Peradaban masyarakat agraris tidak terlepas dari faktor bentang alam yang membentuk pola perkembangan dan mentalitas masyarakat. Bentang alam yang dimaksud adalah wilayah pedalaman yang mencakup pegunungan, sungai-sungai, dataran rendah, rawa-rawa, dan danau-danau.
Masyarakat agraris memanfaatkan ekologi alam untuk pemenuhan kehidupan. Masyarakat yang terletak di kaki gunung berapi memanfaatkan kesuburan tanah hasil gejala vulkanik dengan mengembangkan pertanian-pertanian tegalan dan perkebunan. Masyarakat yang terletask di daerah aliran sungai memanfaatkannya sebagai irigasi untuk mengairi sawah-sawah basah untuk pertanian padi sebagai pemenuhan kebutuhan pangan.
Masyarakat agraris umumnya memanfaatkan sungai untuk menunjang macam keperluan. Dalam hal ini kita dapat mengambil contoh kerajaan Majapahit yang merupakan kerajaan bercorak agraris yang terletak di tepi Sungai Berantas.
Peradaban masyarakat agraris tidak terlepas dari faktor bentang alam yang membentuk pola perkembangan dan mentalitas masyarakat. Bentang alam yang dimaksud adalah wilayah pedalaman yang mencakup pegunungan, sungai-sungai, dataran rendah, rawa-rawa, dan danau-danau.
Masyarakat agraris memanfaatkan ekologi alam untuk pemenuhan kehidupan. Masyarakat yang terletak di kaki gunung berapi memanfaatkan kesuburan tanah hasil gejala vulkanik dengan mengembangkan pertanian-pertanian tegalan dan perkebunan. Masyarakat yang terletask di daerah aliran sungai memanfaatkannya sebagai irigasi untuk mengairi sawah-sawah basah untuk pertanian padi sebagai pemenuhan kebutuhan pangan.
Masyarakat agraris umumnya memanfaatkan sungai untuk menunjang macam keperluan. Dalam hal ini kita dapat mengambil contoh kerajaan Majapahit yang merupakan kerajaan bercorak agraris yang terletak di tepi Sungai Berantas.