Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam yang berdiri pada sekitar tahun 1267 Masehi. Kerajaan Samudera Pasai terletak di pesisir pantai Sumatera bagian utara. Akar keruntuhan Samudera Pasai telah terlihat pada masa pemerinthan Sultan Malik Az-Zahir sekitar pertengahan abad ke-14 Masehi. Dalam buku Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia (2012) karya Daliman, keruntuhan Samudera Pasai disebabkan oleh dua faktor, yaitu internal dan eksternal yang saling berkesinambungan satu dan yang lainnya. Berikut penjelasannya: Faktor Internal Faktor internal keruntuhan Samudera Pasai, yaitu: Konflik di lingkungan istana Konflik internal di lingkungan istana disebabkan oleh perebutan kekuasaan antara keturunan Sultan Pasai. Konflik ini telah muncul sejak akhir abad ke-14 Masehi. Baca juga: Penjelajahan Samudera: Petualangan dan Perebutan Hegemoni Munculnya Pemberontakan Pertikaian antara keluarga istana berdampak pada munculnya pemberontakan di Samudera Pasai. Pada perkembangannya, Samudera Pasai meminta bantuan kepada Kesultanan Malaka untuk memberantas pemberontakan tersebut. Setelah berhasil memadamkan pemberontakan, pengaruh kekuasaan Kesultanan Malaka di Samudera Pasai semakin menguat.Hal tersebut mengakibatkan eksistensi Samudera Pasai di kawasan Malaka semakin melemah. Faktor Eksternal Faktor eksternal keruntuhan Samudera Pasai, yakni: Serangan Kerajaan Majapahit Dalam buku Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara Islam di Nusantara (2005) karya Slamet Muljana, Majapahit menyerang Samudera Pasai pada tahun 1345 hingga 1350. Penyerangan Majapahit didasarkan atas perlakuan tidak pantas dari Sultan Ahmad Malik Az-Zahir terhadap putri kerajaan Majapahit bernama Raden Galuh Gemerencang. Pada 1345, Gajah Mada memimpin pasukan Majapahit untuk menaklukan kekuasaan Sultan Ahmad Malik Az-Zahir. Ia berhasil menguasai Samudera Pasai dan memaksa Sultan Ahmad Malik Az-Zahir untuk mengungsi di daerah bernama Menduga. Pasca serangan Majapahit, Samudera Pasai masih eksis sebagai kerajaan vasal (bawahan) dari Majapahit. Baca juga: Peninggalan Sejarah Kerajaan Samudera Pasai Munculnya Kesultanan Malaka Munculnya kesultanan Malaka pada awal abad ke-15 Masehi mampu melemahkan dominasi sektor perdagangan Samudera Pasai di kawasan selat Malaka. Kesultanan Malaka juga mampu mengungguli Samudera Pasai dalam aspek sosial, politik dan militer. Serangan Portugis terhadap Kawasan Malaka Pada tahun 1511, Portugis menyerang kawasan Selat Malaka dengan membawa 15 kapal dan 16.000 pasukan dibawah pimpinan Alfonso de Albuqerque. Pada sekitar tahun 1520-an, Portugis berhasil menguasai wilayah-wilayah strategis yang menjadi pusat perdagangan di kawasan selat Malaka. Penguasaan Portugis di Selat Malaka juga menandai keruntuhan Samudera Pasai.
Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam yang berdiri pada sekitar tahun 1267 Masehi. Kerajaan Samudera Pasai terletak di pesisir pantai Sumatera bagian utara. Akar keruntuhan Samudera Pasai telah terlihat pada masa pemerinthan Sultan Malik Az-Zahir sekitar pertengahan abad ke-14 Masehi. Dalam buku Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia (2012) karya Daliman, keruntuhan Samudera Pasai disebabkan oleh dua faktor, yaitu internal dan eksternal yang saling berkesinambungan satu dan yang lainnya. Berikut penjelasannya: Faktor Internal Faktor internal keruntuhan Samudera Pasai, yaitu: Konflik di lingkungan istana Konflik internal di lingkungan istana disebabkan oleh perebutan kekuasaan antara keturunan Sultan Pasai. Konflik ini telah muncul sejak akhir abad ke-14 Masehi. Baca juga: Penjelajahan Samudera: Petualangan dan Perebutan Hegemoni Munculnya Pemberontakan Pertikaian antara keluarga istana berdampak pada munculnya pemberontakan di Samudera Pasai. Pada perkembangannya, Samudera Pasai meminta bantuan kepada Kesultanan Malaka untuk memberantas pemberontakan tersebut. Setelah berhasil memadamkan pemberontakan, pengaruh kekuasaan Kesultanan Malaka di Samudera Pasai semakin menguat.Hal tersebut mengakibatkan eksistensi Samudera Pasai di kawasan Malaka semakin melemah. Faktor Eksternal Faktor eksternal keruntuhan Samudera Pasai, yakni: Serangan Kerajaan Majapahit Dalam buku Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara Islam di Nusantara (2005) karya Slamet Muljana, Majapahit menyerang Samudera Pasai pada tahun 1345 hingga 1350. Penyerangan Majapahit didasarkan atas perlakuan tidak pantas dari Sultan Ahmad Malik Az-Zahir terhadap putri kerajaan Majapahit bernama Raden Galuh Gemerencang. Pada 1345, Gajah Mada memimpin pasukan Majapahit untuk menaklukan kekuasaan Sultan Ahmad Malik Az-Zahir. Ia berhasil menguasai Samudera Pasai dan memaksa Sultan Ahmad Malik Az-Zahir untuk mengungsi di daerah bernama Menduga. Pasca serangan Majapahit, Samudera Pasai masih eksis sebagai kerajaan vasal (bawahan) dari Majapahit. Baca juga: Peninggalan Sejarah Kerajaan Samudera Pasai Munculnya Kesultanan Malaka Munculnya kesultanan Malaka pada awal abad ke-15 Masehi mampu melemahkan dominasi sektor perdagangan Samudera Pasai di kawasan selat Malaka. Kesultanan Malaka juga mampu mengungguli Samudera Pasai dalam aspek sosial, politik dan militer. Serangan Portugis terhadap Kawasan Malaka Pada tahun 1511, Portugis menyerang kawasan Selat Malaka dengan membawa 15 kapal dan 16.000 pasukan dibawah pimpinan Alfonso de Albuqerque. Pada sekitar tahun 1520-an, Portugis berhasil menguasai wilayah-wilayah strategis yang menjadi pusat perdagangan di kawasan selat Malaka. Penguasaan Portugis di Selat Malaka juga menandai keruntuhan Samudera Pasai.