Kerajinan tapestri dari mendong/bambu/pandan disertai daerah asal cara membuat kegunaan keunikan dan kreatifitas HELP ME AND TY
welly05
Kerajinan tapestri: mendong daerah asal: kecamatan purbaratu kota tasikmalaya cara membuat: a. Penjemuran dan Pemisahan Mendong
1) Batang-batang tanaman mendong yang telah dipotong dijemur selama 1 hari. Setelah kering dipisah-pisahkan sesuai dengan besar dan panjang batangnya, kemudian masing-masing diikat menjadi satu ukuran tertentu.
2) Ikatan-ikatan batang mendong itu kemudian di-beberes, yaitu meratakan ujung-ujungnya dan dipotong dengan menggunakan parang.
3) Batang mendong yang sudah di-beberes (dirapikan) kemudian dijemur untuk kedua kalinya selama 2 s.d. 3 jam. Selanjutnya ikatan-ikatan batang mendong tersebut disimpan di dalam rumah selama 1 hari agar tidak regas (mudah patah).46
b. Pewarnaan
Pekerjaan memberi warna batang mendong disebut nyelep (mencelup). Warna-warna yang sering dipakai adalah hijau, biru, kuning, merah, dan ungu. Sedangkan bahan zat pewarna dapat diperoleh di toko-toko di Kota Tasikmalaya. Adapun proses pewarnaan adalah sebagai berikut.
1) Batang mendong yang telah selesai dijemur diberi warna dengan cara di-celep (dicelup) ke dalam godogan atau larutan zat pewarna yang dipanaskan sampai mendidih, sesuai dengan warna yang diinginkan.
2) Setelah pemberian warna selesai, batang-batang mendong tersebut dijemur kembali selama 4 jam dengan tujuan agar warnanya tidak luntur.
3) Apabila menghendaki lebih dari satu warna, batang mendong kering itu diikat sampai pada batas warna yang diinginkan, kemudian dicelup ke dalam zat pewarna. Setelah itu ikatan batang mendong itu dijemur sampai kering. Selanjutnya, bagian yang belum diberi warna dicelupkan lagi ke dalam zat pewarna lainnya, kemudian dijemur kembali sehingga menghasilkan batang mendong dengan warna yang berlainan.
4) Setelah itu batang-batang mendong tersebut di-celub, yaitu dimasukkan ke dalam air sebentar agar batang yang akan ditenun tidak mudah putus. Setelah kering, batang mendong yang telah diberi warna diikat kembali dan siap untuk ditenun. Penenunan Proses pembuatan tikar mendong dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Mula-mula memasang benang pada alat tenun tersebut. Pekerjaan ini disebut pihane. Setiap benang dimasukkan pada celah-celah suri dan selang satu benang masuk ke gun yang satu benang yang lain masuk ke gun lainnya. Kemudian masingmasing ujung benang diikatkan pada batang penggulung benang atau boom.
2) Setelah benang itu tergulung, maka ujungnya yang lain diikatkan pada panggulung amparan.
3) Penenun menginjak salah satu alat panginjek, sehingga salah satu gun terangkat dan gun yang lain turun. Gerakan ini menyebabkan benang-benang yang dipasang sebagian turun dan sebagian lagi naik. Toropong yang sudah diisi batang mendong dimasukkan ke lubang yang menganga tadi, yaitu di antara benang-benang yang turun dan terangkat oleh gun. Satu batang mendong pada toropong dipegang oleh tangan penenun, kemudian toropong dikeluarkan, sehingga batang mendong tersebut ada dalam benang yang terpasang. Batang mendong tersebut ditarik oleh suri, sehingga mendekati dan merapat ke alat penggulung tikar. Pekerjaan demikian disebut ngagedig. Demikian seterusnya hingga batang mendong yang ditenun semakin banyak.
4) Setelah batang mendong yang ditenun sudah cukup banyak, kemudian penggulung tikar diputar, sehingga hasil tenunan tikar dapat digulung sedikit demi sedikit pada alat penggulung tersebut. Apabila panjang tikar sudah memenuhi ukurannya, sedangkan benang masih panjang, maka sebagai batas tenunan itu diberi jarak. Untuk membuat tikar madani, tenunannya tidak terlalu padat dan motifnya biasanya belang-belang lurus.
c. Penjahitan
Apabila hasil tenunannya sudah mencapai ukurannya, benang-benangnya diteukteuk (dipotong), kemudian diikat agar tidak lepas. Kemudian hasil tenunan dibuka dari gulungan tikar dan selanjutnya dijemur. Hasil tenunan dijahit dengan menggunakan kelim dari kain agar tepian tikar tidak terlepas. Kelim juga berfungsi sebagai tempat untuk melipat tikar ketika sedang tidak digunakan. Untuk pembuatan barang-barang souvenir, seperti: tas, sandal, kotak boks, pigura, dan lain-lain, tahap pembuatannya adalah sebagai berikut.
Mula-mula membuat pola pada kertas karton yang berukuran tebal. Setelah pola terbentuk, kemudian dipotong dengan gunting atau pisau cutter. Pola-pola karton yang sudah dipotong kemudian dilapisi/dibungkus dengan anyaman mendong dan direkatkan dengan lem. Setelah anyaman mendong melekat pada karton secara keseluruhan, kemudian baru dirangkai menjadi bentuk barang yang diinginkan. Agar bekas potongan anyaman mendong pada bagian tepi barang yang telah terbentuk tidak terlihat, dapat dilakukan dengan cara melipat bagian tepi mendong atau dengan cara dikelim dengan kain lalu dijahit. kegunaan: sebagai alas duduk atau tidur
keunikan dan kreatifitas: tikar, tempat pensil, dompet,tempat sampah, tempat tisu, tempat toples, tas, pigura
daerah asal: kecamatan purbaratu kota tasikmalaya
cara membuat: a. Penjemuran dan Pemisahan Mendong
1) Batang-batang tanaman mendong yang telah dipotong dijemur selama 1 hari. Setelah kering dipisah-pisahkan sesuai dengan besar dan panjang batangnya, kemudian masing-masing diikat menjadi satu ukuran tertentu.
2) Ikatan-ikatan batang mendong itu kemudian di-beberes, yaitu meratakan ujung-ujungnya dan dipotong dengan menggunakan parang.
3) Batang mendong yang sudah di-beberes (dirapikan) kemudian dijemur untuk kedua kalinya selama 2 s.d. 3 jam. Selanjutnya ikatan-ikatan batang mendong tersebut disimpan di dalam rumah selama 1 hari agar tidak regas (mudah patah).46
b. Pewarnaan
Pekerjaan memberi warna batang mendong disebut nyelep (mencelup). Warna-warna yang sering dipakai adalah hijau, biru, kuning, merah, dan ungu. Sedangkan bahan zat pewarna dapat diperoleh di toko-toko di Kota Tasikmalaya. Adapun proses pewarnaan adalah sebagai berikut.
1) Batang mendong yang telah selesai dijemur diberi warna dengan cara di-celep (dicelup) ke dalam godogan atau larutan zat pewarna yang dipanaskan sampai mendidih, sesuai dengan warna yang diinginkan.
2) Setelah pemberian warna selesai, batang-batang mendong tersebut dijemur kembali selama 4 jam dengan tujuan agar warnanya tidak luntur.
3) Apabila menghendaki lebih dari satu warna, batang mendong kering itu diikat sampai pada batas warna yang diinginkan, kemudian dicelup ke dalam zat pewarna. Setelah itu ikatan batang mendong itu dijemur sampai kering. Selanjutnya, bagian yang belum diberi warna dicelupkan lagi ke dalam zat pewarna lainnya, kemudian dijemur kembali sehingga menghasilkan batang mendong dengan warna yang berlainan.
4) Setelah itu batang-batang mendong tersebut di-celub, yaitu dimasukkan ke dalam air sebentar agar batang yang akan ditenun tidak mudah putus. Setelah kering, batang mendong yang telah diberi warna diikat kembali dan siap untuk ditenun. Penenunan Proses pembuatan tikar mendong dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Mula-mula memasang benang pada alat tenun tersebut. Pekerjaan ini disebut pihane. Setiap benang dimasukkan pada celah-celah suri dan selang satu benang masuk ke gun yang satu benang yang lain masuk ke gun lainnya. Kemudian masingmasing ujung benang diikatkan pada batang penggulung benang atau boom.
2) Setelah benang itu tergulung, maka ujungnya yang lain diikatkan pada panggulung amparan.
3) Penenun menginjak salah satu alat panginjek, sehingga salah satu gun terangkat dan gun yang lain turun. Gerakan ini menyebabkan benang-benang yang dipasang sebagian turun dan sebagian lagi naik. Toropong yang sudah diisi batang mendong dimasukkan ke lubang yang menganga tadi, yaitu di antara benang-benang yang turun dan terangkat oleh gun. Satu batang mendong pada toropong dipegang oleh tangan penenun, kemudian toropong dikeluarkan, sehingga batang mendong tersebut ada dalam benang yang terpasang. Batang mendong tersebut ditarik oleh suri, sehingga mendekati dan merapat ke alat penggulung tikar. Pekerjaan demikian disebut ngagedig. Demikian seterusnya hingga batang mendong yang ditenun semakin banyak.
4) Setelah batang mendong yang ditenun sudah cukup banyak, kemudian penggulung tikar diputar, sehingga hasil tenunan tikar dapat digulung sedikit demi sedikit pada alat penggulung tersebut. Apabila panjang tikar sudah memenuhi ukurannya, sedangkan benang masih panjang, maka sebagai batas tenunan itu diberi jarak. Untuk membuat tikar madani, tenunannya tidak terlalu padat dan motifnya biasanya belang-belang lurus.
c. Penjahitan
Apabila hasil tenunannya sudah mencapai ukurannya, benang-benangnya diteukteuk (dipotong), kemudian diikat agar tidak lepas. Kemudian hasil tenunan dibuka dari gulungan tikar dan selanjutnya dijemur. Hasil tenunan dijahit dengan menggunakan kelim dari kain agar tepian tikar tidak terlepas. Kelim juga berfungsi sebagai tempat untuk melipat tikar ketika sedang tidak digunakan. Untuk pembuatan barang-barang souvenir, seperti: tas, sandal, kotak boks, pigura, dan lain-lain, tahap pembuatannya adalah sebagai berikut.
Mula-mula membuat pola pada kertas karton yang berukuran tebal. Setelah pola terbentuk, kemudian dipotong dengan gunting atau pisau cutter. Pola-pola karton yang sudah dipotong kemudian dilapisi/dibungkus dengan anyaman mendong dan direkatkan dengan lem. Setelah anyaman mendong melekat pada karton secara keseluruhan, kemudian baru dirangkai menjadi bentuk barang yang diinginkan. Agar bekas potongan anyaman mendong pada bagian tepi barang yang telah terbentuk tidak terlihat, dapat dilakukan dengan cara melipat bagian tepi mendong atau dengan cara dikelim dengan kain lalu dijahit.
kegunaan: sebagai alas duduk atau tidur
keunikan dan kreatifitas: tikar, tempat pensil, dompet,tempat sampah, tempat tisu, tempat toples, tas, pigura