yeyenmelisaDinasti Joseon, Chosŏn, Chosun, Choseon (Juli 1392 – Agustus 1910), adalah sebuah negara berdaulat yang didirikan oleh Yi Seong-gye yang pada saat ini menjadi Korea
AWAL PERKEMBANGAN
Di akhir abad ke-14 M, dinasti Goryeo yang berusia 400 tahun yang didirikan Wang-geon tahun 918 lengser, fondasinya melemah akibat perang yang berkepanjangan dan penjajahan de facto oleh Kekaisaran Mongol. Dalam tubuh kerajaannya sendiri juga mengalami perselisihan dikarenakan tidak hanya penguasanya gagal mengendalikan secara efektif kerajaannya, namun juga dianggap tercemari oleh generasi-generasi dari perkawinan paksa dengan anggota keluarga Kekaisaran Mongol dan keluarga rival (bahkan ibu dari Raja Woo adalah rakyat biasa, yang membuat tersebarnya rumor yang meragukan keturunannya dari Raja Gongmin. Dalam kerajaan, kelompok para bangsawan, jenderal, bahkan perdana menterinya terpecah-pecah dalam partai berbeda yang tujuannya mencari kekuasaan semata. Dengan meningkatnya serangan bajak laut Jepang dan kelompok Sorban Merah, kekuasaan kerajaan mulai didominasi oleh 2 kelompok bangsawan, Bangsawan Sinjin dan Bangsawan Gwonmun, serta seorang jenderal yang dapat menangkis ancaman asing; Jenderal berbakat Yi Seong-gye dan rivalnya Choe Yeong.Menyusul berdirinya Dinasti Ming dibawah pimpinan Zhu Yuanzhang yang karismatik (Kaisar Hongwu), kekuasaan dalam tubuh Goryeo terpecah ke dalam faksi-faksi yang saling berkonflik yaitu kelompok yang dipimpin Jenderal Yi (pendukung Ming) dan Jenderal Choe (di posisi Mongol). Ketika utusan Ming tiba di Goryeo tahun 1388 (tahun ke-14 rezim Raja Woo) untuk meminta pengembalian teritori utara Goryeo kepada Ming, Jenderal Choe menggunakan kesempatan itu untuk melakukan invasi terhadap Semenanjung Liaodong (Goryeo mengklaim sebagai penerus kerajaan kuno Goguryeo dan menginginkan untuk mengembalikan kejayaannya dengan mengambil alih Manchuria). Jenderal Yi yang dapat dipercaya dijadikan pemimpin invasi, namun pada saat mencapai Pulau Wuihwa di Sungai Yalu, ia memberontak dan memimpin balik pasukan ke ibukota Gaegyeong, melakukan pembunuhan terhadap Jenderal Choe dan para pengikutnya. Ia memulai kudeta terhadap Raja Woo dan mengangkat putranya, Raja Chang pada tahun 1388. Karena usaha restorasinya gagal Jenderal Yi membunuh mantan Raja Woo dan Raja Chang lalu memaksa raja baru naik tahta, yakni Raja Gongyang. Setelah memaksakan kekuasaanya secara tidak langsung melalui raja boneka, Yi mulai bersekutu denagn Bangsawan Sinjin seperti Jeong Do-jeon dan Jo Jun. Sebagai jenderal de facto Goryeo, ia membuat Undang-Undang Gwajeon yang secara efektif bertujuan untuk menyita tanah dari tuan tanah kaya dan kelompok bangsawan konservatif Gwonmun, lalu membagi-bagikannya kepada pendukungnya di kelompok Sinjin. Pada tahun 1392 (tahun ke-4 rezim Raja Gongyang), putra ke-5 Yi, Yi Bang-won, demi kesetiaanya pada ayahnya memerintahkan 5 orang untuk mengeksekusi seorang bangsawan pendukung rezim lama bernama Jeong Mong-ju di Jembatan Seonjuk dekat ibukota. Tahun yang sama, Yi menuruntahtakan Raja Gongyang, mengasingkannya ke Wonju dan naik tahta. Dinsati Goryeo berakhir setelah 500 tahun berkuasa.
AWAL PERKEMBANGAN
Di akhir abad ke-14 M, dinasti Goryeo yang berusia 400 tahun yang didirikan Wang-geon tahun 918 lengser, fondasinya melemah akibat perang yang berkepanjangan dan penjajahan de facto oleh Kekaisaran Mongol. Dalam tubuh kerajaannya sendiri juga mengalami perselisihan dikarenakan tidak hanya penguasanya gagal mengendalikan secara efektif kerajaannya, namun juga dianggap tercemari oleh generasi-generasi dari perkawinan paksa dengan anggota keluarga Kekaisaran Mongol dan keluarga rival (bahkan ibu dari Raja Woo adalah rakyat biasa, yang membuat tersebarnya rumor yang meragukan keturunannya dari Raja Gongmin. Dalam kerajaan, kelompok para bangsawan, jenderal, bahkan perdana menterinya terpecah-pecah dalam partai berbeda yang tujuannya mencari kekuasaan semata. Dengan meningkatnya serangan bajak laut Jepang dan kelompok Sorban Merah, kekuasaan kerajaan mulai didominasi oleh 2 kelompok bangsawan, Bangsawan Sinjin dan Bangsawan Gwonmun, serta seorang jenderal yang dapat menangkis ancaman asing; Jenderal berbakat Yi Seong-gye dan rivalnya Choe Yeong.Menyusul berdirinya Dinasti Ming dibawah pimpinan Zhu Yuanzhang yang karismatik (Kaisar Hongwu), kekuasaan dalam tubuh Goryeo terpecah ke dalam faksi-faksi yang saling berkonflik yaitu kelompok yang dipimpin Jenderal Yi (pendukung Ming) dan Jenderal Choe (di posisi Mongol). Ketika utusan Ming tiba di Goryeo tahun 1388 (tahun ke-14 rezim Raja Woo) untuk meminta pengembalian teritori utara Goryeo kepada Ming, Jenderal Choe menggunakan kesempatan itu untuk melakukan invasi terhadap Semenanjung Liaodong (Goryeo mengklaim sebagai penerus kerajaan kuno Goguryeo dan menginginkan untuk mengembalikan kejayaannya dengan mengambil alih Manchuria). Jenderal Yi yang dapat dipercaya dijadikan pemimpin invasi, namun pada saat mencapai Pulau Wuihwa di Sungai Yalu, ia memberontak dan memimpin balik pasukan ke ibukota Gaegyeong, melakukan pembunuhan terhadap Jenderal Choe dan para pengikutnya. Ia memulai kudeta terhadap Raja Woo dan mengangkat putranya, Raja Chang pada tahun 1388. Karena usaha restorasinya gagal Jenderal Yi membunuh mantan Raja Woo dan Raja Chang lalu memaksa raja baru naik tahta, yakni Raja Gongyang. Setelah memaksakan kekuasaanya secara tidak langsung melalui raja boneka, Yi mulai bersekutu denagn Bangsawan Sinjin seperti Jeong Do-jeon dan Jo Jun. Sebagai jenderal de facto Goryeo, ia membuat Undang-Undang Gwajeon yang secara efektif bertujuan untuk menyita tanah dari tuan tanah kaya dan kelompok bangsawan konservatif Gwonmun, lalu membagi-bagikannya kepada pendukungnya di kelompok Sinjin. Pada tahun 1392 (tahun ke-4 rezim Raja Gongyang), putra ke-5 Yi, Yi Bang-won, demi kesetiaanya pada ayahnya memerintahkan 5 orang untuk mengeksekusi seorang bangsawan pendukung rezim lama bernama Jeong Mong-ju di Jembatan Seonjuk dekat ibukota. Tahun yang sama, Yi menuruntahtakan Raja Gongyang, mengasingkannya ke Wonju dan naik tahta. Dinsati Goryeo berakhir setelah 500 tahun berkuasa.