Niaeigth
Globalisasi telah terjadi selama berabad-abad silam dan menggunakan beragam cara yang sangat beragam. Namun, intensitas globalisasi yang terjadi lebih awal dari pada zaman sekarang memiliki intensitas proses yang lebih lambat dibandingkan dengan masa sekarang. Pada awalnya, kolonialisasi, perdagangan dan migrasi adalah bentuk yang dilakukan menuju proses globalisasi. Namun pasca Perang Dunia II, proses globalisasi tidak hanya lagi dihadapkan pada proses perdagangan, migrasi ataupun kolonialisasi, melainkan globalisasi semakin cepat dan besar terjadi melalui terobosan teknologi informasi, komunikasi dan transportasi.
Dengan bentuk proses globalisasi melalui teknologi informasi, komunikasi dan transportasi, maka percepatan yang terjadi dalam kehidupan manusia bukan hanya berbicara mengenai perekonomian saja, namun juga menyentuh nilai-nilai, budaya, norma dan etika yang ada dalam sistem lokal suatu negara, yaitu masyarakat. Sehingga, globalisasi menciptakan sebuah tatanan dunia yang saling keterkaitan antara setiap aktor satu dengan kehadiran aktor yang lainnya (interdependence).
Globalisasi menghasilkan suatu paradoks. Disatu sisi, globalisasi membawa nilai-nilai dan manfaat akan kebaikan bagi kehidupan manusia secara keseluruhan, namun disisi lain, timbul sebuah penilaian bahwa globalisasi membawa ketidakpastian dan ketidakteraturan akan sistem-sistem lokal suatu negara, yang menyebabkan negara tersebut kesulitan untuk membuat keteraturan bagi sistem lokalnya sehingga negara tersebut cenderung menutup dirinya akan globalisasi. Dengan paradoks seperti ini, cara pandang akan globalisasi menjadi penting untuk menentukan sebuah sikap demi mendapat kebaikan-kebaikan yang di bawa oleh globalisasi sekaligus dapat mempertahankan sistem lokalnya sendiri. Dunia saat berada pada posisi yang semakin terintegrasi dan terkoneksi. Artinya adalah, bahwa setiap negara di dunia saat ini membuka dirinya dengan keberadaan sistem global. Apa yang sistem lokal negara lakukan akan berdampak bagi sistem lokal negara lainnya, begitu pula dengan apa yang dilakukan oleh sistem lokal lainnya akan berdampak bagi sistem lokal internal suatu negara lain.
Pihak yang kontra terhadap globalisasi mengatakan bahwa globalisasi telah membawa sejumlah kemajuan bagi dunia, sedangkan pihak yang pro mengatakan globalisasi adalah bentuk campur tangan dari pihak luar terhadap nilai budaya dalam negeri.
Dalam bidang ekonomi khususnya, salah satu dampak adanya globalisasi adalah banyaknya perusahaan-perusahaan maju yang membangun perusahaan di negara berkembang yang kemudian mempekerjakan tenaga kerja lokal dengan gaji yang lebih rendah. Sedangkan dalam bidang sosial budaya, globalisasi telah membuat hilangnya identitas budaya lokal karena masuknya unsur-unsur asing dari luar yang tidak sesuai dengan norma budaya timur. Sebagai contoh Berciuman di depan umum dalam masyarakat di negara-negara Eropa adalah sesuatu yang wajar, tapi tidak demikian di negara-negara Arab. Kita menyaksikan terkaget-kaget seorang anak boleh memanggil nama orang tuanya tanpa embel-embel sebutan Bapak atau Ibu di negara Eropa, sebab dalam adat dan budaya Timur cara tersebut kita kategorikan sebagai perilaku lancang dan tidak tahu adat atau tatakrama.
Akan tetapi dengan adanya globalisasi perekonomian suatu negara menjadi bergantung pada perekonomian negara lainnya dengan seperti itu pemerintah jadi lebih peduli tentang satu sama lain untuk mengekang ketidakseimbangan ekonominya. Selain itu masuknya informasi juga menjadi lebih mudah dan meningkatnya pembauran budaya sehingga setiap bangsa mencari tahu lebih banyak tentang bangsa-bangsa lain mengenai preferensi budaya. Pada intinya memang globalisasi membuat dunia menjadi lebih baik tetapi juga membuat dunia menjadi lebih buruk.
Menurut saya, cara meminimalisir dampak negatif dari globalisasi adalah dengan lebih peka dalam mengambil hal yg baik dan membuang hal yang buruk. Jadi apabila dampak dari globalisasi yang dirasa negatif ya tidak usah diikuti. Buang sisi negatif dan ambil sisi positif. Selain itu kita harus lebih mencintai apapun yang ada di Indonesia, baik itu budayanya, masyarakatnya, makanannya, pendidikannya, dan lain sebagainya. Dengan mencintai negeri sendiri setidaknya kita dapat meminimalisir dampak-dampak negatif dari adanya globalisasi. MAAF YA KALO SALAH...
Dengan bentuk proses globalisasi melalui teknologi informasi, komunikasi dan transportasi, maka percepatan yang terjadi dalam kehidupan manusia bukan hanya berbicara mengenai perekonomian saja, namun juga menyentuh nilai-nilai, budaya, norma dan etika yang ada dalam sistem lokal suatu negara, yaitu masyarakat. Sehingga, globalisasi menciptakan sebuah tatanan dunia yang saling keterkaitan antara setiap aktor satu dengan kehadiran aktor yang lainnya (interdependence).
Globalisasi menghasilkan suatu paradoks. Disatu sisi, globalisasi membawa nilai-nilai dan manfaat akan kebaikan bagi kehidupan manusia secara keseluruhan, namun disisi lain, timbul sebuah penilaian bahwa globalisasi membawa ketidakpastian dan ketidakteraturan akan sistem-sistem lokal suatu negara, yang menyebabkan negara tersebut kesulitan untuk membuat keteraturan bagi sistem lokalnya sehingga negara tersebut cenderung menutup dirinya akan globalisasi. Dengan paradoks seperti ini, cara pandang akan globalisasi menjadi penting untuk menentukan sebuah sikap demi mendapat kebaikan-kebaikan yang di bawa oleh globalisasi sekaligus dapat mempertahankan sistem lokalnya sendiri. Dunia saat berada pada posisi yang semakin terintegrasi dan terkoneksi. Artinya adalah, bahwa setiap negara di dunia saat ini membuka dirinya dengan keberadaan sistem global. Apa yang sistem lokal negara lakukan akan berdampak bagi sistem lokal negara lainnya, begitu pula dengan apa yang dilakukan oleh sistem lokal lainnya akan berdampak bagi sistem lokal internal suatu negara lain.
Pihak yang kontra terhadap globalisasi mengatakan bahwa globalisasi telah membawa sejumlah kemajuan bagi dunia, sedangkan pihak yang pro mengatakan globalisasi adalah bentuk campur tangan dari pihak luar terhadap nilai budaya dalam negeri.
Dalam bidang ekonomi khususnya, salah satu dampak adanya globalisasi adalah banyaknya perusahaan-perusahaan maju yang membangun perusahaan di negara berkembang yang kemudian mempekerjakan tenaga kerja lokal dengan gaji yang lebih rendah. Sedangkan dalam bidang sosial budaya, globalisasi telah membuat hilangnya identitas budaya lokal karena masuknya unsur-unsur asing dari luar yang tidak sesuai dengan norma budaya timur. Sebagai contoh Berciuman di depan umum dalam masyarakat di negara-negara Eropa adalah sesuatu yang wajar, tapi tidak demikian di negara-negara Arab. Kita menyaksikan terkaget-kaget seorang anak boleh memanggil nama orang tuanya tanpa embel-embel sebutan Bapak atau Ibu di negara Eropa, sebab dalam adat dan budaya Timur cara tersebut kita kategorikan sebagai perilaku lancang dan tidak tahu adat atau tatakrama.
Akan tetapi dengan adanya globalisasi perekonomian suatu negara menjadi bergantung pada perekonomian negara lainnya dengan seperti itu pemerintah jadi lebih peduli tentang satu sama lain untuk mengekang ketidakseimbangan ekonominya. Selain itu masuknya informasi juga menjadi lebih mudah dan meningkatnya pembauran budaya sehingga setiap bangsa mencari tahu lebih banyak tentang bangsa-bangsa lain mengenai preferensi budaya. Pada intinya memang globalisasi membuat dunia menjadi lebih baik tetapi juga membuat dunia menjadi lebih buruk.
Menurut saya, cara meminimalisir dampak negatif dari globalisasi adalah dengan lebih peka dalam mengambil hal yg baik dan membuang hal yang buruk. Jadi apabila dampak dari globalisasi yang dirasa negatif ya tidak usah diikuti. Buang sisi negatif dan ambil sisi positif. Selain itu kita harus lebih mencintai apapun yang ada di Indonesia, baik itu budayanya, masyarakatnya, makanannya, pendidikannya, dan lain sebagainya. Dengan mencintai negeri sendiri setidaknya kita dapat meminimalisir dampak-dampak negatif dari adanya globalisasi.
MAAF YA KALO SALAH...