sukmawatidj1
Tema : Kehidupan seseorang yang tak pernah putus dirundung malang. - Setting : Dusun Ketahun, Kota Bengkulu. - Tokoh : Syahbuddin, Mansur, Laminah, Jepisah, Madang, Marzuki, Datuk Halim, Andung Seripah, Malik, Darwis, Tokeh dan Istrinya. - Alur : Maju. - Amanat : Meskipun hidup kita terasa pahit. Akan tetapi, kita harus tetap bersabar dalam menjalani kehidupan tersebut. - Gaya Bahasa : Melayu. - Kutipan cerita : Malam gelap-gulita di hulu sungai Ketahun……. Seperti tak menaruh iba-kasihan angin yang kuat mengadu pohon-pohon durian yang besar-besar dan berpuluh-puluh tahun umurnya. Deru-deru dan derak-derak yang memenuhi rimba-belukar itu tiadalah ubahnya dengan tempik-sorak dan ratap-tangis orang ditengah peperangan. Bunyi durian jatuh ke tanah tak putus-putusnya dan hampir menyamai letusan meriam di medan perjuangan. - Ringkasan Cerita : Buku tersebut menceritakan tentang seseorang yang tidak henti-hentinya mengalami kepahitan hidup. Kisah tersebut berawal dari sebuah keluarga miskin di Dusun Ketahun, Bengkulu. Keluarga tersebut beranggotakan tiga orang–seorang ayah dan dua orang anaknya. Cerita pahit kehidupannya berawal ketika ia dan adiknya–Laminah, yang harus ditinggal mati ayahnya. Yang sebelumnya mereka juga terlebih dahulu ditinggal mati oleh ibu mereka. Setelah menjadi seorang yatim piatu, mereka kemudian diasuh oleh bibi mereka, Jepisah. Bibi mereka selalu bersikap baik terhadap mereka. Pertama kali saat mereka tinggal bersama Jepisah, mereka diperlakukan seperti anak sendiri oleh Jepisah dan suaminya–Madang. Akan tetapi, setelah beberapa hari kemudian mereka kembali harus merasakan pahitnya kehidupan. Suami Jepisah mulai bertingkah seenaknya sendiri terhadap mereka. Madang tidak segan-segan mengeluarkan kata-kata keras dan kasar kepada mereka, bahkan memukul atau pun menendang sekalipun. Padahal Jepisah sangat menyayangi mereka berdua. Mereka berdua tetap bersabar sampai akhirnya sebuah kesalahpahaman menjadikan mereka harus pergi meninggalkan bibi yang sangat mereka sayangi itu. Mereka lalu menginap di tempat Datuk Halim dan Seripah, istrinya. Kehidupan mereka pun mulai membaik. Mereka diperlakukan seperti seorang yatim piatu yang memang benar-benar harus disayangi dan dikasihi. Tapi, karena merasa sudah sangat merepotkan, mereka berdua berencana untuk pergi merantau ke kota, meninggalkan Dusun Ketahun. Sesampainya di kota Bengkulu, tepatnya di kampung Cina, mereka dipekerjakan oleh seorang tokeh yang memiliki sebuah toko Roti. Beberapa tahun mereka hidup dengan tenang disana. Namun, ketenangan mereka kembali harus terusik setelah kedatangan Sarmin, pegawai baru di toko itu. Perngai Sarmin sangat menyeramkan. Bandannya kekar berotot. Laminah merasa sangat terganggu akan keberadaan Sarmin. Berkali-kali ia harus menangis tersedu karena rasa takutnya terhadap Sarmin. Oleh karena itu, Mansur bertekad memberi peringatan terhadap Sarmin. Perkelahian pun tidak dapat dielakkan lagi. Setelah kejadian itu, Mansur beserta adiknya memutuskan untuk mencari pekerjaan ditempat lain. Mereka pun kembali merasakan kejamnya kehidupan. Mansur harus di bawa ke kantor polisi dan terpaksa mendekam di dalam sel setelah dituduh mencuri uang. Laminah harus menerima kenyataan pahit itu, ia harus rela hidup sendirian tanpa saudaranya. Terlebih ia kembali terusik oleh Darwis, temannya dulu ketika masih bekerja di toko Roti. Keperawanannya hampir saja terenggut oleh pria tak berhati itu. Ia tidak tahan lagi akan kehidupan pahit yang selalu dialaminya, hingga akhirnya ia memutuskan untuk menyudahi hidupnya dengan melompat dari tebing curam ke lautan luas. Setelah sekian lama terkurung di dalam penjara. Mansur akhirnya bisa merasakan kembali udara segar kota Bengkulu. Tak lama kemudian, kabar mengenai kematian adiknya pun terdengar olehnya. Kini, ia hanya hidup sendiri setelah ditinggal mati ibu, ayah dan adiknya. Ia berusaha tetap tabah mengahadapi kenyataan tersebut. Sampai akhirnya malapetaka pun datang. Karena terlalu banyak memikirkan kehidupan yang baginya semakin kejam, fisiknya menjadi lemah hingga akhirnya ketika sedang berlayar ia jatuh pingsan dan tenggelam ke lautan. Jasadnya hilang entah kemana.
- Setting : Dusun Ketahun, Kota Bengkulu.
- Tokoh : Syahbuddin, Mansur, Laminah, Jepisah, Madang, Marzuki, Datuk Halim, Andung Seripah, Malik, Darwis, Tokeh dan Istrinya.
- Alur : Maju.
- Amanat : Meskipun hidup kita terasa pahit. Akan tetapi, kita harus tetap bersabar dalam menjalani kehidupan tersebut.
- Gaya Bahasa : Melayu.
- Kutipan cerita : Malam gelap-gulita di hulu sungai Ketahun…….
Seperti tak menaruh iba-kasihan angin yang kuat mengadu pohon-pohon durian yang besar-besar dan berpuluh-puluh tahun umurnya. Deru-deru dan derak-derak yang memenuhi rimba-belukar itu tiadalah ubahnya dengan tempik-sorak dan ratap-tangis orang ditengah peperangan. Bunyi durian jatuh ke tanah tak putus-putusnya dan hampir menyamai letusan meriam di medan perjuangan. - Ringkasan Cerita : Buku tersebut menceritakan tentang seseorang yang tidak henti-hentinya mengalami kepahitan hidup. Kisah tersebut berawal dari sebuah keluarga miskin di Dusun Ketahun, Bengkulu. Keluarga tersebut beranggotakan tiga orang–seorang ayah dan dua orang anaknya. Cerita pahit kehidupannya berawal ketika ia dan adiknya–Laminah, yang harus ditinggal mati ayahnya. Yang sebelumnya mereka juga terlebih dahulu ditinggal mati oleh ibu mereka.
Setelah menjadi seorang yatim piatu, mereka kemudian diasuh oleh bibi mereka, Jepisah. Bibi mereka selalu bersikap baik terhadap mereka. Pertama kali saat mereka tinggal bersama Jepisah, mereka diperlakukan seperti anak sendiri oleh Jepisah dan suaminya–Madang. Akan tetapi, setelah beberapa hari kemudian mereka kembali harus merasakan pahitnya kehidupan. Suami Jepisah mulai bertingkah seenaknya sendiri terhadap mereka. Madang tidak segan-segan mengeluarkan kata-kata keras dan kasar kepada mereka, bahkan memukul atau pun menendang sekalipun. Padahal Jepisah sangat menyayangi mereka berdua.
Mereka berdua tetap bersabar sampai akhirnya sebuah kesalahpahaman menjadikan mereka harus pergi meninggalkan bibi yang sangat mereka sayangi itu. Mereka lalu menginap di tempat Datuk Halim dan Seripah, istrinya. Kehidupan mereka pun mulai membaik. Mereka diperlakukan seperti seorang yatim piatu yang memang benar-benar harus disayangi dan dikasihi. Tapi, karena merasa sudah sangat merepotkan, mereka berdua berencana untuk pergi merantau ke kota, meninggalkan Dusun Ketahun.
Sesampainya di kota Bengkulu, tepatnya di kampung Cina, mereka dipekerjakan oleh seorang tokeh yang memiliki sebuah toko Roti. Beberapa tahun mereka hidup dengan tenang disana. Namun, ketenangan mereka kembali harus terusik setelah kedatangan Sarmin, pegawai baru di toko itu. Perngai Sarmin sangat menyeramkan. Bandannya kekar berotot. Laminah merasa sangat terganggu akan keberadaan Sarmin. Berkali-kali ia harus menangis tersedu karena rasa takutnya terhadap Sarmin. Oleh karena itu, Mansur bertekad memberi peringatan terhadap Sarmin. Perkelahian pun tidak dapat dielakkan lagi.
Setelah kejadian itu, Mansur beserta adiknya memutuskan untuk mencari pekerjaan ditempat lain. Mereka pun kembali merasakan kejamnya kehidupan. Mansur harus di bawa ke kantor polisi dan terpaksa mendekam di dalam sel setelah dituduh mencuri uang. Laminah harus menerima kenyataan pahit itu, ia harus rela hidup sendirian tanpa saudaranya. Terlebih ia kembali terusik oleh Darwis, temannya dulu ketika masih bekerja di toko Roti. Keperawanannya hampir saja terenggut oleh pria tak berhati itu. Ia tidak tahan lagi akan kehidupan pahit yang selalu dialaminya, hingga akhirnya ia memutuskan untuk menyudahi hidupnya dengan melompat dari tebing curam ke lautan luas.
Setelah sekian lama terkurung di dalam penjara. Mansur akhirnya bisa merasakan kembali udara segar kota Bengkulu. Tak lama kemudian, kabar mengenai kematian adiknya pun terdengar olehnya. Kini, ia hanya hidup sendiri setelah ditinggal mati ibu, ayah dan adiknya. Ia berusaha tetap tabah mengahadapi kenyataan tersebut. Sampai akhirnya malapetaka pun datang. Karena terlalu banyak memikirkan kehidupan yang baginya semakin kejam, fisiknya menjadi lemah hingga akhirnya ketika sedang berlayar ia jatuh pingsan dan tenggelam ke lautan. Jasadnya hilang entah kemana.