Shanty98
Kejawen ( bahasa Jawa Kejawèn ) adalah sebuah kepercayaan yang terutama dianut di pulau Jawa oleh suku Jawa dan suku bangsa lainnya yang menetap di Jawa. Kejawen hakikatnya adalah suatu filsafat dimana keberadaanya ada sejak orang Jawa ( Bahasa Jawa: Wong Jawa ꦮꦺꦴꦁꦗꦮ, Krama : Tiyang Jawi ꦠꦾꦁꦗꦮꦶ) itu ada. Hal tersebut dapat dilihat dari ajarannya yang universal dan selalu melekat berdampingan dengan agama yang dianut pada zamannya. Kitab-kitab dan naskah kuno Kejawen tidak menegaskan ajarannya sebagai sebuah agama meskipun memiliki laku. Kejawen juga tidak dapat dilepaskan dari agama yang dianut karena filsafat Kejawen dilandaskankan pada ajaran agama yang dianut oleh filsuf Jawa. Sejak dulu, orang Jawa mengakui keesaan Tuhan sehingga menjadi inti ajaran Kejawen, yaitu mengarahkan insan : Sangkan Paraning Dumadhi (lit. "Dari mana datang dan kembalinya hamba tuhan") dan membentuk insan se-iya se-kata dengan tuhannya : Manunggaling Kawula lan Gusthi (lit. "Bersatunya Hamba dan Tuhan"). Dari kemanunggalan itu, ajaran Kejawen memiliki misi sebagai berikut: 1. Mamayu Hayuning Pribadhi (sebagai rahmat bagi diri pribadi) 2. Mamayu Hayuning Kaluwarga (sebagai rahmat bagi keluarga) 3. Mamayu Hayuning Sasama (sebagai rahmat bagi sesama manusia) 4. Mamayu Hayuning Bhuwana (sebagai rahmat bagi alam semesta) berbeda dengan kaum abangan kaum kejawen relatif taat dengan agamanya, dengan menjauhi larangan agamanya dan melaksanakan perintah agamanya namun tetap menjaga jatidirinya sebagai orang pribumi, karena ajaran filsafat kejawen memang mendorong untuk taat terhadap tuhannya. jadi tidak mengherankan jika ada banyak aliran filsafat kejawen menurut agamanya yang dianut seperti : Islam Kejawen, Hindu Kejawen, Kristen Kejawen, Budha Kejawen, Kejawen Kapitayan (Kepercayaan) dengan tetap melaksanakan adat dan budayanya yang tidak bertentangan dengan agamanya.
adalah sebuah kepercayaan
yang terutama dianut di pulau
Jawa oleh suku Jawa dan suku
bangsa lainnya yang menetap di
Jawa. Kejawen hakikatnya
adalah suatu filsafat dimana
keberadaanya ada sejak orang
Jawa ( Bahasa Jawa: Wong Jawa
ꦮꦺꦴꦁꦗꦮ, Krama : Tiyang Jawi ꦠꦾꦁꦗꦮꦶ) itu
ada. Hal tersebut dapat dilihat
dari ajarannya yang universal
dan selalu melekat
berdampingan dengan agama
yang dianut pada zamannya.
Kitab-kitab dan naskah kuno
Kejawen tidak menegaskan
ajarannya sebagai sebuah
agama meskipun memiliki laku.
Kejawen juga tidak dapat
dilepaskan dari agama yang
dianut karena filsafat Kejawen
dilandaskankan pada ajaran
agama yang dianut oleh filsuf
Jawa.
Sejak dulu, orang Jawa
mengakui keesaan Tuhan
sehingga menjadi inti ajaran
Kejawen, yaitu mengarahkan
insan : Sangkan Paraning
Dumadhi (lit. "Dari mana datang
dan kembalinya hamba tuhan")
dan membentuk insan se-iya
se-kata dengan tuhannya :
Manunggaling Kawula lan Gusthi
(lit. "Bersatunya Hamba dan
Tuhan"). Dari kemanunggalan
itu, ajaran Kejawen memiliki
misi sebagai berikut:
1. Mamayu Hayuning Pribadhi
(sebagai rahmat bagi diri
pribadi)
2. Mamayu Hayuning Kaluwarga
(sebagai rahmat bagi keluarga)
3. Mamayu Hayuning Sasama
(sebagai rahmat bagi sesama
manusia)
4. Mamayu Hayuning Bhuwana
(sebagai rahmat bagi alam
semesta)
berbeda dengan kaum abangan
kaum kejawen relatif taat
dengan agamanya, dengan
menjauhi larangan agamanya
dan melaksanakan perintah
agamanya namun tetap menjaga
jatidirinya sebagai orang
pribumi, karena ajaran filsafat
kejawen memang mendorong
untuk taat terhadap tuhannya.
jadi tidak mengherankan jika
ada banyak aliran filsafat
kejawen menurut agamanya
yang dianut seperti : Islam
Kejawen, Hindu Kejawen, Kristen
Kejawen, Budha Kejawen,
Kejawen Kapitayan
(Kepercayaan) dengan tetap
melaksanakan adat dan
budayanya yang tidak
bertentangan dengan
agamanya.