Pancasila menjawab tantangan zaman dibidang politik, tolong jelaskan secara lengkap
HafisWb
MAMPUKAH Pancasila sebagai dasar negara menjawab tantangan zaman? Pertanyaan ini dibahas dalam diskusi publik yang diselenggarakan Satuan Pelajar dan Mahasiswa (SAPMA Bali) bekerja sama dengan KNPI Bali. Hadir sebagai narasumber Dewa Ayu Sri Wigunawati, S.E. (Ketua Kaukus Perempuan), Nyoman Mardika, S.S. (anggota KPI Bali) dan Agus Ega Indra Jaya di Hotel Werdapura Sanur, Minggu (2/6) lalu.
Nyoman Dhamantra, anggota DPR RI yang rencananya juga sebagai narasumber berhalangan hadir. Topik tersebut sangat menarik mengingat sejak akhir milenium II dan awal milenium III yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi, khususnya tehnologi informasi membawa dunia kepada era kontemporer dalam wilayah baru kebudayaan yang kaya warna, kaya tanda dan kaya citra. Sehingga, dunia telah kehilangan batas, diakibatkan oleh makna-makna dan kemapanan didekontruksi. Kondisi ini membawa dunia menjadi dunia virtual yang tidak lebih dari dunia fatamorgana yang penuh kepalsuan.
Sri Wigunawati melihat fenomena zaman kontemporer ini sangat mengkhawatirkan, tetapi ia berkeyakinan melihat esensi yang terkandung dalam Pancasila akan mampu menjawab tantangan zaman. Nyoman Mardika melihat ambiguitas negara ini yang belum mencerminkan nilai Pancasila dalam menjawab tantangan zaman. Bagi Mardika, ada sebuah pertanyaan yang perlu dijawab, sudahkah seluruh rakyat Indonesia menjalankan amanat Pancasila? Sepanjang itu belum, sangat sulit tampaknya Pancasila akan mampu menjawab tantangan zaman.
Agus Ega Indrajaya berkeyakinan Pancasila akan mampu menjawab tantangan zaman kontemporer, dengan serba ketidakpastiannya akibat derasnya arus globalisasi, sepanjang seluruh insan Indonesia sadar bahwa perlunya mempersiapkan diri terhadap intervensi asing dalam berbagai hal, serta meyakini Pancasila sebagai sebuah kepribadian bangsa yang telah final.
Dengan demikian bangsa Indonesia akan tetap utuh sebagai bangsa yang berdaulat dan diyakini akan diterima dalam pergaulan bangsa-bangsa di dunia. Karena pada dasarnya esensi yang terkandung dalam Pancasila juga mengandung nilai-nilai internasionalisme, dengan tetap menjaga martabat setiap bangsa. Seluruh bangsa Indonesia perlu mengetahui lebih dalam filosofi dari Pancasila, serta mengenal proses kelahirannya sehingga Pancasila tidak menjadi dogma. Seminar kemudian ditutup dengan melahirkan kesepahaman bahwa Pancasila adalah harga mati untuk NKRI yang pluralis. (ad1)
Nyoman Dhamantra, anggota DPR RI yang rencananya juga sebagai narasumber berhalangan hadir. Topik tersebut sangat menarik mengingat sejak akhir milenium II dan awal milenium III yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi, khususnya tehnologi informasi membawa dunia kepada era kontemporer dalam wilayah baru kebudayaan yang kaya warna, kaya tanda dan kaya citra. Sehingga, dunia telah kehilangan batas, diakibatkan oleh makna-makna dan kemapanan didekontruksi. Kondisi ini membawa dunia menjadi dunia virtual yang tidak lebih dari dunia fatamorgana yang penuh kepalsuan.
Sri Wigunawati melihat fenomena zaman kontemporer ini sangat mengkhawatirkan, tetapi ia berkeyakinan melihat esensi yang terkandung dalam Pancasila akan mampu menjawab tantangan zaman. Nyoman Mardika melihat ambiguitas negara ini yang belum mencerminkan nilai Pancasila dalam menjawab tantangan zaman. Bagi Mardika, ada sebuah pertanyaan yang perlu dijawab, sudahkah seluruh rakyat Indonesia menjalankan amanat Pancasila? Sepanjang itu belum, sangat sulit tampaknya Pancasila akan mampu menjawab tantangan zaman.
Agus Ega Indrajaya berkeyakinan Pancasila akan mampu menjawab tantangan zaman kontemporer, dengan serba ketidakpastiannya akibat derasnya arus globalisasi, sepanjang seluruh insan Indonesia sadar bahwa perlunya mempersiapkan diri terhadap intervensi asing dalam berbagai hal, serta meyakini Pancasila sebagai sebuah kepribadian bangsa yang telah final.
Dengan demikian bangsa Indonesia akan tetap utuh sebagai bangsa yang berdaulat dan diyakini akan diterima dalam pergaulan bangsa-bangsa di dunia. Karena pada dasarnya esensi yang terkandung dalam Pancasila juga mengandung nilai-nilai internasionalisme, dengan tetap menjaga martabat setiap bangsa. Seluruh bangsa Indonesia perlu mengetahui lebih dalam filosofi dari Pancasila, serta mengenal proses kelahirannya sehingga Pancasila tidak menjadi dogma. Seminar kemudian ditutup dengan melahirkan kesepahaman bahwa Pancasila adalah harga mati untuk NKRI yang pluralis. (ad1)