Proses pergeseran bumi menurut teori sementara quantum!
septa092
Pada tahun 1965 Arno A. Penzias dan Robert W. Wilson yang bekerja di laboratorium perusahaan telepon Bell ketika sedang menguji sistem penerima radio menemukan desis radio tingkat rendah pada pesawat penerima mereka, pada mulanya mereka menyangka sinyal ini disebabkan oleh sepasang merpati yang bersarang di antena tanduk (horn antenna) yang mereka gunakan. Setelah dibersihkan ternyata desis itu tetap ada, sinyal radio ini disebabkan oleh radiasi sumber tubuh hitam (black body) yang temperaturnya hanya 6 derajat Kelvin, atau 3 derajat diatas 0 derajat mutlak. Pada saat yang hampir bersamaan Robert Dicke, P.J.E. Peebles, David Roll and David Wilkinson dari universitas Princeton, mengembangkan teori yang menyatakan bahwa sisa radiasi yang berasal dari bigbang cukup kuat untuk dideteksi. Setelah mendengar teori Dicke, maka mereka menganggap sinyal inilah yang berasal dari sisa-sisa radiasi bigbang, membuat mereka mendapatkan hadiah nobel untuk bidang fisika pada tahun 1978 Bila kita melihat radiasi latar belakang yang datang dari dua tempat di angkasa yang letaknya terpisah lebih dari satu derajat, maka kita melihat dua bagian big bang yang tidak berhubungan ketika radiasi dipancarkan, jadi kedua tempat tersebut tak ada waktu untuk menyamakan temperaturnya, tetapi mengapa alam semesta big bang sama temperaturnya di semua arah?, ini disebut masalah cakrawala (Horizon problem), sebab kedua tempat tersebut terletak di luar cakrawala perjalanan-cahaya. Untuk menjawab kedua masalah tersebut teori baru dikembangkan yang merupakan penyempurnaan dari teori big bang untuk menjawab masalah masalah tersebut dan masalah lain yang melibatkan fisika subatomik yang disebut alam semesta berkembang (inflationary universe) yang merupakan perkembangan lebih jauh teori bigbang, menurut teori ini pada waktu alam semesta masih sangat muda, alam semesta berkembang jauh lebih ekstrim kecepatannya daripada yang diramalkan oleh teori big bang (100 kali lipat kecepatan cahaya) Untuk mengerti menjadi lapuk dan dalam prosesnya melepaskan pasangan partikel sampai menjadi penuh oleh keadaan padat dan panas yang disebut bigbang, setelah teori baru ini dikembangkan, kosmologis beranggapan bahwa alam semesta terbentuk oleh fluktuasi kebetulan ruang-waktu, menurut ahli fisika Frank Wiczyk, “alasan terbentuknya sesuatu dari ketiadaan adalah karena ketiadaan itu tidak stabil.” Nampaknya jalan pemikiran para ahli astrofisika modern agak bergeser dari pendahulu-pendahulu mereka, yang beranggapan ada suatu sebab utama (prima causa), cuma bedanya bila para ahli jaman dahulu hanya berhenti pada prima causa sedangkan para ahli jaman sekarang tidak puas berhenti sampai disitu, mereka mencoba lebih jauh, prima causa mereka anggap berasal dari “ketiadaan”, (suatu ungkapan yang berusaha meng-ilmiahkan sesuatu yang tidak ilmiah, yang nampaknya berasal dari rasa putus asa?) Mari kita simak pertanyaan-pertanyaan berikut: 1. Kecepatan perkembangan bigbang lebih besar dari cahaya. Science hanya memprediksi bahwa, jagad raya memiliki awal, akan tetapi tak dapat memprediksi bagaimana jagad raya semestinya dimulai, untuk menyesuaikan antara teori dan observasi maka para ahli memperkirakan bahwa awalnya bigbang berkembang luar biasa cepat, bahkan sampai 100 kali kecepatan cahaya, bukankah prediksi ini bertentangan dengan pernyataan Einstein yang mengatakan bahwa tak ada yang dapat bergerak lebih cepat dari cahaya? 2. Bigbang menganggap bumi sebagai pusat Alam semesta? Kita semua mengetahui bahwa semua observasi yang dilakukan terhadap pergerakan yang ada di alam semesta dilakukan dari bumi, sehingga kecepatan perkembangan dan sebagainya sebenarnya dihitung relatif terhadap bumi, maksudnya bila memang alam semesta mengembang dan galaksi serta gugusnya bergerak menjauh, dan kecepatan pergerakan juga dihitung relatif terhadap pengamat di bumi, maka pernyataan ini sebenarnya secara tidak langsung memperlihatkan seolah-olah bumi adalah pusat dari pergerakan, dan dengan demikian selama masih memegang teori bigbang maka masih terjebak pada anggapan bahwa pusat alam semesta adalah bumi (walaupun para ahli astronomi sebagian besar berusaha menolak mati-matian anggapan ini) dengan berdalih bahwa perkembangan bumi adalah seperti perkembangan roti kismis atau seperti balon (lihat gambar 11.1) tetapi bila semua benda menjauh seperti kismis pada roti yang dipanggang tentu asumsi ini akan kuat bila didukung d
Untuk menjawab kedua masalah tersebut teori baru dikembangkan yang merupakan penyempurnaan dari teori big bang untuk menjawab masalah masalah tersebut dan masalah lain yang melibatkan fisika subatomik yang disebut alam semesta berkembang (inflationary universe) yang merupakan perkembangan lebih jauh teori bigbang, menurut teori ini pada waktu alam semesta masih sangat muda, alam semesta berkembang jauh lebih ekstrim kecepatannya daripada yang diramalkan oleh teori big bang (100 kali lipat kecepatan cahaya) Untuk mengerti menjadi lapuk dan dalam prosesnya melepaskan pasangan partikel sampai menjadi penuh oleh keadaan padat dan panas yang disebut bigbang, setelah teori baru ini dikembangkan, kosmologis beranggapan bahwa alam semesta terbentuk oleh fluktuasi kebetulan ruang-waktu, menurut ahli fisika Frank Wiczyk, “alasan terbentuknya sesuatu dari ketiadaan adalah karena ketiadaan itu tidak stabil.”
Nampaknya jalan pemikiran para ahli astrofisika modern agak bergeser dari pendahulu-pendahulu mereka, yang beranggapan ada suatu sebab utama (prima causa), cuma bedanya bila para ahli jaman dahulu hanya berhenti pada prima causa sedangkan para ahli jaman sekarang tidak puas berhenti sampai disitu, mereka mencoba lebih jauh, prima causa mereka anggap berasal dari “ketiadaan”, (suatu ungkapan yang berusaha meng-ilmiahkan sesuatu yang tidak ilmiah, yang nampaknya berasal dari rasa putus asa?) Mari kita simak pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Kecepatan perkembangan bigbang lebih besar dari cahaya. Science hanya memprediksi bahwa, jagad raya memiliki awal, akan tetapi tak dapat memprediksi bagaimana jagad raya semestinya dimulai, untuk menyesuaikan antara teori dan observasi maka para ahli memperkirakan bahwa awalnya bigbang berkembang luar biasa cepat, bahkan sampai 100 kali kecepatan cahaya, bukankah prediksi ini bertentangan dengan pernyataan Einstein yang mengatakan bahwa tak ada yang dapat bergerak lebih cepat dari cahaya?
2. Bigbang menganggap bumi sebagai pusat Alam semesta?
Kita semua mengetahui bahwa semua observasi yang dilakukan terhadap pergerakan yang ada di alam semesta dilakukan dari bumi, sehingga kecepatan perkembangan dan sebagainya sebenarnya dihitung relatif terhadap bumi, maksudnya bila memang alam semesta mengembang dan galaksi serta gugusnya bergerak menjauh, dan kecepatan pergerakan juga dihitung relatif terhadap pengamat di bumi, maka pernyataan ini sebenarnya secara tidak langsung memperlihatkan seolah-olah bumi adalah pusat dari pergerakan, dan dengan demikian selama masih memegang teori bigbang maka masih terjebak pada anggapan bahwa pusat alam semesta adalah bumi (walaupun para ahli astronomi sebagian besar berusaha menolak mati-matian anggapan ini) dengan berdalih bahwa perkembangan bumi adalah seperti perkembangan roti kismis atau seperti balon (lihat gambar 11.1) tetapi bila semua benda menjauh seperti kismis pada roti yang dipanggang tentu asumsi ini akan kuat bila didukung d