Sultan Tahmidillah I memiliki tiga orang anak yang bisa menggantikan kedudukannya sebagai sultan yaitu Pangeran Amir, Pangeran Abdullah dan Pangerah Rahmat. Muncullah Pangeran Nata yang merupakan saudara Sultan Tahmidillah I. Antagonis ini membunuh Pangeran Abdullah dan Pangeran Rahmat atas bantuan Belanda. Hanya Pangeran Amir yang selamat. Belanda lalu mengangat Pangeran Nata menjadi Sultah Tahmidillah II.
Pangeran Amir yang selamat tentu tidak menerima Sultan Tahmidillah II menjadi Sultan Banjar. Konflik pun meletus selama beberapa tahun. Namun dengan mudahnya Sultan Tahmidillah II dan Belanda mengalahkan Pangeran Amir. Pangeran Amir ditangkap dan dibuang ke Ceylon atau Sri Lanka. Tapi kemenangan atas Pangeran Amir ini tidaklah gratis. Sultan Tahmidillah II harus membayar daerah Kotawaringin, Bulungan, Pasir dan Kutai kepada Belanda.
Pangeran Antasari adalah putra dari Pangeran Amir yang lahir di tahun 1809. Pangeran Antasari kecil sudah membenci kehidupan istana yang penuh politik, intrik dan pengaruh kekuasaan kolonial Belanda. Dia lebih sering hidup di masyarakat biasa, bermain bersama rakyat biasa, hidup bertani dan berdagang serta mempelajari agama Islam pada para ulama.
Agama Islam sangat berpengaruh ke kehidupan Pangeran Antasari. Tak heran Pangeran Antasari memiliki akhlak yang baik. Seperti jujur, ikhlas dan pemurah. Tak hanya itu, Pangeran Antasari juga sangat tabah dalam menghadapi cobaan dan memiliki pandangan yang cukup luas dan jauh sehingga dia sangat disukai oleh rakyat. Sehingga Pangeran Antasari menjadi pemimpin yang baik bagi rakyat Kalimantan Selatan.
Kondisi Kesultanan cukup memprihatinkan, tidak stabil dan kacau. Sultan Tahmidillah II wafat dan diganti oleh Sultan Sulaiman yang hanya dua tahun memerintah. Lalu Sultan Adam yang melanjutkan pemerintahan. Wilayah Kesultanan Banjar sekarang tinggal sedikit yaitu Banjarmasin, Hulusungai dan Martapura. Wilayah yang dimiliki sebelumnya sudah diambil oleh Belanda karena suatu perjanjian.
Perjanjian yang ditandatangani tahun 1826 itu cukup merugikan Kesultanan Banjar. Isinya yaitu Kesultanan Banjar tidak bisa membuka hubungan diplomasi dengan negara selain Belanda. Pengecilan wilayah Kesultanan Banjar karena beberapa bagian wilayah menjadi milik dan diawasi oleh Belanda. Tokoh yang memangku jabatan Mangkubumi pun harus disetujui oleh pemerintah Belanda. Padang perburuan yang menjadi tradisi dan penuh dengan menjangan pun harus diserahkan ke Belanda.
Seperti Padang Bajingah, Padang Pacakan, Padang Simupuran, Padang Ujung Karangan dan Padang Atirak. Penduduk sekitar dilarang berburu di menjangan itu. Pajak penjualan intan pun didapat oleh Belanda dengan jumlah sepuluh persen dari harga intan dan harga pembeliannya juga diatur oleh Belanda. Satu-satunya yang terlihat baik adalah Belanda melindungi Kesultanan Banjar apabila diserang oleh musuh. Baik musuh dari dalam negeri maupun luar negeri. Kelihatannya Belanda melindungi kedaulatan Kesultanan Banjar. Tapi justru musuh Kesultanan Banjar adalah Belanda sendiri.
Perjanjian yang tidak seimbang ini tentu dipengaruhi oleh tindakan pendahulu Sultan Adam yaitu Pangeran Nata. Pangeran Nata yang dibantu oleh Belanda untuk merebut kekuasaan bagaikan bersekutu dengan setan. Akibatnya, Pangeran Nata harus membalas budi Belanda dengan perjanjian yang sangat menguntungkan Belanda baik dari jangka pendek maupun jangka panjang.
Jawaban:
Sejarah Perang Banjar
Sultan Tahmidillah I memiliki tiga orang anak yang bisa menggantikan kedudukannya sebagai sultan yaitu Pangeran Amir, Pangeran Abdullah dan Pangerah Rahmat. Muncullah Pangeran Nata yang merupakan saudara Sultan Tahmidillah I. Antagonis ini membunuh Pangeran Abdullah dan Pangeran Rahmat atas bantuan Belanda. Hanya Pangeran Amir yang selamat. Belanda lalu mengangat Pangeran Nata menjadi Sultah Tahmidillah II.
Pangeran Amir yang selamat tentu tidak menerima Sultan Tahmidillah II menjadi Sultan Banjar. Konflik pun meletus selama beberapa tahun. Namun dengan mudahnya Sultan Tahmidillah II dan Belanda mengalahkan Pangeran Amir. Pangeran Amir ditangkap dan dibuang ke Ceylon atau Sri Lanka. Tapi kemenangan atas Pangeran Amir ini tidaklah gratis. Sultan Tahmidillah II harus membayar daerah Kotawaringin, Bulungan, Pasir dan Kutai kepada Belanda.
Pangeran Antasari adalah putra dari Pangeran Amir yang lahir di tahun 1809. Pangeran Antasari kecil sudah membenci kehidupan istana yang penuh politik, intrik dan pengaruh kekuasaan kolonial Belanda. Dia lebih sering hidup di masyarakat biasa, bermain bersama rakyat biasa, hidup bertani dan berdagang serta mempelajari agama Islam pada para ulama.
Agama Islam sangat berpengaruh ke kehidupan Pangeran Antasari. Tak heran Pangeran Antasari memiliki akhlak yang baik. Seperti jujur, ikhlas dan pemurah. Tak hanya itu, Pangeran Antasari juga sangat tabah dalam menghadapi cobaan dan memiliki pandangan yang cukup luas dan jauh sehingga dia sangat disukai oleh rakyat. Sehingga Pangeran Antasari menjadi pemimpin yang baik bagi rakyat Kalimantan Selatan.
Kondisi Kesultanan cukup memprihatinkan, tidak stabil dan kacau. Sultan Tahmidillah II wafat dan diganti oleh Sultan Sulaiman yang hanya dua tahun memerintah. Lalu Sultan Adam yang melanjutkan pemerintahan. Wilayah Kesultanan Banjar sekarang tinggal sedikit yaitu Banjarmasin, Hulusungai dan Martapura. Wilayah yang dimiliki sebelumnya sudah diambil oleh Belanda karena suatu perjanjian.
Perjanjian yang ditandatangani tahun 1826 itu cukup merugikan Kesultanan Banjar. Isinya yaitu Kesultanan Banjar tidak bisa membuka hubungan diplomasi dengan negara selain Belanda. Pengecilan wilayah Kesultanan Banjar karena beberapa bagian wilayah menjadi milik dan diawasi oleh Belanda. Tokoh yang memangku jabatan Mangkubumi pun harus disetujui oleh pemerintah Belanda. Padang perburuan yang menjadi tradisi dan penuh dengan menjangan pun harus diserahkan ke Belanda.
Seperti Padang Bajingah, Padang Pacakan, Padang Simupuran, Padang Ujung Karangan dan Padang Atirak. Penduduk sekitar dilarang berburu di menjangan itu. Pajak penjualan intan pun didapat oleh Belanda dengan jumlah sepuluh persen dari harga intan dan harga pembeliannya juga diatur oleh Belanda. Satu-satunya yang terlihat baik adalah Belanda melindungi Kesultanan Banjar apabila diserang oleh musuh. Baik musuh dari dalam negeri maupun luar negeri. Kelihatannya Belanda melindungi kedaulatan Kesultanan Banjar. Tapi justru musuh Kesultanan Banjar adalah Belanda sendiri.
Perjanjian yang tidak seimbang ini tentu dipengaruhi oleh tindakan pendahulu Sultan Adam yaitu Pangeran Nata. Pangeran Nata yang dibantu oleh Belanda untuk merebut kekuasaan bagaikan bersekutu dengan setan. Akibatnya, Pangeran Nata harus membalas budi Belanda dengan perjanjian yang sangat menguntungkan Belanda baik dari jangka pendek maupun jangka panjang.