RANGKUMLAH PARAGRAF DIBAWAH INI MENGGUNAKAN KAIDAH STRUKTUR MAKRO, DIANTARANYA KAIDAH DELESI, KAIDAH GENERALISASI, DAN KAIDAH REKONSTRUKSI. JANGAN LUPA UNTUK MENCANTUMKAN PROSES PERANGKUMAN. Bentuk salah logika yang sering dijumpai pada kampanye pilpres Jenis-jenis kesalahan berpikir jumlahnya mencapai ratusan. Namun dalam kampanye pilpres Indonesia, jenis kesalahan logika yang sering terjadi adalah: 1. Red herring fallacy Red herring adalah ikan merah yang baunya menyengat sehingga bisa mengalihkan perhatian. Jadi Red herring fallacy terjadi ketika pembicara mengalihkan fokus argumentasi dari inti perdebatan agar argumentasi lebih gampang dimenangkan. Contohnya seperti yang terjadi pada pernyataan "mending kuliah daripada ikut demo di jalan" di mana inti perdebatan seharusnya adalah "boleh tidaknya demonstrasi" 2. Strawman fallacy Sesat pikir strawman atau orang-orangan jerami adalah jenis kekeliruan logika yang mereduksi makna argumen lawan diskusi sehingga lebih mudah diserang seperti orang- orangan dari jerami. Contohnya pernyataan Prabowo yang merubah makna 'kemunduran ekonomi' era Jokowi menjadi frasa 'kehancuran perekonomian'. Pernyataan ini mengandung potensi kekeliruan berlogika karena kemunduran dalam beberapa sendi ekonomi Indonesia tak menunjukkan definisi kehancuran ekonomi sebuah negara, termasuk Indonesia. 3. Ad hominem fallacy Sesat pikir yang menyerang pribadi lawan dan bukan pada esensi argumentasinya. Contohnya ketika seseorang mengaitkan kemampuan memimpin seseorang dengan usianya. Padahal hasil penelitian menunjukkan bahwa keefektifan memimpin tak memiliki kaitan langsung maupun tidak langsung dengan umur. 4. Appeal to emotion fallacy Ketika pembicara mengungkit hal-hal emosional yang tidak relevan dengan argumentasi utama.Contohnya ketika keberpihakan Jokowi kepada rakyat disimpulkan dari gaya berpakaian yang sederhana atau latar belakang sosialnya. 5. False dichotomy fallacy Ketika dua pilihan dihadirkan sebagai sesuatu yang harus dipilih sementara opsi yang mengakomodasi keduanya masih mungkin diambil atau diperdebatkan. Misalnya pernyataan 'kalau Anda Jokowi berarti Anda anti-Prabowo'. Pernyataan tersebut sesat pikir karena bisa saja seseorang menyukai beberapa ide Prabowo walaupun setelah menimbang dengan matang orang tersebut memilih Jokowi, tanpa harus anti terhadap ide Prabowo. 6. Faulty generalisation fallacy Kekeliruan ini terjadi ketika seseorang mengambil kesimpulan dari contoh yang tidak signifikan lalu mengambilnya sebagai dasar generalisasi secara serampangan. Contohnya adalah seperti dalam kalimat 'Prabowo memilih Sandiaga Uno karena Pak Prabowo peduli generasi muda' atau Jokowi memilih Ma'ruf Amin karena Jokowi peduli ulama". Dua pernyataan tersebut rentan kekeliruan berlogika karena bisa saja pilihan ini adalah kompromi politik dan tidak serta merta bisa dimaknai sebagai kepedulian terhadap segmen masyarakat tertentu secara nasional atau menyeluruh. Contoh lain yang berpotensikeliru adalah ketika Sandiaga Uno mengambil contoh menipisnya ukuran tempe menjadi seukuran kartu ATMsebagai indikator kondisi perekonomian masyarakat Indonesia.
Paragraf di atas menggunakan berbagai kaidah struktur makro untuk merangkum jenis-jenis kesalahan logika yang sering terjadi dalam kampanye pilpres Indonesia. Kaidah-kaidah yang digunakan meliputi:
1. **Delesi:** Menghilangkan informasi yang tidak relevan untuk menyampaikan inti perdebatan.
2. **Generalisasi:** Menggabungkan beberapa contoh kesalahan logika ke dalam kategori yang lebih umum.
3. **Rekonstruksi:** Menguraikan jenis-jenis kesalahan logika dan memberikan contoh konkret untuk masing-masingnya.
Proses perangkuman diilustrasikan dengan mengidentifikasi dan menjelaskan contoh-contoh kesalahan logika yang sering terjadi dalam kampanye pilpres, sehingga membantu pembaca memahami berbagai jenis kesalahan tersebut.
Jawaban:
Paragraf di atas menggunakan berbagai kaidah struktur makro untuk merangkum jenis-jenis kesalahan logika yang sering terjadi dalam kampanye pilpres Indonesia. Kaidah-kaidah yang digunakan meliputi:
1. **Delesi:** Menghilangkan informasi yang tidak relevan untuk menyampaikan inti perdebatan.
2. **Generalisasi:** Menggabungkan beberapa contoh kesalahan logika ke dalam kategori yang lebih umum.
3. **Rekonstruksi:** Menguraikan jenis-jenis kesalahan logika dan memberikan contoh konkret untuk masing-masingnya.
Proses perangkuman diilustrasikan dengan mengidentifikasi dan menjelaskan contoh-contoh kesalahan logika yang sering terjadi dalam kampanye pilpres, sehingga membantu pembaca memahami berbagai jenis kesalahan tersebut.