Sebutkan usaha pemerintah untuk menumpas G30S/PKI?
Retno11111111111
1. menetralkan pasukan yang berada di sekitar Medan Merdeka yang dimanfaatkan atau dipergunakan oleh kaum Gerakan 30 September. 2. ABRI mengambil alih lagi beberapa titik di jakarta yang sebelumnya dikuasai kaum G30SPKI. 3. mengumumkan adanya usaha perebutan kekuasaan Usaha perebutan kekuasaan itu dilakukan oleh gerombolan yang menamakan dirinya “Gerakan 30 September 1965” 4. membebaskan pangkalan di dekat lapangan udara Halim Perdanakusuma dari tangan G3OS/PKI.
32 votes Thanks 28
AndiFikri111
Berikut ini adalah beberapa usaha yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam penumpasan pemberontakan G 30 S/PKI:
Pertama-tama, Mayor Jendral Soeharto selaku Panglima Komando Strategis Angkatan Darat melakukan kooordinasi dengan semua unsur angkatan bersenjata Indonesia, mulai dari angkatan darat, angkatan laut, dan kepolisian Republik Indonesia. Sedangkan unsur dari angkatan udara sendiri tidak dilibatkan dalam koordinasi karena unsur pimpinan angkatan udara yang terindikasi mempunyai hubungan dengan gerakan 30 September.
Kedua adalah, Mayor Jendral Soeharto selaku Panglima Komando Strategis Angkatan Darat memerintahkan untuk menggerakkan pasukan tentara nasional melalui kesatuan komando strategis angkatan darat untuk merebut dan mengamankan Radio Republik Indonesia, gedung Telkom, serta Istana negara pada tanggal 1 Oktober yang dipimbin oleh Kolonel Sarwo Edhi Wibowo selaku komandan RPKAD. Perebutan dan pengamanan yang diprioritaskan pada ketiga gedung tersebut adalah karena posisi ketiganya yang sangat fundamental. Dimana gedung Radio Republik Indonesia (RRI) merupakan gedung yang digunakan sebagai media propaganda oleh gerakan PKI. Demikian juga dengan gedung Telkom yang mempunyai peranan strategis sebagai pusat dari seluruh bentuk komunikasi ke berbagai pihak di berbagai wilayah, serta Istana Negara yang merupakan gedung pusat pemerintahan Indonesia dilakukan.
Ketiga, gedung RRI kemudian berhasil dikuasai oleh pihak tentara nasional Indonesia pada pukul 20.10 WIB malam hari. Setelah itu, Mayor Jendral Soeharto selaku Panglima Komando Strategis Angkatan Darat memberi pidato yang disiarkan ke seluruh Indonesia yang isinya adalah sebagai berikut: 1. PKI telah melakukan peristiwa perebutan kekuasaan negara yang merupakan kontra revolusioner. Gerakan perebuatan kekuasaan negara itu dilakukan pada tanggal 1 Oktober di Jakarta. 2. Gerakan perebuatan kekuasaan negara itu dilakukan dengan cara melakukan penculikan terhadap beberapa perwira tinggi dari Angkatan Darat yaitu: Letnan Jenderal Ahmad Yani, Mayjen Suprapto, Mayjen S. Parman Mayjen Haryono, Brigjen DI. Pandjaitan, serta Brigjen Sutojo Siswomihardjo. 3. Gerakan 30 September yang kontra revolusioner telah memaksa untuk menggunakan Studio RRI dan Kantor Telekomunikasi untuk melakukan aksi terror mereka. 4. Angkatan perang Indonesia yang berasal dari unsur angkatan darat, angkatan laut dan kepolisian telah melakukan koordinasi terkait gerakan 30 September. Oleh karena itu, masyarakat diharapakan untuk tenang. 5. Presiden Soekarno dan Menko Hankam/ Kasab Jenderal Nasution berada dalam keadaan aman dan sehat. 6. Mayjen Soeharto selaku Panglima Kostrad untuk sementara memegang kendali sebagai pucuk pimpinan angkatan darat. 7. Keadaan sudah dapat dikuasai kembali oleh pemerintah dan tindakan pengamanan sedang terus dilakukan oleh pasukan pemerintah. Oleh karena itu diharapkan kepada masyarakat umum diserukan agar tetap tenang dan melakukan aktivitasnya seperti biasa. 8. Mengumumkan bahwa Gerakan 30 September adalah kontra revolusioner. Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Kepolisian bertekad menumpasnya telah membentuk Dewan Revolusi serta mendemisionerkan kabinet Dwikora.
Keempat adalah melakukan perebutan terhadap Bandara Halim Perdana Kusuma yang merupakan basis kekuatan angkatan udara di Jakarta. Perebutan bandara ini dilakukan karena diindikasikan telah digunakan sebagai basis dari gerakan 30 September dimana unsur pimpinan angkatan udara terindikasi terlibat dalam gerakan 30 September.
Kelima adalah pemerintah melakukan operasi pencarian para korban gerakan 30 September penculikan, yakni para perwira tinggi dari Angkatan Darat yaitu: Letnan Jenderal Ahmad Yani, Mayjen Suprapto, Mayjen S. Parman Mayjen Haryono, Brigjen DI. Pandjaitan, serta Brigjen Sutojo Siswomihardjo.
Keenam, para perwira tinggi dari Angkatan Darat yaitu: Letnan Jenderal Ahmad Yani, Mayjen Suprapto, Mayjen S. Parman Mayjen Haryono, Brigjen DI. Pandjaitan, serta Brigjen Sutojo Siswomihardjo kemudian berhasil ditemukan di sebuah sumur tua di daerah lubang buaya berkat petunjuk dari Ajun Brigadir Polisi Sukitman.
Ketujuh, jenazah para perwira tinggi dari Angkatan Darat yaitu: Letnan Jenderal Ahmad Yani, Mayjen Suprapto, Mayjen S. Parman Mayjen Haryono, Brigjen DI. Pandjaitan, serta Brigjen Sutojo Siswomihardjo kemudian diangkat dari sebuah sumur di lubang buaya pada tanggal 4 Oktober, lalu dimakamkan kemudian pada tanggal 5 Oktober pada Tahun 1965 di Taman Pahlawan Kalibata.
2. ABRI mengambil alih lagi beberapa titik di jakarta yang sebelumnya dikuasai kaum G30SPKI.
3. mengumumkan adanya usaha perebutan kekuasaan Usaha perebutan kekuasaan itu dilakukan oleh gerombolan yang menamakan dirinya “Gerakan 30 September 1965”
4. membebaskan pangkalan di dekat lapangan udara Halim Perdanakusuma dari tangan G3OS/PKI.
Pertama-tama, Mayor Jendral Soeharto selaku Panglima Komando Strategis Angkatan Darat melakukan kooordinasi dengan semua unsur angkatan bersenjata Indonesia, mulai dari angkatan darat, angkatan laut, dan kepolisian Republik Indonesia. Sedangkan unsur dari angkatan udara sendiri tidak dilibatkan dalam koordinasi karena unsur pimpinan angkatan udara yang terindikasi mempunyai hubungan dengan gerakan 30 September.
Kedua adalah, Mayor Jendral Soeharto selaku Panglima Komando Strategis Angkatan Darat memerintahkan untuk menggerakkan pasukan tentara nasional melalui kesatuan komando strategis angkatan darat untuk merebut dan mengamankan Radio Republik Indonesia, gedung Telkom, serta Istana negara pada tanggal 1 Oktober yang dipimbin oleh Kolonel Sarwo Edhi Wibowo selaku komandan RPKAD. Perebutan dan pengamanan yang diprioritaskan pada ketiga gedung tersebut adalah karena posisi ketiganya yang sangat fundamental. Dimana gedung Radio Republik Indonesia (RRI) merupakan gedung yang digunakan sebagai media propaganda oleh gerakan PKI. Demikian juga dengan gedung Telkom yang mempunyai peranan strategis sebagai pusat dari seluruh bentuk komunikasi ke berbagai pihak di berbagai wilayah, serta Istana Negara yang merupakan gedung pusat pemerintahan Indonesia dilakukan.
Ketiga, gedung RRI kemudian berhasil dikuasai oleh pihak tentara nasional Indonesia pada pukul 20.10 WIB malam hari. Setelah itu, Mayor Jendral Soeharto selaku Panglima Komando Strategis Angkatan Darat memberi pidato yang disiarkan ke seluruh Indonesia yang isinya adalah sebagai berikut:
1. PKI telah melakukan peristiwa perebutan kekuasaan negara yang merupakan kontra revolusioner. Gerakan perebuatan kekuasaan negara itu dilakukan pada tanggal 1 Oktober di Jakarta.
2. Gerakan perebuatan kekuasaan negara itu dilakukan dengan cara melakukan penculikan terhadap beberapa perwira tinggi dari Angkatan Darat yaitu: Letnan Jenderal Ahmad Yani, Mayjen Suprapto, Mayjen S. Parman Mayjen Haryono, Brigjen DI. Pandjaitan, serta Brigjen Sutojo Siswomihardjo.
3. Gerakan 30 September yang kontra revolusioner telah memaksa untuk menggunakan Studio RRI dan Kantor Telekomunikasi untuk melakukan aksi terror mereka.
4. Angkatan perang Indonesia yang berasal dari unsur angkatan darat, angkatan laut dan kepolisian telah melakukan koordinasi terkait gerakan 30 September. Oleh karena itu, masyarakat diharapakan untuk tenang.
5. Presiden Soekarno dan Menko Hankam/ Kasab Jenderal Nasution berada dalam keadaan aman dan sehat.
6. Mayjen Soeharto selaku Panglima Kostrad untuk sementara memegang kendali sebagai pucuk pimpinan angkatan darat.
7. Keadaan sudah dapat dikuasai kembali oleh pemerintah dan tindakan pengamanan sedang terus dilakukan oleh pasukan pemerintah. Oleh karena itu diharapkan kepada masyarakat umum diserukan agar tetap tenang dan melakukan aktivitasnya seperti biasa.
8. Mengumumkan bahwa Gerakan 30 September adalah kontra revolusioner. Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Kepolisian bertekad menumpasnya telah membentuk Dewan Revolusi serta mendemisionerkan kabinet Dwikora.
Keempat adalah melakukan perebutan terhadap Bandara Halim Perdana Kusuma yang merupakan basis kekuatan angkatan udara di Jakarta. Perebutan bandara ini dilakukan karena diindikasikan telah digunakan sebagai basis dari gerakan 30 September dimana unsur pimpinan angkatan udara terindikasi terlibat dalam gerakan 30 September.
Kelima adalah pemerintah melakukan operasi pencarian para korban gerakan 30 September penculikan, yakni para perwira tinggi dari Angkatan Darat yaitu: Letnan Jenderal Ahmad Yani, Mayjen Suprapto, Mayjen S. Parman Mayjen Haryono, Brigjen DI. Pandjaitan, serta Brigjen Sutojo Siswomihardjo.
Keenam, para perwira tinggi dari Angkatan Darat yaitu: Letnan Jenderal Ahmad Yani, Mayjen Suprapto, Mayjen S. Parman Mayjen Haryono, Brigjen DI. Pandjaitan, serta Brigjen Sutojo Siswomihardjo kemudian berhasil ditemukan di sebuah sumur tua di daerah lubang buaya berkat petunjuk dari Ajun Brigadir Polisi Sukitman.
Ketujuh, jenazah para perwira tinggi dari Angkatan Darat yaitu: Letnan Jenderal Ahmad Yani, Mayjen Suprapto, Mayjen S. Parman Mayjen Haryono, Brigjen DI. Pandjaitan, serta Brigjen Sutojo Siswomihardjo kemudian diangkat dari sebuah sumur di lubang buaya pada tanggal 4 Oktober, lalu dimakamkan kemudian pada tanggal 5 Oktober pada Tahun 1965 di Taman Pahlawan Kalibata.