Sejalan dengan perubahan politik pemerintah kolonial, wahidin sudirohusodo, yang sejak tahun 1901 menjadi redaktur majalah retnodhumilah, melalui majalahnya memprogandakan pentingnya ....
Sejalan dengan perubahan politik pemerintah kolonial, Wahidin Sudirohusodo, yang sejak tahun 1901 menjadi redaktur majalah Retnodhumilah, melalui majalahnya memprogandakan pentingnya memajukan pendidikan.
Pembahasan
Biografi Singkat Dr. Wahidin Soedirohusodo
Dilahirkan di desa Mlati, kabupaten Sleman, kurang lebih 8 kilometer di sebelah utara kota Yogyakarta. Ayahnya bernama Hardjosoediro, seorang pegawai kesultanan Yogyakarta. Konon ia keturunan bangsawan Bugis yang meninggalkan daerahnya setelah perlawanan Sultan Hasanuddin dipatahkan Belanda dalam abad ke-12
Wahidin dibesarkan pada saat rakyat sangat tertindas sebagai akibat sistem tanam paksa yang dijalankan pemerintah Belanda sejak tahun 1830. Selain itu jumlah sekolah sangat sedikit, pemerintah Belanda menjalankan pula diskriminasi di bidang pendidikan. Tidak semua sekolah terbuka untuk anak-anak Indonesia. Selain itu kesulitan ekonomi menjadi hambatan pula. Banyak anak-anak Indonesia yang memiliki otak yang cerdas, tidak mampu membiayai sekolahnya.
Wahidin sendiri beruntung memasuki ELS (Europeesche Lagere school) berkat bantuan kakak iparnya Frits Kohle, seorang Belanda. Tamat dari ELS ia melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dokter Jawa di Jakarta. Lama pelajaran di sekolah ini hanya tiga tahun. Lulusan Sekolah Dokter Jawa belum dapat dianggap sebagai Dokter dalam arti yang sesungguhnya, mungkin hanya sebagai pembantu dokter, Sekolah Dokter Jawa inilah yang kelak berkembang menjadi STOVIA (School tot Opleiding voor Inlandsche Arisen).
Setelah menamatkan Sekolah Dokter Jawa dalam waktu hanya 22 bulan, wahidin diangkat sebagai pembantu pengajar yang disebut assistent leeraar. Ia tetap tinggal di Jakarta dan berhak memakai gelar dokter Jawa. Selain itu ia bertugas masuk kampung keluar kampung memberikan penerangan kepada penduduk tentang kesehatan dan sekaligus memberikan pengobatan seperlunya. Dalam menjalankan tugas tersebut, Wahidin dapat mengenal secara lebih banyak dan lebih mendalam keadaan rakyat yang sesungguhnya, kesengsaraan dan penderitaan mereka. Hal itu meningkatkan rasa perikemanusiaannya, karena ia sendiri juga berasal dari rakyat kecil. Sejak bertugas sebagai dokter ia banyak menolong rakyat. Wahidin tidak mau menerima pembayaran dari rakyat kecil yang berobat padanya.
Keadaan rakyat yang bodoh, miskin dan terbelakang menarik perhatian Wahidin. Ia ingin sekali membantu mereka dengan jalan memberikan pendidikan dan pengajaran. Hanya dengan pendidikan dan pengajaran, demikian menurut Wahidin, kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan itu akan dapat dihilangkan. Dengan cara demikian rakyat akan maju dan dengan tercapainya kemajuan maka rakyat akan merasakan diri mereka sebagai manusia yang wajar, bukan lagi sebagai manusia yang terjajah.
Cita-Cita Pendidikan dan Mahal Retno Dumilah
Sejalan dengan keinginannya untuk memajukan pendidikan, maka perhatian Wahidin tertuju kepada anak-anak yang cerdas. Kepada anak-anak yang demikian, tak segan-segan ia memberikan bantuan uang untuk biaya sekolah. Salah seorang anak yang dibiayai dan kemudian menjadi anak angkatnya ialah Mulyotaruno yang kemudian berhasil menyelesaikan pendidikan di GHS (Geneeskundige Hoge School – Sekolah Tinggi Kedokteran) dan karena itu memakai titel dokter.
Gagasan Wahidin mengenai pendidikan mula-mula diutarakan melalui tulisan-tulisan dalam majalah dan koran. Kemudian pada tahun 1894 ia menerbitkan dan memimpin sendiri majalah berbahasa Jawa Retno Dumilah. (Ratna cemerlang sebagai dian penerang) yang memuat tulisan-tulisan mengenai kebudayaan, filsafat dan sebagainya. Penulis utamanya adalah dr. Rajiman Widyodiningrat dan Wahidin sendiri. Majalah itu mendapat sambutan dan perhatian cukup besar diantara kaum terpelajar. Majalah Retno Dumilah disusul dengan terbitnya majalah Guru Desa; juga berbahasa Jawa. Majalah ini memuat berbagai pelajaran praktis dan pengetahuan populer Guru Desa, bukanlah majalah yang memuat berita-berita mengenai guru, tetapi memuat pengetahuan yang berguna untuk rakyat desa. Sasaran yang ingin dicapai Wahidin dengan majalah ini ialah untuk mencerdaskan rakyat desa yang jumlahnya sangat banyak dan masih terbelakang.
Verified answer
Sejalan dengan perubahan politik pemerintah kolonial, Wahidin Sudirohusodo, yang sejak tahun 1901 menjadi redaktur majalah Retnodhumilah, melalui majalahnya memprogandakan pentingnya memajukan pendidikan.
Pembahasan
Biografi Singkat Dr. Wahidin Soedirohusodo
Dilahirkan di desa Mlati, kabupaten Sleman, kurang lebih 8 kilometer di sebelah utara kota Yogyakarta. Ayahnya bernama Hardjosoediro, seorang pegawai kesultanan Yogyakarta. Konon ia keturunan bangsawan Bugis yang meninggalkan daerahnya setelah perlawanan Sultan Hasanuddin dipatahkan Belanda dalam abad ke-12
Wahidin dibesarkan pada saat rakyat sangat tertindas sebagai akibat sistem tanam paksa yang dijalankan pemerintah Belanda sejak tahun 1830. Selain itu jumlah sekolah sangat sedikit, pemerintah Belanda menjalankan pula diskriminasi di bidang pendidikan. Tidak semua sekolah terbuka untuk anak-anak Indonesia. Selain itu kesulitan ekonomi menjadi hambatan pula. Banyak anak-anak Indonesia yang memiliki otak yang cerdas, tidak mampu membiayai sekolahnya.
Wahidin sendiri beruntung memasuki ELS (Europeesche Lagere school) berkat bantuan kakak iparnya Frits Kohle, seorang Belanda. Tamat dari ELS ia melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dokter Jawa di Jakarta. Lama pelajaran di sekolah ini hanya tiga tahun. Lulusan Sekolah Dokter Jawa belum dapat dianggap sebagai Dokter dalam arti yang sesungguhnya, mungkin hanya sebagai pembantu dokter, Sekolah Dokter Jawa inilah yang kelak berkembang menjadi STOVIA (School tot Opleiding voor Inlandsche Arisen).
Setelah menamatkan Sekolah Dokter Jawa dalam waktu hanya 22 bulan, wahidin diangkat sebagai pembantu pengajar yang disebut assistent leeraar. Ia tetap tinggal di Jakarta dan berhak memakai gelar dokter Jawa. Selain itu ia bertugas masuk kampung keluar kampung memberikan penerangan kepada penduduk tentang kesehatan dan sekaligus memberikan pengobatan seperlunya. Dalam menjalankan tugas tersebut, Wahidin dapat mengenal secara lebih banyak dan lebih mendalam keadaan rakyat yang sesungguhnya, kesengsaraan dan penderitaan mereka. Hal itu meningkatkan rasa perikemanusiaannya, karena ia sendiri juga berasal dari rakyat kecil. Sejak bertugas sebagai dokter ia banyak menolong rakyat. Wahidin tidak mau menerima pembayaran dari rakyat kecil yang berobat padanya.
Keadaan rakyat yang bodoh, miskin dan terbelakang menarik perhatian Wahidin. Ia ingin sekali membantu mereka dengan jalan memberikan pendidikan dan pengajaran. Hanya dengan pendidikan dan pengajaran, demikian menurut Wahidin, kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan itu akan dapat dihilangkan. Dengan cara demikian rakyat akan maju dan dengan tercapainya kemajuan maka rakyat akan merasakan diri mereka sebagai manusia yang wajar, bukan lagi sebagai manusia yang terjajah.
Cita-Cita Pendidikan dan Mahal Retno Dumilah
Sejalan dengan keinginannya untuk memajukan pendidikan, maka perhatian Wahidin tertuju kepada anak-anak yang cerdas. Kepada anak-anak yang demikian, tak segan-segan ia memberikan bantuan uang untuk biaya sekolah. Salah seorang anak yang dibiayai dan kemudian menjadi anak angkatnya ialah Mulyotaruno yang kemudian berhasil menyelesaikan pendidikan di GHS (Geneeskundige Hoge School – Sekolah Tinggi Kedokteran) dan karena itu memakai titel dokter.
Gagasan Wahidin mengenai pendidikan mula-mula diutarakan melalui tulisan-tulisan dalam majalah dan koran. Kemudian pada tahun 1894 ia menerbitkan dan memimpin sendiri majalah berbahasa Jawa Retno Dumilah. (Ratna cemerlang sebagai dian penerang) yang memuat tulisan-tulisan mengenai kebudayaan, filsafat dan sebagainya. Penulis utamanya adalah dr. Rajiman Widyodiningrat dan Wahidin sendiri. Majalah itu mendapat sambutan dan perhatian cukup besar diantara kaum terpelajar. Majalah Retno Dumilah disusul dengan terbitnya majalah Guru Desa; juga berbahasa Jawa. Majalah ini memuat berbagai pelajaran praktis dan pengetahuan populer Guru Desa, bukanlah majalah yang memuat berita-berita mengenai guru, tetapi memuat pengetahuan yang berguna untuk rakyat desa. Sasaran yang ingin dicapai Wahidin dengan majalah ini ialah untuk mencerdaskan rakyat desa yang jumlahnya sangat banyak dan masih terbelakang.
Pelajari lebih lanjut
Biografi Dr. Wahidin Soedirohoesodo brainly.co.id/tugas/7519694
Boedi Oetomo brainly.co.id/tugas/2120029
Detil jawaban
Kelas: 2 SMA
Mata pelajaran: Sejarah
Bab: 3 - Perjuangan Nasional di Indonesia
Kata kunci: Dr. Wahidin Soedirohoesodo
Kode: 11.3.3