“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.”(QS. An-Nisa’: 58)
“Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zhalim dan amat bodoh,”(QS. Al-Ahzab: 72).
3. Dalil–Dalil dari Hadits tentang Amanah
Abu Hurairah RA meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Tanda-tanda orang munafik ada tiga; jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia ingkar, dan jika diberi amanah ia berkhianat.”(Muttafaq Alaihi).
Di riwayat lain ditambahkan,
وَإِنْ صَامَ وَصَلَّى وَزَعَمَ أَنَّهُ مُسْلِمٌ
‘Walaupun ia berpuasa dan shalat serta mengklaim dirinya muslim.”
Hudzaifah Al-Yamani RA berkata, Rasulullah SAW menyampaikan dua hadits kepada kami, aku mengetahui salah satunya dan masih menunggu yang lain. Rasulullah SAW bersabda: bahwa amanah itu turun di akar hati manusia kemudian Al-Qur’an turun lalu mereka mengetahui Al-Qur’an dan mengetahui Sunnah lalu seseorang itu tidur (melalaikannya?) maka amanah dicabut dari hatinya, kemudian ia tidur lagi dan amanah dicabut lagi dari hatinya dan yang tinggal hanya bekasnya, seperti bara yang jatuh ke kaki seseorang lalu ia mengangkat kakinya padahal tidak ada apa-apa di kakinya, kemudian orang itu mengambil kerikil dan orang-orang mengikutinya. Saat itu tidak ada seorang pun yang menunaikan amanah sampai ada yang mengatakan:
– “Di Bani Fulan itu ada seorang yang amanah”
– “Alangkah tabahnya dia! Alangkah pandainya dia! Alangkah cerdasnya dia! Padahal di dalam hatinya tidak ada iman sebiji zarrah pun.
Telah datang suatu masa di mana aku tidak peduli siapa di antara kalian yang aku baiat. Jika dia seorang muslim aku berharap agar dia kembali kepada agamanya dan jika dia seorang nasrani atau Yahudi aku berharap agar dia kembali kepada amal usahanya. Sedangkan hari ini aku tidak berbaiat kecuali kepada Fulan dan Fulan.” (Muttafaq Alaihi)
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ النَّاسِ أَن تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا﴿٥٨﴾
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.”(QS. An-Nisa’: 58)
Allah SWT berfirman,
إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا﴿٧٢﴾
“Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zhalim dan amat bodoh,”(QS. Al-Ahzab: 72).
3. Dalil–Dalil dari Hadits tentang Amanah
Abu Hurairah RA meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ: إِذَا حَدَثَ كَذِبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
“Tanda-tanda orang munafik ada tiga; jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia ingkar, dan jika diberi amanah ia berkhianat.”(Muttafaq Alaihi).
Di riwayat lain ditambahkan,
وَإِنْ صَامَ وَصَلَّى وَزَعَمَ أَنَّهُ مُسْلِمٌ
‘Walaupun ia berpuasa dan shalat serta mengklaim dirinya muslim.”
Hudzaifah Al-Yamani RA berkata, Rasulullah SAW menyampaikan dua hadits kepada kami, aku mengetahui salah satunya dan masih menunggu yang lain. Rasulullah SAW bersabda: bahwa amanah itu turun di akar hati manusia kemudian Al-Qur’an turun lalu mereka mengetahui Al-Qur’an dan mengetahui Sunnah lalu seseorang itu tidur (melalaikannya?) maka amanah dicabut dari hatinya, kemudian ia tidur lagi dan amanah dicabut lagi dari hatinya dan yang tinggal hanya bekasnya, seperti bara yang jatuh ke kaki seseorang lalu ia mengangkat kakinya padahal tidak ada apa-apa di kakinya, kemudian orang itu mengambil kerikil dan orang-orang mengikutinya. Saat itu tidak ada seorang pun yang menunaikan amanah sampai ada yang mengatakan:
– “Di Bani Fulan itu ada seorang yang amanah”
– “Alangkah tabahnya dia! Alangkah pandainya dia! Alangkah cerdasnya dia! Padahal di dalam hatinya tidak ada iman sebiji zarrah pun.
Telah datang suatu masa di mana aku tidak peduli siapa di antara kalian yang aku baiat. Jika dia seorang muslim aku berharap agar dia kembali kepada agamanya dan jika dia seorang nasrani atau Yahudi aku berharap agar dia kembali kepada amal usahanya. Sedangkan hari ini aku tidak berbaiat kecuali kepada Fulan dan Fulan.” (Muttafaq Alaihi)