Thailand adalah negara yang paling serius di kawasan Asia Tenggara dalam menangani buah dan sayur. Thailand adalah negara pengekspor babycorn terbesar kedua di dunia. Mereka juga pengekspor asparagus. Durian mereka menyerbu supermarket Jepang, China, Taiwan dan juga Indonesia. Bukan saja produk segar, mereka juga mengekspor buah kering dan sayur dalam kaleng. Selain itu mereka juga membanjiri dunia dengan produk juice berbagai buah dan sayur. Hal ini dikarenakan Peran negara dalam mendukung petani sangatlah besar. Negara menyediakan dukungan penelitian, pelatihan dan sarana produksi bahkan Bank Of Agriculture yang menyalurkan modal kerja bagi petani. Negara juga menjamin kualitas produk yang dihasilkan dengan sertifikasi. Belanja negara untuk pembangunan infrastruktur diarahkan untuk mendukung pengembangan pertanian. Jalan dan pasar induk dibangun dan dikelola dengan profesional.
Peran sektor bisnis juga tak boleh dilupakan. Sistem contract farming yang dipakai di Thailand berbeda dari yang biasa kita kenal di Indonesia. Perusahaan melakukan kontrak dengan petani tanpa perlu petani menyerahkan agunan. Di Indonesia, umumnya tanah petani menjadi agunan, sehingga kalau petani gagal, tanah mereka akan disita. Kegagalan petani akan ditanggung oleh negara. Statuta utama dalam kontrak tersebut adalah perusahaan menjamin harga minimal dari produk yang dimintanya untuk ditaman oleh petani. Jika harga pasar diatas harga kontrak, petani bebas untuk menjualnya ke pihak lain.
Salah satu contoh perusahaan yang berperan dalam pertanian adalah Swift Company. Perusahaan asli Thailand ini adalah perusahaan pengekspor buah dan sayur premium ke pasar Eropa. Mereka melakukan kontrak dengan petani. Mereka menjamin harga hampir 10 kali lebih tinggi dari harga pasar. Untuk menekan biaya, mereka melakukan sorting dan grading sejak dari lahan petani. Sehingga ketika produk sampai di gudang perusahaan, hampir tidak ada lagi yang dibuang. Tinggal mengepak dan mengirimkannya ke Eropa dengan pesawat. Pagi dipanen di lahan petani, pagi berikutnya sudah terjaja di konter supermarket di London dan kota-kota besar lainnya di Eropa.
Jika terjadi kegagalan karena alam, perusahaan ikut bertanggung jawab. Sayur mayur dan buah-buahan juga banyak yang tidak dibiakkan di atas lahan tanah, tetapi dengan sistem hidroponik. Tanaman ditancapkan di atas gabus atau styrofoam yang diletakkan mengambang di atas air. Pupuk untuk nutrisi tanaman dilarutkan dalam air. Selain tak membutuhkan lahan tanah luas, sistem tersebut juga bisa menghasilkan produk organik yang lebih sehat. Petani juga sangat menjaga agar produk kami benar-benar organik, tanpa pestisida. Jika ada banyak ulat, mereka akan membuka jaring penutup tanaman. Selanjutnya burung-burung yang berdatangan memakan ulat-ulat tersebut.
Penjelasan:
Penanaman Sayur dan buah
Thailand adalah negara yang paling serius di kawasan Asia Tenggara dalam menangani buah dan sayur. Thailand adalah negara pengekspor babycorn terbesar kedua di dunia. Mereka juga pengekspor asparagus. Durian mereka menyerbu supermarket Jepang, China, Taiwan dan juga Indonesia. Bukan saja produk segar, mereka juga mengekspor buah kering dan sayur dalam kaleng. Selain itu mereka juga membanjiri dunia dengan produk juice berbagai buah dan sayur. Hal ini dikarenakan Peran negara dalam mendukung petani sangatlah besar. Negara menyediakan dukungan penelitian, pelatihan dan sarana produksi bahkan Bank Of Agriculture yang menyalurkan modal kerja bagi petani. Negara juga menjamin kualitas produk yang dihasilkan dengan sertifikasi. Belanja negara untuk pembangunan infrastruktur diarahkan untuk mendukung pengembangan pertanian. Jalan dan pasar induk dibangun dan dikelola dengan profesional.
Peran sektor bisnis juga tak boleh dilupakan. Sistem contract farming yang dipakai di Thailand berbeda dari yang biasa kita kenal di Indonesia. Perusahaan melakukan kontrak dengan petani tanpa perlu petani menyerahkan agunan. Di Indonesia, umumnya tanah petani menjadi agunan, sehingga kalau petani gagal, tanah mereka akan disita. Kegagalan petani akan ditanggung oleh negara. Statuta utama dalam kontrak tersebut adalah perusahaan menjamin harga minimal dari produk yang dimintanya untuk ditaman oleh petani. Jika harga pasar diatas harga kontrak, petani bebas untuk menjualnya ke pihak lain.
Salah satu contoh perusahaan yang berperan dalam pertanian adalah Swift Company. Perusahaan asli Thailand ini adalah perusahaan pengekspor buah dan sayur premium ke pasar Eropa. Mereka melakukan kontrak dengan petani. Mereka menjamin harga hampir 10 kali lebih tinggi dari harga pasar. Untuk menekan biaya, mereka melakukan sorting dan grading sejak dari lahan petani. Sehingga ketika produk sampai di gudang perusahaan, hampir tidak ada lagi yang dibuang. Tinggal mengepak dan mengirimkannya ke Eropa dengan pesawat. Pagi dipanen di lahan petani, pagi berikutnya sudah terjaja di konter supermarket di London dan kota-kota besar lainnya di Eropa.
Jika terjadi kegagalan karena alam, perusahaan ikut bertanggung jawab. Sayur mayur dan buah-buahan juga banyak yang tidak dibiakkan di atas lahan tanah, tetapi dengan sistem hidroponik. Tanaman ditancapkan di atas gabus atau styrofoam yang diletakkan mengambang di atas air. Pupuk untuk nutrisi tanaman dilarutkan dalam air. Selain tak membutuhkan lahan tanah luas, sistem tersebut juga bisa menghasilkan produk organik yang lebih sehat. Petani juga sangat menjaga agar produk kami benar-benar organik, tanpa pestisida. Jika ada banyak ulat, mereka akan membuka jaring penutup tanaman. Selanjutnya burung-burung yang berdatangan memakan ulat-ulat tersebut.