Salah satu proses pembelajaran yang harus dikembangkan oleh guru-guru dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), adalah mengembangkan kreativitas siswa secara optimal.Bahwa pengembangan kreativitas siswa sangat penting terlihat dari bergesernya peran guru. Dahulu, guru sering mendominasi kelas, tetapi kini guru harus lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan lebih aktif dan kreatif dalam suasana belajar yang menyenangkan. Membangun pemahaman yang baik kepada para siswa akan sulit, jika isik dan psikis mereka dalam keadaan tertekan. Kreativitas siswa dapat tumbuh dan berkembang dengan baik apabila lingkungan keluarga, masyarakat, maupun lingkungan sekolah, turut menunjang mereka dalam mengekspresikan kreativitas mereka.
Hampir dapat dipastikan bahwa semua materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa, mulai dari taman kanak-kanak hingga jenjang pendidikan tinggi, menuntut kreativitas para siswa. Kreativitas tidak hanya pelajaran kesenian (seni rupa, seni musik, seni pahat), tetapi dituntut dalam pelajaran lain. Roger B. Yepsen Jr. (1996) mengatakan bahwa kreativitas merupakan kapasitas untuk membuat hal yang baru. Menurut Mihaly Csikszentmihalyi (1996) orang yang kreatif adalah orang yang berpikir atau bertindak untuk mengubah suatu ranah atau menetapkan suatu ranah baru.
Berdasarkan pendapat di atas, kemampuan memunculkan dan mengembangkan gagasan dan ide-ide baru menuntut kreativitas dan partisipasi siswa secara aktif.Hasil studi Jordan E. Ayan (1997) menggambarkan bahwa semasa bayi, tingkat kreativitas, umumnya, masih tinggi. Kemudian, berkurang dan memudar justru pada saat anak-anak mulai bersekolah. Menurutnya, pembatasan keterampilan berpikir secara kreatif disebabkan oleh dua hal. Pertama, anak-anak yang duduk berderet dalam jumlah dua puluh hingga tiga puluhan (bahkan empat puluhan). Kedua, anak-anak diharuskan tunduk serta patuh pada peraturan dan prosedur yang kaku. Pada saat anak-anak memasuki jenjang pendidikan selanjutnya, kemungkinan mereka untuk mengembangkan kreativitas mereka semakin sempit. Bahkan, kreativitas mereka boleh dikatakan“terpasung”. Oleh karena itu, jangan heran jika setelah menyelesaikan sekolah, mereka sukar beradaptasi dengan dunia pekerjaan atau lingkungan di sekitar mereka karena miskin kreativitas. Tidak bisa disangkal bahwa kehidupan di era globalisasi sekarang ini telah menyeret para siswa dan anak-anak kita, umumnya yang hidup di perkotaan, oleh pemanjaan berbagai kebutuhan hidup yang serba instan. Jika hal ini tidak disikapi dan diantisipasi sedini mungkin, tidak menutup kemungkinan akan menjadikan salah satu penyebab terhambatnya perkembangan kreativitas mereka. Di lingkungan sekolah, perlu diupayakan iklim belajar yang menunjang kreativitas siswa. Untuk itu, guru-guru perlu memperhatikan beberapa hal.
Bersikap terbuka terhadap minat dan gagasan apapun yang muncul dari siswa. Bersikap terbuka bukan berarti selalu menerima, tetapi menghargai gagasan tersebut.
Memberi waktu dan kesempatan yang luas untuk memikirkan dan mengembangkan gagasan tersebut.
Memberi sebanyak mungkin kesempatan kepada siswa untuk berperan serta dalam
mengambil keputusan.
Menciptakan suasana hangat dan rasa aman bagi tumbuhnya kebebasan berpikir eksploratif (menyelidiki).
Menciptakan suasana saling menghargai dan saling menerima, baik antarsiswa ataupun antara guru dan siswa.
Bersikaplah positif terhadap kegagalan siswa dan bantulah mereka untuk bangkit dari kegagalan tersebut.
`dari bacaan diatas masalah apa yang diungkapkan penulis ?
apa pendapat atau gagasan penulis terhadap masalah yang diungkapkan?
perincilah gagasan pokok dalam artikel tersebut ?
tolong yah....
kesimpulan dari prndapat atau gagasan penulisnya adalah guru harus membimbing siswanya agar siswa mampu mengembangkan kreativitas serta pembelajaran dan pembelajaran tersebut harus lebih efektif.
gagasan utama nya proses pembelajaran yang harus dikembangkan oleh guru guru dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). mengembangkan kreativitas siswa secara optimal.