Sudah seminggu ini Aryo berkelakuan tak seperti biasa. Bocah itu nampak murung dan selalu mengurung diri di kamarnya. Padahal, biasanya Aryo adalah anak yang ceria. Memang, sehari-hari ia tak secerewet Winda, adiknya. Tapi, Aryo bukanlah anak pendiam, walaupun dalam beberapa hal agak tertutup. Sebagai ibunya, ada perasaan khawatir juga, kenapa Aryo jadi lebih suka masuk kamar tiap pulang sekolah. Padahal, biasanya pulang sekolah Aryo langsung menemuiku dan sibuk bercerita ini itu, terutama tentang teman-temannya di sekolah. Pernah suatu kali kutegur jagoanku itu, ketika untuk ketiga kalinya ia langsung masuk kamar sepulang sekolah dan tak keluar lagi sampai sore hari saat waktunya mandi. Ku ketuk pintu kamarnya yang ternyata tak terkunci dan sambil duduk di tepi ranjang, kuusap kepalanya yang sedang terlungkap di bantal. “Kenapa sih, Nak?” pancingku lembut. “Ada masalah di sekolahmu?” Kepalanya menggeleng. “Tapi, Bunda lihat sudah tiga hari ini kamu murung terus?” Tak ada reaksi. “Kamu nggak mau cerita sama Bunda?” Tetap tak ada jawaban. Aku menghela napas. “Oke, deh ... Kalau kamu nggak mau cerita, Bunda juga nggak apa-apa. Tapi, kalau kamu ada masalah sama teman-temanmu atau sama guru di sekolah, ceritakan sama Bunda kalau kamu sudah siap ya?” Aryo tetap tengkurap. Setelah menunggu beberapa saat, tetap tak ada reaksi, aku keluar kamarnya dengan hati gundah. (Zhakiyah Yunarwati, “Flu Burung”) 1. tuliskanlah nilai kehidupan dalam cerpen tersebut
Aryo memiliki perubahan pada hidupnya dan ia awalnya anak yang selalu bersemangat menjadi anak yang pendiem dan selalu berdiam di kamarnya, bahkan Aryo tidak ingin cerita kepada ibunya. Hal ini menandakan bahwa Aryo sedang memiliki masalah yang membuat nya menjadi murung.
Jawaban:
Aryo memiliki perubahan pada hidupnya dan ia awalnya anak yang selalu bersemangat menjadi anak yang pendiem dan selalu berdiam di kamarnya, bahkan Aryo tidak ingin cerita kepada ibunya. Hal ini menandakan bahwa Aryo sedang memiliki masalah yang membuat nya menjadi murung.