Tolong buatkan cerpen yang menceritakan tentang aku / pengarang sbg narator dongg,lagi belajar sudut pandang nihh... Sudut pandang orang pertama sama ketiga ya!
Kutipan cerpen "Pada Secangkir Teh" Karya pipit indah mentari
Aku membawa dua cangkir teh melati, satu untukku dan satu untuknya. Kuletakkan kedua cangkir warna putih gading dengan motif pinggiran daun-daun kecil di sekelilingnya itu di atas meja teras rumahku yang menghadap ke kebun tanaman obat keluarga. Aku sengaja menyeduh dan menghidangkannya beberapa menit sebelum dia datang. Dia tidak suka minuman panas. Sepuluh menit lagi, udara dingin kota hujan sore ini akan mampu mendinginkan teh yang masih mengepul itu. Mengetahui dia tidak menyukai minuman panas, termasuk teh dan kopi, sempat membuatku mengernyitkan dahi. Bukannya kedua minuman tersebut justru lebih nikmat dihidangkan ketika kepulan asapnya masih mampu membawa aroma wanginya memanjakan penciuman kita.
Sudut pandang orang ketiga :
Kutipan cerpen "Banun"
Sejak itulah Banun menyingkapkan rahasia hidupnya pada anak-anaknya, termasuk pada Rimah, anak bungsunya itu. Ia menjelaskan kata ”tani” sebagai penyempitan dari ”tahani”, yang bila diterjemahkan ke dalam bahasa orang kini berarti: ”menahan diri”. Menahan diri untuk tidak membeli segala sesuatu yang dapat diperoleh dengan cara bercocok tanam. Sebutlah misalnya, sayur-mayur, cabai, bawang, seledri, kunyit, lengkuas, jahe. Di sepanjang riwayatnya dalam menyelenggarakan hidup, orang tani hanya akan membeli garam. Minyak goreng sekalipun, sedapat-dapatnya dibikin sendiri. Begitu ajaran mendiang suami Banun, yang meninggalkan perempuan itu ketika anak-anaknya belum bisa mengelap ingus sendiri. Semakin banyak yang dapat ”ditahani” Banun, semakin kokoh ia berdiri sebagai orang tani.
AnnisaEmkaA
web apa yah? Aku gak simpen hehe..
Search aja di google : Cerpen Pada secangkir teh dan cerpen banun. Saya sudah belajar tentang unsur intrinsik dan hanya mencari cerpen yang pas.
Kutipan cerpen "Pada Secangkir Teh" Karya pipit indah mentari
Aku membawa dua cangkir teh melati, satu untukku dan satu untuknya. Kuletakkan kedua cangkir warna putih gading dengan motif pinggiran daun-daun kecil di sekelilingnya itu di atas meja teras rumahku yang menghadap ke kebun tanaman obat keluarga. Aku sengaja menyeduh dan menghidangkannya beberapa menit sebelum dia datang. Dia tidak suka minuman panas. Sepuluh menit lagi, udara dingin kota hujan sore ini akan mampu mendinginkan teh yang masih mengepul itu.
Mengetahui dia tidak menyukai minuman panas, termasuk teh dan kopi, sempat membuatku mengernyitkan dahi. Bukannya kedua minuman tersebut justru lebih nikmat dihidangkan ketika kepulan asapnya masih mampu membawa aroma wanginya memanjakan penciuman kita.
Sudut pandang orang ketiga :
Kutipan cerpen "Banun"
Sejak itulah Banun menyingkapkan rahasia hidupnya pada anak-anaknya, termasuk pada Rimah, anak bungsunya itu. Ia menjelaskan kata ”tani” sebagai penyempitan dari ”tahani”, yang bila diterjemahkan ke dalam bahasa orang kini berarti: ”menahan diri”. Menahan diri untuk tidak membeli segala sesuatu yang dapat diperoleh dengan cara bercocok tanam. Sebutlah misalnya, sayur-mayur, cabai, bawang, seledri, kunyit, lengkuas, jahe. Di sepanjang riwayatnya dalam menyelenggarakan hidup, orang tani hanya akan membeli garam. Minyak goreng sekalipun, sedapat-dapatnya dibikin sendiri. Begitu ajaran mendiang suami Banun, yang meninggalkan perempuan itu ketika anak-anaknya belum bisa mengelap ingus sendiri. Semakin banyak yang dapat ”ditahani” Banun, semakin kokoh ia berdiri sebagai orang tani.