sdn16negerikaler
Derita Nelayan? Kaum nelayan di negeri ini, mesti nya perlu berbangga diri, karena tanggal 6 April, kembali seluruh warga bangsa akan memperingati nya sebagai Hari Nelayan Indonesia. Lazim nya orang yang berhari jadi, tentu akan dihangatkan oleh suasana kegembiraan. Ada acara tiup lilin. Ada yang menerima kado. Bahkan ada juga yang menyambut nya dengan acara tumpengan. Yang pasti, kita jarang saksikan orang yang berhari jadi akan diisi oleh acara yang penuh dengan kesedihan. Hal ini sama saja dengan harapan yang disampaikan keluarga, kerabat dan sahabat yang menympaikan ucapan ulang tahun. Mereka umum nya akan mengucapkan "selamat ulang tahun dan semoga panjang umur". Kita hampir tidak pernah mendengar, ada yang mendoakan nya "semoga pondok umur".
Hari Jadi Nelayan di tahun 2013 ini, ada baik nya kita peringati dengan penuh kesungguhan dan penghayatan yang sangat dalam. Terutama dalam mencari jawab atas pertanyaan : benarkah kondisi kehidupan kaum nelayan relatif lebih mengenaskan dibanding dengan kehidupan kaum tani ? Beberapa pakar, seringkali menegaskan, nasib dan kehidupan yang menimpa kaum nelayan di negara kita, tidaklah lebih baik dibandingkan dengan yang dialami oleh para petani. Bahkan yang nama nya nelayan gurem atau nelayan buruh, benar-benar terekam dalam suasana hidup yang cukup memprihatinkan. Mereka, sungguh terjerat dalam lingkaran setan kemiskinan yang tidak berujung pangkal.
Nelayan Bangkit Mengubah Nasib, memang sudah sejak lama mengemuka menjadi jargon yang menggema ke segenap penjuru tanah air. Mulai dari Presiden, Gubernur dan Bupati hampir tiada henti bicara soal perlindungan dan pembelaan kaum nelayan. Melalui para pembantu nya yang memiliki kaitan tugas pokok dan fungsi pembangunan kaum nelayan, kita saksikan betapa banyak nya program yang digulirkan. Semua sepakat, kemelaratan dan kemiskinan kaum nelayan harus segera dihapuskan. Semua sepemikiran, pendederitaan yang mendera kaum nelayan mesti sesegera mungkin dihentikan. Dan semua juga seide bila kaum nelayan harus mampu tumbuh dan berkembang ke kondisi hidup yang lebih baik.
Upaya melindungi dan membela kaum nelayan dari terpaan kehidupan yang mendera nya, jelas tidak cukup hanya dengan kemauan politik, yang biasa nya dimunculkan lewat pidato para pejabat. Nasib dan kehidupan kaum nelayan akan berubah sekira nya kita mampu merumuskan model pemberdayaan dan model pemartabatan, yang senafas dengan kemauan politik diatas. Disini, pendidikan dan pelatihan bagi kaum nelayan menjadi sangat penting. Beberapa program yang digulirkan di lapangan selama ini, diarahkan untuk menggapai harapan diatas. Sayang, dikarenakan pola pendekatan yang masih menggunakan bentuk keproyekan, maka hasil yang dicapai menjadi kurang optimal.
Itu sebab nya, beberapa pihak sering mengusulkan kepada Pemerintah, agar pendekatan proyek yang dilakukan selama ini, sebaik nya dilengkapi dengan makna gerakan. Ini penting dicatat, karena gerakan menunjukkan menunjukkan makna kebersamaan, keberlanjutan, keterpaduan, keserempakan, bahu membahu, dan tentu saja terajut dalam sebuah pola yang sistemik. Dalam gerakan, para pihak yang terlibat di dalam nya memiliki peran dan tanggungjawab sesuai dengan potensi, kapasitas dan kompetensi nya masing-masing. Ini sebetul nya yang menjadi dasar pertimbangan, mengapa yang nama nya gerakan, senantiasa akan dilandasi oleh tumbuh nya "rasa memiliki", "rasa tanggungjawab" dan "rasa memajukan" dari para pihak yang ikut serta di dalam nya.
Sebagai warga bangsa, kaum nelayan sangat berhak untuk dapat hidup sejahtera. Nelayan tidak selayak nya menjadi korban pembangunan. Nelayan tidak boleh tersingkirkan dari pentas pembangunan yang kini tengah berlangsung. Oleh sebab itu, ketika seluruh kaum nelayan di negeri ini sedang memperingati Hari Nelayan, maka tidak keliru kalau kita pun selalu menggaungkan jargon "bersama nelayan membangun bangsa". Semoga jargon ini akan menjadi kado yang sangat berharga, dengan satu catatan penting : tidak berkembang menjadi sebuah wacana semata. Dirgahayu Kaum Nelayan se Indonesia Raya.
Kaum nelayan di negeri ini, mesti nya perlu berbangga diri, karena tanggal 6 April, kembali seluruh warga bangsa akan memperingati nya sebagai Hari Nelayan Indonesia. Lazim nya orang yang berhari jadi, tentu akan dihangatkan oleh suasana kegembiraan. Ada acara tiup lilin. Ada yang menerima kado. Bahkan ada juga yang menyambut nya dengan acara tumpengan. Yang pasti, kita jarang saksikan orang yang berhari jadi akan diisi oleh acara yang penuh dengan kesedihan. Hal ini sama saja dengan harapan yang disampaikan keluarga, kerabat dan sahabat yang menympaikan ucapan ulang tahun. Mereka umum nya akan mengucapkan "selamat ulang tahun dan semoga panjang umur". Kita hampir tidak pernah mendengar, ada yang mendoakan nya "semoga pondok umur".
Hari Jadi Nelayan di tahun 2013 ini, ada baik nya kita peringati dengan penuh kesungguhan dan penghayatan yang sangat dalam. Terutama dalam mencari jawab atas pertanyaan : benarkah kondisi kehidupan kaum nelayan relatif lebih mengenaskan dibanding dengan kehidupan kaum tani ? Beberapa pakar, seringkali menegaskan, nasib dan kehidupan yang menimpa kaum nelayan di negara kita, tidaklah lebih baik dibandingkan dengan yang dialami oleh para petani. Bahkan yang nama nya nelayan gurem atau nelayan buruh, benar-benar terekam dalam suasana hidup yang cukup memprihatinkan. Mereka, sungguh terjerat dalam lingkaran setan kemiskinan yang tidak berujung pangkal.
Nelayan Bangkit Mengubah Nasib, memang sudah sejak lama mengemuka menjadi jargon yang menggema ke segenap penjuru tanah air. Mulai dari Presiden, Gubernur dan Bupati hampir tiada henti bicara soal perlindungan dan pembelaan kaum nelayan. Melalui para pembantu nya yang memiliki kaitan tugas pokok dan fungsi pembangunan kaum nelayan, kita saksikan betapa banyak nya program yang digulirkan. Semua sepakat, kemelaratan dan kemiskinan kaum nelayan harus segera dihapuskan. Semua sepemikiran, pendederitaan yang mendera kaum nelayan mesti sesegera mungkin dihentikan. Dan semua juga seide bila kaum nelayan harus mampu tumbuh dan berkembang ke kondisi hidup yang lebih baik.
Upaya melindungi dan membela kaum nelayan dari terpaan kehidupan yang mendera nya, jelas tidak cukup hanya dengan kemauan politik, yang biasa nya dimunculkan lewat pidato para pejabat. Nasib dan kehidupan kaum nelayan akan berubah sekira nya kita mampu merumuskan model pemberdayaan dan model pemartabatan, yang senafas dengan kemauan politik diatas. Disini, pendidikan dan pelatihan bagi kaum nelayan menjadi sangat penting. Beberapa program yang digulirkan di lapangan selama ini, diarahkan untuk menggapai harapan diatas. Sayang, dikarenakan pola pendekatan yang masih menggunakan bentuk keproyekan, maka hasil yang dicapai menjadi kurang optimal.
Itu sebab nya, beberapa pihak sering mengusulkan kepada Pemerintah, agar pendekatan proyek yang dilakukan selama ini, sebaik nya dilengkapi dengan makna gerakan. Ini penting dicatat, karena gerakan menunjukkan menunjukkan makna kebersamaan, keberlanjutan, keterpaduan, keserempakan, bahu membahu, dan tentu saja terajut dalam sebuah pola yang sistemik. Dalam gerakan, para pihak yang terlibat di dalam nya memiliki peran dan tanggungjawab sesuai dengan potensi, kapasitas dan kompetensi nya masing-masing. Ini sebetul nya yang menjadi dasar pertimbangan, mengapa yang nama nya gerakan, senantiasa akan dilandasi oleh tumbuh nya "rasa memiliki", "rasa tanggungjawab" dan "rasa memajukan" dari para pihak yang ikut serta di dalam nya.
Sebagai warga bangsa, kaum nelayan sangat berhak untuk dapat hidup sejahtera. Nelayan tidak selayak nya menjadi korban pembangunan. Nelayan tidak boleh tersingkirkan dari pentas pembangunan yang kini tengah berlangsung. Oleh sebab itu, ketika seluruh kaum nelayan di negeri ini sedang memperingati Hari Nelayan, maka tidak keliru kalau kita pun selalu menggaungkan jargon "bersama nelayan membangun bangsa". Semoga jargon ini akan menjadi kado yang sangat berharga, dengan satu catatan penting : tidak berkembang menjadi sebuah wacana semata. Dirgahayu Kaum Nelayan se Indonesia Raya.
Salam,