Pertimbangkan skenario berikut: Manajer: "jika saya mammpu menurunkan biaya sebesar $40,000 selama kuartal terakhir ini, divisi saya akan menghasilkan laba 10% di atas tingkat yang telah di rencanakan dan saya akan menerima bonus sebesar $10,000. akan tetapi, berdasarkan proyeksi untuk kuartal keempat, hal tersebut kelihatannya sulit direalisasikan. saya benar-benar membutuhkan bonus $10,000 tersebut. saya tahu cara untuk memenuhinya. saya hanya perlu memberhentikan tiga orang tenaga penjual yang paling tinggi gajinya. lagi pula, pesanan kebanyakan masuk pada kuartal keempat dan saya dapat mempekerjakan tenaga penjual baru kapan saja pada awal tahun depan."
Diminta: 1. apakah pilihan paling tepat yang dapat dilakukan oleh manajer tersebut? 2. mengapa muncul dilema etika? 3. apakah ada cara lain untuk mendesain ulang sistem pelaporan akuntansi sehingga memperkecil kemungkinan timbulnya perilaku seperti yang dipikirkan oleh manajer tersebut?
tribeking22
1. Mempertahankan ketiga tenaga penjual dan tetap pada proyeksi yang sudah ditentukan. Hal ini dikarenakan untuk mencegah terjadinya pengambilan keuntungan dengan pengorbanan jangka panjang. Jika manajer tersebut memecat ketiga tenaga penjual tersebut, perusahaan akan kehilangan biaya lagi untuk proses rekrutmen dan training para tenaga kerja penjual yang baru lagi. Bukan hanya itu, kinerja tenaga penjual baru bisa saja lebih buruk sehingga hal itu akan menurunkan kinerja divisi di masa depan.
2. Karena tindakan manajer tersebut berhubungan dengan keinginan pribadinya untuk mendapatkan bonus $10000 dengan mengorbankan tenaga penjual divisi yang dipegangnya.
3. Sistem penilaian kinerja divisi yang harus diubah, bukan hanya didasarkan pada laba yang diperoleh divisi. Hal lain yang bisa digunakan berupa rasio ROI (return on investment), yang harus juga dilengkapi dengan perhitungan RI (residual income), dan EVA (economic value added). Dengan adanya penilaian kinerja yang lain, maka manajer divisi tidak akan fokus pada laba dan aset divisi saja dan juga dapat menghindarkan keputusan untuk menaikkan laba jangka pendek yang akan mengorbankan laba jangka panjang. Bisa juga menggunakan penilaian kinerja divisi non-finansial dengan menggunakan balanced scorecard.
2. Karena tindakan manajer tersebut berhubungan dengan keinginan pribadinya untuk mendapatkan bonus $10000 dengan mengorbankan tenaga penjual divisi yang dipegangnya.
3. Sistem penilaian kinerja divisi yang harus diubah, bukan hanya didasarkan pada laba yang diperoleh divisi. Hal lain yang bisa digunakan berupa rasio ROI (return on investment), yang harus juga dilengkapi dengan perhitungan RI (residual income), dan EVA (economic value added). Dengan adanya penilaian kinerja yang lain, maka manajer divisi tidak akan fokus pada laba dan aset divisi saja dan juga dapat menghindarkan keputusan untuk menaikkan laba jangka pendek yang akan mengorbankan laba jangka panjang. Bisa juga menggunakan penilaian kinerja divisi non-finansial dengan menggunakan balanced scorecard.