Reymond paul pirerre westerling dikenal lewat kekejamannya di sulawesi selatan pada maret 1947. Di jawa barat, Westerling juga masih berlaku kejam dalam setip operasi militernya shingga dinonaktifkan pada tanggal 16 November 1948. Westerling beralih profesi menjadi penguasa angkutan truk di pacet ,jawa barat. Reputasinya sebagai tentara berdarah dingin membuat para penguasaha perkebunan memanfaatkan jasanya untuk menghindari aksi bajing loncat ditengah jalan. westerling kemudian membangun perang ratu adil (APRA).mengapa westerling menanamkan pasukan dan gerakan sebagai angkatan Perang Ratu Adil?
Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)merupakan kelompok milisi pro-Belanda yang muncul di era Revolusi Nasional. APRA dibentuk dan dipimpin oleh mantan kapten KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch Leger) atau Tentara Hindia Belanda, Raymond Westerling. Latar belakang pemberontakan APRA adalah ingin mempertahankan bentuk federal di Indonesia dan mempertahankan adanya tentara sendiri di negara-negara bagian RIS. Salah satu cara yang digunakan Westerling untuk memperoleh dukungan bagi gerakannya, adalah dengan mempermainkan kepercayaan rakyat tentang datangnya Ratu Adil. Ia memahami bahwa sebagian rakyat Indonesia yang telah lama menderita karena penjajahan, baik di bawah Belanda maupun Jepang, mendambakan datangnya masa kemakmuran seperti terdapat dalam ramalan Jayabaya. Menurut ramalan tersebut, akan datang seorang pemimpin yang disebut Ratu Adil, yang akan memerintah rakyat dengan adil dan bijaksana, sehingga keadaan akan aman dan damai, dan rakyat akan makmur dan sejahtera.
Dengan demikian, Westerling menamakan gerakannya gerakan Ratu Adil karena Ia mempermainkan kepercayaan rakyat mengenai ramalan Jayabaya, yang isinya bahwa akan datang seorang pemimpin yang disebut Ratu Adil yang akan memerintah rakyat dengan adil dan bijaksana, sehingga keadaan akan aman dan damai, dan rakyat akan makmur dan sejahtera.
Penjelasan:
Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)merupakan kelompok milisi pro-Belanda yang muncul di era Revolusi Nasional. APRA dibentuk dan dipimpin oleh mantan kapten KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch Leger) atau Tentara Hindia Belanda, Raymond Westerling. Latar belakang pemberontakan APRA adalah ingin mempertahankan bentuk federal di Indonesia dan mempertahankan adanya tentara sendiri di negara-negara bagian RIS. Salah satu cara yang digunakan Westerling untuk memperoleh dukungan bagi gerakannya, adalah dengan mempermainkan kepercayaan rakyat tentang datangnya Ratu Adil. Ia memahami bahwa sebagian rakyat Indonesia yang telah lama menderita karena penjajahan, baik di bawah Belanda maupun Jepang, mendambakan datangnya masa kemakmuran seperti terdapat dalam ramalan Jayabaya. Menurut ramalan tersebut, akan datang seorang pemimpin yang disebut Ratu Adil, yang akan memerintah rakyat dengan adil dan bijaksana, sehingga keadaan akan aman dan damai, dan rakyat akan makmur dan sejahtera.
Dengan demikian, Westerling menamakan gerakannya gerakan Ratu Adil karena Ia mempermainkan kepercayaan rakyat mengenai ramalan Jayabaya, yang isinya bahwa akan datang seorang pemimpin yang disebut Ratu Adil yang akan memerintah rakyat dengan adil dan bijaksana, sehingga keadaan akan aman dan damai, dan rakyat akan makmur dan sejahtera.