Bank Escompto. Inilah bank pertama di Bandung yang melayani warga maupun tuan tanah Parahyangan. Menara uniknya di sisi barat diberi aksen dua jam bundar kecil.
10. BRAGA Sepenggal jalan ini menjadi ikon Bandung. Dulu setiap sore jalan ini dipadati pejalan kaki yang hendak bragaderen (ABG kini menyebutnya mejeng). Yang jelas, Braga merupakan satu dari tiga jalan pertama di Bandung (lainnya Jalan Asia-Afrika dan Jalan Merdeka).
11. TAMAN DEWI SARTIKA. Taman ini dibuat 1864 dan letaknya menyatu dengan Kantor Kodya Bandung yang bergaya geometric art deco.
12. TAMAN LALU LINTAS. Taman Lalu Lintas yang dibangun tahun 1910-an ini awalnya bernama Insulinde Park dan digunakan sebagai tempat upacara bagi militer Hindia Belanda. Ya, kawasan ini merupakan kawasan militer. Jangan sembarangan memotret kalau tidak ingin kamera Anda diminta penjaga.
13. TAMAN MALUKU Sedangkan Taman Maluku aslinya Molukkenpark. Yang khas di sini adalah patung pendeta militer Belanda, Verbraak, di sudut utaranya. Omong-omong, dulu taman ini terkenal dengan warianya. Jika melintas malam-malam di sini, dijamin banyak penggoda yang menggoyahkan iman.
14. GEDUNG SATE Inilah penanda Bandung, yang sering gambarnya dijadikan kartu pos. Gerber merancang gedung paling monumental di Indonesia ini dalam gaya Indo-Eropa, memadukan bermacam gaya moorish Spanyol, renaissance Italia, art deco, dan Sunda. Gedung ini dibangun secara diagonal menghadap Gunung Tangkuban Perahu.
Sebagai jalan tertua, Jalan Asia Afrika menjadi saksi bagi banyak pembangunan awal di pusat Kota Bandung. Di sepanjang jalan ini masih terdapat beberapa bangunan dari awal pendirian hingga Jaman Keemasan Bandung. Beberapa memiliki nilai historis, seperti Alun-alun (lapangan publik tertua di Bandung), Savoy Homann (hotel tertua di Bandung), dan Gedung Merdeka (tempat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika). Oleh karena itu, Jalan Asia Afrika juga dapat dianggap sebagai jalan utama Bandung.
2. Kilometer 0
KM 0 adalah suatu titik di mana Daendels menancapkan tongkatnya dan berkata, “Coba usahakan, bila aku datang ke tempat ini sebuah kota sudah terbangun”. Kilometer 0 ditandai dengan sebuah monumen kecil. Titik ini juga dapat dianggap sebagai sentra Kota Bandung.
3. Alun-alun
Konsep Alun-alun Bandung mengacu pada Catur Gatra, yang berasal dari Kerajaan Mataram. Seperti Alun-alun di kota-kota Indies di Pulau Jawa, Alun-alun merupakan lahan terbuka berbentuk persegi empat tempat warga kota berkumpul untuk kegiatan sosial dan budaya, tempat berlangsungnya upacara-upacara pemerintahan, dan tempat berekreasi.
Konsep Catur Gatra menempatkan Alun-alun di pusat, keraton atau pusat pemerintahan lokal di sisi selatan Alun-alun, masjid di sisi barat, dan pusat kegiatan ekonomi dan sosial di sisi timur. Khusus di kota-kota Indies yang mendapat pengaruh kolonial, di sisi utara biasanya dibangun penjara.
4. Masjid Agung
Masjid yang dibangun pada tahun 1812 ini adalah masjid pertama di Bandung. Arsitektur Masjid Agung pada awalnya dirancang dalam gaya lokal (rumah panggung yang terbuat dari kayu dan atap rumbia) yang sangat sederhana. Selama sejarahnya yang hampir mencapai 200 tahun, masjid ini telah mengalami 8 kali renovasi.
5. Gubernuran
Gedung ini adalah kediaman Residen Priangan pertama di Bandung. Gubernuran mulai dibangun pada tahun 1864 sebagai kediaman Residen Priangan saat itu, Van der Moore. Pada masa sebelumnya, pusat Karesidenan Priangan berada di Cianjur. Namun dengan meletusnya Gunung Gede yang menghancurkan kota itu, pemindahan lokasi pun segera dilaksanakan.
6. Stasiun Pusat Kereta Api Bandung
Stasiun kereta api pertama di Bandung ini dibangun akibat pertumbuhan ekonomi Bandung yang mulai pesat menjelang akhir abad ke-19 sehingga mendorong dibukanya jalur transportasi. Pada tahun 1884, jalur kereta api dari Batavia tiba pertama kali di Bandung. Peristiwa ini membuat Bandung yang sebelumnya hanya sebuah desa kecil di dataran tinggi Priangan menjadi semakin terbuka dan ramai oleh pengunjung, terutama dari Batavia.
7. Vila Isola
Vila Isola adalah gedung Art Deco karya C.P. Wolff Schoemaker dan dianggap salah satu bangunan yang berhasil dalam menyatukan bangunan dengan lingkungannya. Dalam perkembangannya, bangunan ini sempat berfungsi sebagai hotel sebelum diambilalih oleh Kementerian Pendidikan pada tahun 1953 sebagai Perguruan Tinggi Pendidikan Guru. Kini, bangunan unik ini merupakan bangunan milik Universitas Pendidikan Indonesia.
8. Jalan Braga
Jalan paling bergengsi di Hindia Belanda di era 1920-30an ini muncul seiring pembangunan gedung-gedung publik dan komersial selama 1920-an hingga 1930-an, mengundang tidak hanya warga Bandung kelas atas untuk berbelanja atau rendezvous, juga turis mancanegara. Aktor Hollywood seperti Charlie Chaplin hingga para delegasi Konferensi Asia Afrika 1955 pernah melenggangkan kakinya di sini. Tidaklah berlebihan bila jalan sepanjang 800 m ini pernah dijuluki ‘The Most Fashionable Street in The East Indies’ – tempat untuk saling mengagumi pesona diri dan penampilan raga pengunjungnya.
9. Gedung Merdeka
Gedung Merdeka, yang pada awalnya adalah club house Societeit Concordia, dilestarikan sebagai salah satu bangunan historis Kota Bandung. Di gedung inilah Konferensi Asia Afrika diselenggarakan pada tahun 1955. Pada 24 April 1980, diresmikan Museum Asia Afrika yang menempati sayap kiri gedung.
10. Gedung Konvensi Landmark
Bangunan cantik bergaya Art Deco ini pada awalnya merupakan Toko Buku dan Percetakan van Dorp yang didesain oleh C.P. Wolff Schoemaker. Konon keuntungan yang dihasilkan perusahaan ini mampu membangun 50 vila mewah pada masanya. Hiasan kala (pahatan seperti yang terdapat di candi-candi Hindu) serta kaca patrinya yang berwarna-warni merupakan ciri khas bangunan ini. Saat ini, Landmark digunakan sebagai pusat konvensi, tempat banyak pameran di Bandung berlangsung.
Stasiun kereta Api ini dibangun pada saat abad ke 19, dimana pasa saat itu terjadi pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat. Sehingga terciptalah jalur transportasi kereta api. Peristiwa inilah yang dapat menjadikan Kota Bandung mejadi ramai hingga saat ini. bahkan Stasiun ini merupakan satu-satunya staiun tertua yang ada di Indonesia yang didirikan pada tahun 1884.
2. Alun – alun Bandung
Alun-alun merupakan salah satu Tempat Bersejarah Kota Bandung yang berada di Pusat Kota dimana di sekelilingnya terdapat banyak bangunan. Alun-alun terdiri dari lahan luas yang berbentuk persegi yang biasanya digunakan sebagai salah satu tempat rekreasi. Bahkan tempat ini, terkadang juga dipakai jika terdapat upacara-upacara pemerintahan, kegiatan sosial dan budaya serta kegiatan lainnya.
3. Masjid Agung
Masjid Agung ini juga dikenal dengan sebutan Masjid Raya Bandung. Dimana memiliki menara yang sama yang terdapat dibagian sisi kanan dan kiri dengan tinggi menar mencapai 81 meter. Masjid ini sebenarnya sudah berdiri tegak pada tahun 1812 dan merupakan Masjid Pertama yang ada di Kota Bandung sertab telah melakukan renovasi sebanyak 8 kali. Jika anda ingin berwisata ke tempat ini, datanglah pada hari Sabtu dan Minggu. Sebab di hari-hari tersebut. Masjid ini dibuka untuk umum
4. Gedung Gubernuran
Gedung Gubernuran ini, dibangun sejak tahun 1864 dimana pada saat itu merupakan kediaman Presiden Priangan, Van der Moore. Hingga saat ini, gedung ini masih menjadi salah satu obyek wisata yang ingin mengenal dan mengetahui lebih dalam tentang keberadaan gedung ini
5. Gedung Merdeka
Gedung Merdeka ini merupakan salah satu gedung bersejarah yang pernah ditempati Konferensi Asia-Afrika pada Tahun 1955. Saat ini Gedung bersejarah ini dijadukan sebagai tempat menyimpan dan memamerkan beragam benda koleksi serta foto-foto yang terjadi pada saat Konferensi berlangsung
6. Jalan Asia-Afrika
dulunya Jalan Raya Pos merupakan awal berdirinya Kota Bandung. Di sinilah tahun 1810 Gubernur Jenderal Hindia-Belanda, Herman Willem Daendels, menancapkan tongkat di suatu titik di sisi De Groote Postweg. Titik itu kemudian dikenal dengan nama Kilometer 0.
Kilometer 0 letaknya tak jauh dari pelataran Hotel Grand Preanger.
7. Hotel Savoy Homann.
Merupakan hotel pertama di Bandung, hotel ini awalnya dimiliki dan dijalankan oleh keluarga Homann dari Jerman. Bermula dari bangunan bambu, hotel itu kemudian direkonstruksi ke gaya neogothik romantik yang sedang populer kala itu. Tahun 1939, A.F. Aalbers ditugaskan mendesain ulang ke gaya streamline art deco.
Hotel ini juga menjadi tempat penginapan pemimpin Asia dan Afrika kala Konferensi Asia-Afrika diselenggarakan di Bandung tahun 1955.
8. Sungai Cikapundung
Sungai Cikapundung menjadi salah satu alasan mengapa Deandels memindahkan ibukota yang lama ke alun-alun. Sungai bersejarah ini merupakan sumber bagi warga dalam mencari sumber air.
Pada zaman prasejarah, saat Danau Besar Bandung masih ada, sungai ini berada 30 meter di bawah permukaan danau. Manusia prasejarah yang tinggal di perbukitan utara biasa menyeberangi danau sebelum tiba di selatan Bandung untuk suatu urusan.
9. Kantor Pos Bandung dan Gedung Bank Mandiri
Kantor Pos yang dibangun pada 1928 ini masih difungsikan seperti dulu—Posten Telegraf Kantoor. Bangunan bergaya geometric art deco ini merupakan rancangan J. Van Gent. Sedangkan Gedung Bank Mandiri awalnya adalah Bank Escompto. Inilah bank pertama di Bandung yang melayani warga maupun tuan tanah Parahyangan. Menara uniknya di sisi barat diberi aksen dua jam bundar kecil.
10. BRAGA
Sepenggal jalan ini menjadi ikon Bandung. Dulu setiap sore jalan ini dipadati pejalan kaki yang hendak bragaderen (ABG kini menyebutnya mejeng).
Yang jelas, Braga merupakan satu dari tiga jalan pertama di Bandung (lainnya Jalan Asia-Afrika dan Jalan Merdeka).
11. TAMAN DEWI SARTIKA.
Taman ini dibuat 1864 dan letaknya menyatu dengan Kantor Kodya Bandung yang bergaya geometric art deco.
12. TAMAN LALU LINTAS.
Taman Lalu Lintas yang dibangun tahun 1910-an ini awalnya bernama Insulinde Park dan digunakan sebagai tempat upacara bagi militer Hindia Belanda. Ya, kawasan ini merupakan kawasan militer. Jangan sembarangan memotret kalau tidak ingin kamera Anda diminta penjaga.
13. TAMAN MALUKU
Sedangkan Taman Maluku aslinya Molukkenpark. Yang khas di sini adalah patung pendeta militer Belanda, Verbraak, di sudut utaranya. Omong-omong, dulu taman ini terkenal dengan warianya. Jika melintas malam-malam di sini, dijamin banyak penggoda yang menggoyahkan iman.
14. GEDUNG SATE
Inilah penanda Bandung, yang sering gambarnya dijadikan kartu pos. Gerber merancang gedung paling monumental di Indonesia ini dalam gaya Indo-Eropa, memadukan bermacam gaya moorish Spanyol, renaissance Italia, art deco, dan Sunda. Gedung ini dibangun secara diagonal menghadap Gunung Tangkuban Perahu.