Struktur kalimat dalam cerita fabel kelinci sang penakluk
gumantinr
Kelas : VIII pelajaran : Bahasa Indonesia kategori : Teks fabel kata kunci : Struktur kalimat, teks "Kelinci Sang Penakluk"
pembahasan Struktur kalimat adalah unsur-unsur yang membentuk sebuah kalimat menjadi suatu pikiran yang utuh. Struktur kalimat terdiri dari subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan
Kelinci Sang Penakluk
Di sebuah hutan (keterangan tempat) hiduplah (predikat) seekor singa yang ganas (subjek).
Suatu hari (keterangan waktu) sang singa ganas itu (subjek) membuat (predikat) peraturan (objek) bahwa (konjungsi) dia (subjek) tidak akan berburu (predikat) binatang hutan (objek).
Pada hari pertama setelah peraturan itu diberlakukan (keterangan waktu) datanglah (predikat) seekor kelinci (subjek).
Sambil terengah-engah (keterangan suasana) kelinci itu (subjek) minta maaf (predikat) kepada sang singa yang ganas itu (objek).
“Maaf sang raja, saya (subjek) datang terlambat (predikat). Ada singa lain yang tadi (subjek) memburu (predikat) saya (objek),” kata si kelinci.
Kemudian (kata sambung), singa yang ganas itu (subjek) mengangguk-anggukkan kepala dan langsung menyahut (predikat), “Mana (kata tanya) singa (subjek) yang mengejarmu (predikat)? Akan kuhabisi (predikat) dia (objek) sekarang juga (keterangan waktu).”
“Ya sang raja, dia (subjek) ada (predikat) di dalam sumur itu (keterangan tempat).”
Akhirnya (kata sambung), binatang-binatang itu (subjek) menjadi (predikat) lega (keterangan suasana). Berkat kecerdikan kelinci (pelengkap) Sang singa yang ganas itu (subjek) masuk (predikat) ke dalam sumur (keterangan tempat) dan (kata sambung) tidak ada lagi (predikat) pemangsa (objek) di hutan itu (keterangan tempat).
pelajaran : Bahasa Indonesia
kategori : Teks fabel
kata kunci : Struktur kalimat, teks "Kelinci Sang Penakluk"
pembahasan
Struktur kalimat adalah unsur-unsur yang membentuk sebuah kalimat menjadi suatu pikiran yang utuh. Struktur kalimat terdiri dari subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan
Kelinci Sang Penakluk
Di sebuah hutan (keterangan tempat) hiduplah (predikat) seekor singa yang ganas (subjek).
Suatu hari (keterangan waktu) sang singa ganas itu (subjek) membuat (predikat) peraturan (objek) bahwa (konjungsi) dia (subjek) tidak akan berburu (predikat) binatang hutan (objek).
Pada hari pertama setelah peraturan itu diberlakukan (keterangan waktu) datanglah (predikat) seekor kelinci (subjek).
Sambil terengah-engah (keterangan suasana) kelinci itu (subjek) minta maaf (predikat) kepada sang singa yang ganas itu (objek).
“Maaf sang raja, saya (subjek) datang terlambat (predikat). Ada singa lain yang tadi (subjek) memburu (predikat) saya (objek),” kata si kelinci.
Kemudian (kata sambung), singa yang ganas itu (subjek) mengangguk-anggukkan kepala dan langsung menyahut (predikat), “Mana (kata tanya) singa (subjek) yang mengejarmu (predikat)? Akan kuhabisi (predikat) dia (objek) sekarang juga (keterangan waktu).”
“Ya sang raja, dia (subjek) ada (predikat) di dalam sumur itu (keterangan tempat).”
Akhirnya (kata sambung), binatang-binatang itu (subjek) menjadi (predikat) lega (keterangan suasana). Berkat kecerdikan kelinci (pelengkap) Sang singa yang ganas itu (subjek) masuk (predikat) ke dalam sumur (keterangan tempat) dan (kata sambung) tidak ada lagi (predikat) pemangsa (objek) di hutan itu (keterangan tempat).