Yang saya hormati bapak kepala sekolah (nama sekolah),
Bapak/Ibu guru beserta staf tata usaha yang saya hormati,
Dan tak lupa anak-anakku, siswa dan siswi yang saya cintai.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya sehingga kita dapat berkumpul di tempat ini dalam keadaan sehat walafiat.
Selawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada nabi Muhammad saw. kepada keluarganya sahabatnya, para tabiin dan tabiatnya, dan kita selaku umatnya sampai akhir zaman.
Hadirin yang berbahagia,
Pada kesempatan ini saya akan membawakan pidato tentang turunya nasionalisme di kalangan generasi muda.
Kita tinggal di Indonesia. Suatu kebanggaan bagi kita karena kita tinggal di negeri yang kaya raya, subur makmur, strategis, dari Sabang sampai Merauke terbentang beribu-ribu pulau bagaikan Zamrud Khatulistiwa.
Dengan beraneka ragam budaya dan suku bangsa, tapi tetap bersatu dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Dari rasa bangga tersebut tentunya akan menumbuhkan rasa cinta kita kepada Indonesia. Jika sudah bangga dan cinta tentunya kita akan selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik bagi bangsa kita.
Kita akan menjaga nama baik bangsa. Pertanyaannya, 'sudahkah kita mencintai negeri kita ini?' Di zaman yang modern ini nasionalisme seolah–olah dianggap tidak penting lagi. Di kalangan tua maupun muda, pejabat maupun rakyat, tidak memperdulikan lagi tentang nasionalisme.
Karena pengaruh modernisasi, banyak para pemuda lebih memilih budaya barat dibanding budaya sendiri.
Mereka menganggap bahwa budaya barat lebih modern dibanding budaya sendiri. Kemerosotan nilai luhur Pancasila hampir terjadi pada semua pemuda di kota maupun di desa.
Kini hanya sedikit pemuda yang menjunjung tinggi nasionalisme. Mereka lebih antusias bila membicarakan tentang gosip–gosip selebriti, konser musik, dan sebagainya.
Jika ada yang membawakan topik nasionalisme dianggap tidak gaul, sok pintar, dan topiknya sulit untuk dipikirkan.
Ketika generasi muda hendak memupuk rasa nasionalisme, pejabat pemerintah malah memeperkaya diri sendiri dan pemimpin menyibukkan mencari massa untuk mempertahankan kekuasaannya.
Pemuda menjadi bingung tidak ada figur yang dapat dijadikan contoh. Belum lagi masalah ekonomi yang mengharuskan pemuda untuk mengangkat derajat keluarganya sehingga tidak ada waktu untuk memikirkan nasionalisme.
Hadirin yang saya hormati,
Nasionalisme bukan masalah kecil melainkan masalah yang harus segera diselesaikan. Nasionalisme tidak akan terbentuk bila tidak dilakukan oleh semua kalangan.
Mari, kita awali dari hal-hal yang sederhana atau hal-hal yang kecil. Misalnya, membuang sampah pada tempatnya, sehingga tanah air kita menjadi bersih. Rela berkorban demi tanah air. Gunakan produk–produk asli Indonesia.
Jadilah pemuda yabg pandai mengatur waktu, gunakanlah waktu luang dengan perbuatan yang bermanfaat.
Hindari sifat yang merugikan diri sendiri dan negara seperti korupsi penyalahgunaan narkoba, dan sebagainya.
Sekian pidato yang dapat saya sampaikan, kurang lebihya saya mohon maaf, terima kasih atas perhatianya
Yang saya hormati bapak kepala sekolah (nama sekolah),
Bapak/Ibu guru beserta staf tata usaha yang saya hormati,
Dan tak lupa anak-anakku, siswa dan siswi yang saya cintai.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya sehingga kita dapat berkumpul di tempat ini dalam keadaan sehat walafiat.
Selawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada nabi Muhammad saw. kepada keluarganya sahabatnya, para tabiin dan tabiatnya, dan kita selaku umatnya sampai akhir zaman.
Hadirin yang berbahagia,
Pada kesempatan ini saya akan membawakan pidato tentang turunya nasionalisme di kalangan generasi muda.
Kita tinggal di Indonesia. Suatu kebanggaan bagi kita karena kita tinggal di negeri yang kaya raya, subur makmur, strategis, dari Sabang sampai Merauke terbentang beribu-ribu pulau bagaikan Zamrud Khatulistiwa.
Dengan beraneka ragam budaya dan suku bangsa, tapi tetap bersatu dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Dari rasa bangga tersebut tentunya akan menumbuhkan rasa cinta kita kepada Indonesia. Jika sudah bangga dan cinta tentunya kita akan selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik bagi bangsa kita.
Kita akan menjaga nama baik bangsa. Pertanyaannya, 'sudahkah kita mencintai negeri kita ini?' Di zaman yang modern ini nasionalisme seolah–olah dianggap tidak penting lagi. Di kalangan tua maupun muda, pejabat maupun rakyat, tidak memperdulikan lagi tentang nasionalisme.
Karena pengaruh modernisasi, banyak para pemuda lebih memilih budaya barat dibanding budaya sendiri.
Mereka menganggap bahwa budaya barat lebih modern dibanding budaya sendiri. Kemerosotan nilai luhur Pancasila hampir terjadi pada semua pemuda di kota maupun di desa.
Kini hanya sedikit pemuda yang menjunjung tinggi nasionalisme. Mereka lebih antusias bila membicarakan tentang gosip–gosip selebriti, konser musik, dan sebagainya.
Jika ada yang membawakan topik nasionalisme dianggap tidak gaul, sok pintar, dan topiknya sulit untuk dipikirkan.
Ketika generasi muda hendak memupuk rasa nasionalisme, pejabat pemerintah malah memeperkaya diri sendiri dan pemimpin menyibukkan mencari massa untuk mempertahankan kekuasaannya.
Pemuda menjadi bingung tidak ada figur yang dapat dijadikan contoh. Belum lagi masalah ekonomi yang mengharuskan pemuda untuk mengangkat derajat keluarganya sehingga tidak ada waktu untuk memikirkan nasionalisme.
Hadirin yang saya hormati,
Nasionalisme bukan masalah kecil melainkan masalah yang harus segera diselesaikan. Nasionalisme tidak akan terbentuk bila tidak dilakukan oleh semua kalangan.
Mari, kita awali dari hal-hal yang sederhana atau hal-hal yang kecil. Misalnya, membuang sampah pada tempatnya, sehingga tanah air kita menjadi bersih. Rela berkorban demi tanah air. Gunakan produk–produk asli Indonesia.
Jadilah pemuda yabg pandai mengatur waktu, gunakanlah waktu luang dengan perbuatan yang bermanfaat.
Hindari sifat yang merugikan diri sendiri dan negara seperti korupsi penyalahgunaan narkoba, dan sebagainya.
Sekian pidato yang dapat saya sampaikan, kurang lebihya saya mohon maaf, terima kasih atas perhatianya