Simbiosis parasitisme adalah sebuah hubungan antara dua spesies di mana satu spesies, yang disebut parasit, mendapatkan manfaat sementara spesies lainnya, yang disebut inang, menderita kerugian. Parasit adalah organisme yang hidup dan bergantung pada inangnya untuk mendapatkan nutrisi, perlindungan, atau sumber daya lainnya yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya.
Parasit memiliki berbagai cara untuk menyerang inangnya. Beberapa parasit hidup di dalam tubuh inang, seperti cacing usus atau protozoa yang menyerang sistem pencernaan. Ada juga parasit yang hidup di luar tubuh inang, seperti kutu, lalat, atau nyamuk yang menghisap darah inang.
Dalam simbiosis parasitisme, parasit biasanya merugikan inangnya dengan mengambil nutrisi dari inang, merusak jaringan tubuh, atau menghambat fungsi normal inang. Sebagai respons terhadap serangan parasit, inang dapat mengalami penyakit, penurunan kesehatan, atau bahkan kematian.
Simbiosis parasitisme seringkali merupakan hubungan yang tidak seimbang, di mana parasit menjadi penerima manfaat yang lebih besar daripada inang. Parasit berkembang biak dan bertahan hidup dengan memanfaatkan inang, sementara inang menderita akibat adanya parasit.
Contoh-contoh simbiosis parasitisme antara lain seperti kutu pada hewan atau manusia, lalat yang bertelur di dalam tubuh hewan, cacing yang hidup di dalam usus manusia, dan protozoa yang menyebabkan malaria pada manusia.
Simbiosis parasitisme merupakan salah satu bentuk interaksi antarorganisme yang penting dalam ekosistem, meskipun dampaknya cenderung negatif bagi inangnya. Simbiosis ini telah ada selama berjuta-juta tahun dan telah membentuk dinamika evolusi yang kompleks antara parasit dan inangnya.
Simbiosis parasitisme adalah sebuah hubungan antara dua spesies di mana satu spesies, yang disebut parasit, mendapatkan manfaat sementara spesies lainnya, yang disebut inang, menderita kerugian. Parasit adalah organisme yang hidup dan bergantung pada inangnya untuk mendapatkan nutrisi, perlindungan, atau sumber daya lainnya yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya.
Parasit memiliki berbagai cara untuk menyerang inangnya. Beberapa parasit hidup di dalam tubuh inang, seperti cacing usus atau protozoa yang menyerang sistem pencernaan. Ada juga parasit yang hidup di luar tubuh inang, seperti kutu, lalat, atau nyamuk yang menghisap darah inang.
Dalam simbiosis parasitisme, parasit biasanya merugikan inangnya dengan mengambil nutrisi dari inang, merusak jaringan tubuh, atau menghambat fungsi normal inang. Sebagai respons terhadap serangan parasit, inang dapat mengalami penyakit, penurunan kesehatan, atau bahkan kematian.
Simbiosis parasitisme seringkali merupakan hubungan yang tidak seimbang, di mana parasit menjadi penerima manfaat yang lebih besar daripada inang. Parasit berkembang biak dan bertahan hidup dengan memanfaatkan inang, sementara inang menderita akibat adanya parasit.
Contoh-contoh simbiosis parasitisme antara lain seperti kutu pada hewan atau manusia, lalat yang bertelur di dalam tubuh hewan, cacing yang hidup di dalam usus manusia, dan protozoa yang menyebabkan malaria pada manusia.
Simbiosis parasitisme merupakan salah satu bentuk interaksi antarorganisme yang penting dalam ekosistem, meskipun dampaknya cenderung negatif bagi inangnya. Simbiosis ini telah ada selama berjuta-juta tahun dan telah membentuk dinamika evolusi yang kompleks antara parasit dan inangnya.