Pak Rahmat dan lukisan sungai yang sejak kecil Pak Rahmat tinggal di desa air bening seperti namanya desa tersebut dikelilingi oleh sungai yang bening masyarakat di desa tersebut tidak pernah kekurangan air bersih saat masih kecil yang sering menghabiskan waktu di sungai hanya duduk-duduk atau bermain dengan temannya Rahmat kecil gemar melukis yang sering duduk sendiri di tepi sungai dan melukis pemandangan alam di sana namun sejak pabrik-pabrik mulai didirikan di dekat desa ada lagi sungai yang bersih aliran sungai tampak kotor dan bau limbah pewarna tekstil dari pabrik sering mengaliri sungai berwarna hitam kadang biru kadang merah seperti darah yang paling penting air itu sudah tidak layak dikonsumsi jangankan dikonsumsi para peternak saja tidak mau memandikan di sungai takut ternaknya mati kata mereka mereka harus berjuang untuk mendapatkan air bersih mereka harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk membeli air bersih membeli ya membeli selain itu mereka tidak bisa membawa air yang banyak sekaligus membawa air dalam jumlah banyak berarti harus punya kendaraan yang muat untuk mengangkutnya sementara tidak ada penduduk yang mempunyai kendaraan tersebut Pak Rahmat itu sudah rentah tidak sanggup menahan penderitaan itu lagi dengan kemampuannya dan tenaganya yang tak lagi banyak yang melukis pemandangan saat kemampuannya dan tenaganya tidak lagi banyak yang melukis pemandangan ia mengajarkan lukisan sebagai sungai pada saat ia masih kecil dan pemandangan sungai saat ini lalu ia melakukan kedua lukisan itu di depan rumahnya ia juga menambahkan lukisan desa air bening di bawah kedua lukisan tersebut mereka mulai terbuka karena melihat lukisan tersebut termasuk kepala desa yang sebelumnya hanya diam nasib buruk mereka merencanakan sebuah gerakan untuk membersihkan soalnya mereka ada yang menguruk sampah dari sungai ada yang tampak menanam tanaman di tepi sungai Pak kepala desa juga mengambil tindakan untuk melaporkan hal tersebut ke pemerintah daerah akhirnya mereka pemerintah daerah memberi teguran pada pabrik yang membuang limbah ke sungai mereka diharuskan mengelola limbah terlebih dahulu sebelum mengalirkannya ke sungai memang tak seindah dulu tapi ini sudah cukup berarti kata Parapat sambil menahan tangis bahagia kami berjuang untuk mengembalikan wajah desa kita bakar menjabat tangan Pak Rahmat lembut seluruh warga desa sekarang lebih sadar akan pentingnya kebersihan sungai yang sedikit usaha Pak Rahmat mengunggah hati seluruh warga mereka menghargai jasa dan kepedulian para mas sampai-sampai jembatan yang baru dibangun diberi nama jembatan Rahmat soal= 1. tuliskan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada cerita= 2. tuliskan urutan-urutan peristiwa pada cerita= mohon di jawab kak