Ilustrasi: Konferensi Meja Bundar 1949 | Departemen Penerangan RI /40 Tahun Indonesia Merdeka Jilid 1/Domain Publik
Tepat pukul sepuluh pagi tanggal 17 Agustus 1945, di depan rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta, proklamasi kemerdekaan Indonesia disampaikan ke seluruh dunia.
Namun, Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Sekutu yang lain acuh tak acuh. Mereka tidak peduli bahwa rakyat Indonesia memang sungguh-sungguh berkeinginan untuk merdeka dan bebas dari segala bentuk penjajahan asing.
Itulah sebabnya ketika Perang Dunia Kedua mendekati akhirnya, negara-negara Sekutu bermaksud mengembalikan wilayah bekas jajahan Belanda dan Jepang ini ke pemerintah Belanda. AS, di bawah kepemimpinan Presiden Franklin Delano Roosevelt, sejak semula mendukung rencana itu.
Setelah menimbang-nimbang pentingnya Indonesia bagi kebutuhan ekonomi negara-negara Barat, sejak awal 1942 pemerintah Roosevelt merasa perlu, bahwa wilayah bekas Hindia Belanda ini akan dikuasai oleh sebuah kekuatan Barat. Misalnya kepada Belanda. Tentu saja langkah itu merupakan strategi yang juga penting bagi kemakmuran AS sendiri.
Baskara Tulus Wardaya, SJ dalam bukunya Cold war shadow: United States policy toward Indonesia,1953-1963 (2007) meneroka, bahwa menjelang meletusnya Perang Dunia Kedua, Indonesia menjadi pemasok 33 persen dari kebutuhan karet AS, berikut 10 persen timah, 80 persen minyak kelapa sawit, dan 90 persen kina yang dibutuhkan oleh negeri Paman Sam. Persentase itu menjadi lebih besar lagi bagi negara-negara sekutu Amerika di Eropa.
Pelbagai faktor ekonomi macam itulah yang mendorong para pembuat kebijakan AS pada akhir Perang Dunia Kedua untuk menyusun suatu muslihat guna memastikan bahwa setelah perang tuntas, kepulauan Indonesia akan tetap berada di bawah kendali sekutu mereka. Rencana ini menjadi nyata pada 1944 dalam sebuah kesepakatan awal ihwal masalah-masalah sipil antara Jenderal Douglas McArthur dan Pejabat Letnan Gubernur Belanda Humbertus van Mook.
Jawaban:
Logo Beritagar
BERANDA TELATAH
Benarkah Indonesia merdeka karena Amerika?
Muhammad Iqbal
09:58 WIB - Jumat, 17 Agustus 2018
Ilustrasi: Konferensi Meja Bundar 1949
Ilustrasi: Konferensi Meja Bundar 1949 | Departemen Penerangan RI /40 Tahun Indonesia Merdeka Jilid 1/Domain Publik
Tepat pukul sepuluh pagi tanggal 17 Agustus 1945, di depan rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta, proklamasi kemerdekaan Indonesia disampaikan ke seluruh dunia.
Namun, Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Sekutu yang lain acuh tak acuh. Mereka tidak peduli bahwa rakyat Indonesia memang sungguh-sungguh berkeinginan untuk merdeka dan bebas dari segala bentuk penjajahan asing.
Itulah sebabnya ketika Perang Dunia Kedua mendekati akhirnya, negara-negara Sekutu bermaksud mengembalikan wilayah bekas jajahan Belanda dan Jepang ini ke pemerintah Belanda. AS, di bawah kepemimpinan Presiden Franklin Delano Roosevelt, sejak semula mendukung rencana itu.
Setelah menimbang-nimbang pentingnya Indonesia bagi kebutuhan ekonomi negara-negara Barat, sejak awal 1942 pemerintah Roosevelt merasa perlu, bahwa wilayah bekas Hindia Belanda ini akan dikuasai oleh sebuah kekuatan Barat. Misalnya kepada Belanda. Tentu saja langkah itu merupakan strategi yang juga penting bagi kemakmuran AS sendiri.
Baskara Tulus Wardaya, SJ dalam bukunya Cold war shadow: United States policy toward Indonesia,1953-1963 (2007) meneroka, bahwa menjelang meletusnya Perang Dunia Kedua, Indonesia menjadi pemasok 33 persen dari kebutuhan karet AS, berikut 10 persen timah, 80 persen minyak kelapa sawit, dan 90 persen kina yang dibutuhkan oleh negeri Paman Sam. Persentase itu menjadi lebih besar lagi bagi negara-negara sekutu Amerika di Eropa.
Pelbagai faktor ekonomi macam itulah yang mendorong para pembuat kebijakan AS pada akhir Perang Dunia Kedua untuk menyusun suatu muslihat guna memastikan bahwa setelah perang tuntas, kepulauan Indonesia akan tetap berada di bawah kendali sekutu mereka. Rencana ini menjadi nyata pada 1944 dalam sebuah kesepakatan awal ihwal masalah-masalah sipil antara Jenderal Douglas McArthur dan Pejabat Letnan Gubernur Belanda Humbertus van Mook.