Tari bedaya ketawang adalah tarian yang masih disakralkan dan bersifat magis, mengapa demikian, jelaskan!
afifshinigamiBedhaya Ketawang dibawakan oleh 9 penari wanita dan dianggap sebagai induk munculnya jenis tari Bedhaya lainnya. Kesembilan penari tersebut memiliki posisi masing-masing yang disebut sebagai batak, endhel ajeg, endhel weton, apit ngarep, apit mburi, apit meneng, gulu, dhadha, serta boncit. Masing-masing posisi merupakan suatu simbol, yaitu:
· Apit mburi: melambangkan lengan kiri · Apit ngarep: melambangkan lengan kanan · Apit meneng: melambangkan kaki kiri · Batak: mewujudkan jiwa dan pikiran · Buncit: mewujudkan organ seks · Dadha: melambangkan dada · Endhel ajeg: mewujudkan nafsu atau keinginan hati · Endhel weton: melambangkan kaki kanan · Jangga (gulu): melambangkan leherKeseluruhan penari yang berjumlah 9 orang dipercaya merupakan angka sakral yang melambangkan 9 arah mata angin. Hal ini sesuai dengan kepercayaan masyarakat Jawa pada peradaban Klasik, dimana terdapat 9 dewa yang menguasai sembilan arah mata angin yang disebut juga sebagai Nawasanga, yang terdiri dari: Wisnu (Utara), Sambu (Timur Laut), Iswara (Timur), Mahesora (Tenggara), Brahma (Selatan), Rudra (Barat Daya), Mahadewa (Barat), Sengkara (Barat Laut), dan Siwa (Tengah). Upaya mengejawantahkan 9 dewa penguasa arah mata angin dalam wujud 9 orang penari tersebut merupakan suatu simbol bahwa pada hakekatnya tari Bedhaya Ketawang bertujuan untuk menjaga keseimbangan alam yaitu keseimbangan antara mikrokosmos (jagat kecil) dan makrokosmos (jagat besar). Suatu konsep kosmologi yang telah mendarah daging pada masyarakat Jawa sejak berabad-abad silam.
· Apit mburi: melambangkan lengan kiri
· Apit ngarep: melambangkan lengan kanan
· Apit meneng: melambangkan kaki kiri
· Batak: mewujudkan jiwa dan pikiran
· Buncit: mewujudkan organ seks
· Dadha: melambangkan dada
· Endhel ajeg: mewujudkan nafsu atau keinginan hati
· Endhel weton: melambangkan kaki kanan
· Jangga (gulu): melambangkan leherKeseluruhan penari yang berjumlah 9 orang dipercaya merupakan angka sakral yang melambangkan 9 arah mata angin. Hal ini sesuai dengan kepercayaan masyarakat Jawa pada peradaban Klasik, dimana terdapat 9 dewa yang menguasai sembilan arah mata angin yang disebut juga sebagai Nawasanga, yang terdiri dari: Wisnu (Utara), Sambu (Timur Laut), Iswara (Timur), Mahesora (Tenggara), Brahma (Selatan), Rudra (Barat Daya), Mahadewa (Barat), Sengkara (Barat Laut), dan Siwa (Tengah). Upaya mengejawantahkan 9 dewa penguasa arah mata angin dalam wujud 9 orang penari tersebut merupakan suatu simbol bahwa pada hakekatnya tari Bedhaya Ketawang bertujuan untuk menjaga keseimbangan alam yaitu keseimbangan antara mikrokosmos (jagat kecil) dan makrokosmos (jagat besar). Suatu konsep kosmologi yang telah mendarah daging pada masyarakat Jawa sejak berabad-abad silam.