Penyebab jatuhnya kabinet M. Natsir adalah karena kegagalan menyelesaikan persoalan Papua Barat yang masih dikuasai Belanda.
Jawaban panjang:
Kabinet Natsir adalah kabinet pertama dari Republik Indonesia, setelah pembubaran Republik Indonesia Serikat (RIS) dan kembalinya bentuk negara menjadi Negara Kesatuan. Kabinet ini menjabat dari 7 September 1950 sampai 21 Maret 1951. Kabinet ini dipimpin oleh politisi dari Partai Masjumi, yaitu Muhammad Natsir. Kabinet ini berlangsung sangat singkat, hanya 6 bulan saja.
Faktor utama jatuhnya kabinet Natsir adalah persoalan Papua Barat. Berdasarkan Konferensi Meja Bundar, Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia, namun konferensi ini memutuskan bahwa Papua Barat akan dibahas dalam masa berikutnya.
Untuk itu pada 4-27 Desember 1950, Belanda dan Indonesia bertemu kembali di Den Haag untuk membahas masalah Papua Barat. Pembahasan ini berlangsung lambat, dan Belanda tidak ingin menyerahkan Papua Barat ke Indonesia, karena ingin mempertahankannya sebagai koloni.
Karena Papua Barat masih dikuasai Belanda dan perundingan ini gagal, maka kabinet Natsir kehilang kepercayaan partai politik di DPRS (Dewan Perwakilan Rakyat Sementara).
Selain itu anggota parlemen di DPRS dari partai selain Masjumi juga meboikot kabinet Natsir, karena khawatir bahwa kabinet yang dipimpin oleh Natsir yang dari Masjumi ini akan meningkatkan kekuasaan Masjumi. Karena boikot ini DPRS tidak bisa mencapai kourum, sehingga tidak bisa menyelenggarakan sidang dan mengambil keputusan penting.
Karena permasalahan ini, pemerintahan tidak dapat bekerja efektif, sehingga Muhammad Natsir mengembalikan kembali mandatnya kepada presiden Sukarno dan mengundur diri sebagai Perdana Menteri.
Kelas: IX
Mata Pelajaran: Sejarah
Materi: Masa Demokrasi Liberal
Kata Kunci: Kabinet Natsir
Jawaban pendek:
Penyebab jatuhnya kabinet M. Natsir adalah karena kegagalan menyelesaikan persoalan Papua Barat yang masih dikuasai Belanda.
Jawaban panjang:
Kabinet Natsir adalah kabinet pertama dari Republik Indonesia, setelah pembubaran Republik Indonesia Serikat (RIS) dan kembalinya bentuk negara menjadi Negara Kesatuan. Kabinet ini menjabat dari 7 September 1950 sampai 21 Maret 1951. Kabinet ini dipimpin oleh politisi dari Partai Masjumi, yaitu Muhammad Natsir. Kabinet ini berlangsung sangat singkat, hanya 6 bulan saja.
Faktor utama jatuhnya kabinet Natsir adalah persoalan Papua Barat. Berdasarkan Konferensi Meja Bundar, Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia, namun konferensi ini memutuskan bahwa Papua Barat akan dibahas dalam masa berikutnya.
Untuk itu pada 4-27 Desember 1950, Belanda dan Indonesia bertemu kembali di Den Haag untuk membahas masalah Papua Barat. Pembahasan ini berlangsung lambat, dan Belanda tidak ingin menyerahkan Papua Barat ke Indonesia, karena ingin mempertahankannya sebagai koloni.
Karena Papua Barat masih dikuasai Belanda dan perundingan ini gagal, maka kabinet Natsir kehilang kepercayaan partai politik di DPRS (Dewan Perwakilan Rakyat Sementara).
Selain itu anggota parlemen di DPRS dari partai selain Masjumi juga meboikot kabinet Natsir, karena khawatir bahwa kabinet yang dipimpin oleh Natsir yang dari Masjumi ini akan meningkatkan kekuasaan Masjumi. Karena boikot ini DPRS tidak bisa mencapai kourum, sehingga tidak bisa menyelenggarakan sidang dan mengambil keputusan penting.
Karena permasalahan ini, pemerintahan tidak dapat bekerja efektif, sehingga Muhammad Natsir mengembalikan kembali mandatnya kepada presiden Sukarno dan mengundur diri sebagai Perdana Menteri.