One night, my friends and I, namely Bila, Rika, and Ulis, wanted to buy seblak. I rode with Bila, while Rika was with Ulis. When we arrived there, the place was very crowded, and we decided to look for another place. Due to our extreme hunger, we decided to take a shortcut to reach our destination quickly.
As we passed through the shortcut, I had an uneasy feeling because the road was deserted, and there were no lights at all. Bila and I were in the front, while Ulis and Rika were behind us. Bila and I noticed a "man" playing with a phone on the road, but we chose to ignore it and continue our journey.
After passing through the shortcut, we arrived at the seblak place. While waiting for our orders, the four of us began to talk. Bila and I asked Ulis and Rika, "Did you notice the man who passed by earlier?" Surprisingly, Ulis and Rika hadn't noticed at all. It was only then that Bila and I realized that we had seen the man "without legs." The man was only facing forward and playing with a phone.
All four of us were trembling while waiting for our seblak orders. Bila and I were the only ones who could see the man without legs, while Rika and Ulis, who were riding on the motorcycle behind us, didn't see him. After our seblak orders were ready, we immediately went home with a sense of fear and anxiety.
Pada suatu malam, saya dan teman-teman saya, yaitu Bila, Rika, dan Ulis, ingin membeli seblak. Saya naik bersama Bila, sedangkan Rika bersama Ulis. Ketika kami sampai di sana, tempatnya sangat ramai, dan kami memutuskan untuk mencari tempat lain. Karena kami sangat lapar, kami memutuskan untuk mengambil jalan pintas agar bisa mencapai tujuan dengan cepat.
Saat kami melewati jalan pintas tersebut, saya merasa tidak nyaman karena jalan itu sepi dan tidak ada lampu sama sekali. Bila dan saya berada di depan, sedangkan Ulis dan Rika berada di belakang kami. Bila dan saya melihat seorang "pria" yang sedang bermain dengan ponsel di jalan, namun kami memilih untuk mengabaikannya dan melanjutkan perjalanan kami.
Setelah melewati jalan pintas tersebut, kami tiba di tempat seblak. Sambil menunggu pesanan kami, kami berempat mulai berbicara. Bila dan saya bertanya kepada Ulis dan Rika, "Apakah kalian melihat pria yang tadi lewat?" Mengejutkannya, Ulis dan Rika sama sekali tidak menyadarinya. Barulah saat itu Bila dan saya menyadari bahwa kami melihat pria tersebut "tanpa kaki." Pria itu hanya menghadap ke depan dan bermain dengan ponsel.
Kami berempat gemetar sambil menunggu pesanan seblak kami. Hanya Bila dan saya yang bisa melihat pria tersebut tanpa kaki, sedangkan Rika dan Ulis, yang naik motor di belakang kami, tidak melihatnya. Setelah pesanan seblak kami siap, kami segera pulang dengan perasaan ketakutan dan kecemasan.
Jawaban:
Pada suatu malam, saya dan teman-teman saya, yaitu Bila, Rika, dan Ulis, ingin membeli seblak. Saya naik bersama Bila, sedangkan Rika bersama Ulis. Ketika kami sampai di sana, tempatnya sangat ramai, dan kami memutuskan untuk mencari tempat lain. Karena kami sangat lapar, kami memutuskan untuk mengambil jalan pintas agar bisa mencapai tujuan dengan cepat.
Saat kami melewati jalan pintas tersebut, saya merasa tidak nyaman karena jalan itu sepi dan tidak ada lampu sama sekali. Bila dan saya berada di depan, sedangkan Ulis dan Rika berada di belakang kami. Bila dan saya melihat seorang "pria" yang sedang bermain dengan ponsel di jalan, namun kami memilih untuk mengabaikannya dan melanjutkan perjalanan kami.
Setelah melewati jalan pintas tersebut, kami tiba di tempat seblak. Sambil menunggu pesanan kami, kami berempat mulai berbicara. Bila dan saya bertanya kepada Ulis dan Rika, "Apakah kalian melihat pria yang tadi lewat?" Mengejutkannya, Ulis dan Rika sama sekali tidak menyadarinya. Barulah saat itu Bila dan saya menyadari bahwa kami melihat pria tersebut "tanpa kaki." Pria itu hanya menghadap ke depan dan bermain dengan ponsel.
Kami berempat gemetar sambil menunggu pesanan seblak kami. Hanya Bila dan saya yang bisa melihat pria tersebut tanpa kaki, sedangkan Rika dan Ulis, yang naik motor di belakang kami, tidak melihatnya. Setelah pesanan seblak kami siap, kami segera pulang dengan perasaan ketakutan dan kecemasan.