Motif hias pohon kehidupan yang diterapkan dalam pewayangan dinamakan...
josan
Unsur dan Makna Ornamen yang Terkandung dalam Gunungan Pohon hayat atau pohon kehidupan oleh bangsa Indonesia sebagai lambang kehidupan alam semesta, dalam pohon hayat terkandung berbagai falsafah kehidupan. Hal ini terbukti setiap pribadi yang ingin menstabilkan arti pohon hayat yaitu kesejahteraan lahir batin bagi kehidupan umat. Unsur Islam dalam pewayangan, banyak sekali macam ragamnya. Semua dikemas dalam berbagai cerita yang telah berlaku dalam pewayangan, sunan Kalijaga adalah salah seorang wali yang sangat berhasil dalam berdakwah lewat wayang. Gunungan dibuat pada zaman Demak oleh Raden Patah (Sultan Syeh Alam Akbar) sekitar tahun L443. Sebelum pertunjukan wayang dimulai, gunungan diletakkan di tengah-tengah kelir yang merupakan titik pusat jangkauan mata penonton. Gunungan ini merupakan gambar simbolis dari mustika masjid.[14] Gunungan bila/jika balikkan akan menyerupai jantung manusia. Makna yang tersirat tidaklah sembarangan, karena mengandung falsafah Islam. Sebagai orang hidup jantung harus selalu berada di masjid, maka yang perlu diperhatikan pertama-tama dalam hidup ini adalah masjid atau kepentingan beribadah kepada Allah. Gunungan mempunyai tiga sudut: pertama-tama manusia tidak bisa lepas dari tiga hal, yakni Tuhan yang mentakdirkan adanya manusia, kedua manusia dilahirkan lewat permainan asmara oleh ayah dan ibu, sebagai perantara proses terjadinya manusia. Ketiga dalam proses terjadinya manusia juga tidak lepas dari anasir-anasir yang berasal dari bumi, air, angin dan api. Kayon mengandung unsur Ke-Islaman yang sangat mendalam yaitu ajaran keimanan terhadap kekuasaaan Allah dalam menghidupkan segala zat hidup yang ada di langit dan di bumi beserta segala isinya.[15] Hal tersebut dapat dilihat pada gambar (ornamen dan lukisan) dalam gunungan yang mengandung ajaran filsafat. Ki Cipto Sangkono. CA Sangkono Cipto Wandoyo seorang dalang dan dosen pada Institut Seni Indonesia (ISI) di Yogyakarta mengemukakan pendapatnya tentang unsur dan makna gambar (ornamen-lukisan) pada gunungatt:[16]
Pohon hayat atau pohon kehidupan oleh bangsa Indonesia sebagai lambang kehidupan alam semesta, dalam pohon hayat terkandung berbagai falsafah kehidupan. Hal ini terbukti setiap pribadi yang ingin menstabilkan arti pohon hayat yaitu kesejahteraan lahir batin bagi kehidupan umat.
Unsur Islam dalam pewayangan, banyak sekali macam ragamnya. Semua dikemas dalam berbagai cerita yang telah berlaku dalam pewayangan, sunan Kalijaga adalah salah seorang wali yang sangat berhasil dalam berdakwah lewat wayang.
Gunungan dibuat pada zaman Demak oleh Raden Patah (Sultan Syeh Alam Akbar) sekitar tahun L443. Sebelum pertunjukan wayang dimulai, gunungan diletakkan di tengah-tengah kelir yang merupakan titik pusat jangkauan mata penonton. Gunungan ini merupakan gambar simbolis dari mustika masjid.[14]
Gunungan bila/jika balikkan akan menyerupai jantung manusia. Makna yang tersirat tidaklah sembarangan, karena mengandung falsafah Islam. Sebagai orang hidup jantung harus selalu berada di masjid, maka yang perlu diperhatikan pertama-tama dalam hidup ini adalah masjid atau kepentingan beribadah kepada Allah.
Gunungan mempunyai tiga sudut: pertama-tama manusia tidak bisa lepas dari tiga hal, yakni Tuhan yang mentakdirkan adanya manusia, kedua manusia dilahirkan lewat permainan asmara oleh ayah dan ibu, sebagai perantara proses terjadinya manusia. Ketiga dalam proses terjadinya manusia juga tidak lepas dari anasir-anasir yang berasal dari bumi, air, angin dan api.
Kayon mengandung unsur Ke-Islaman yang sangat mendalam yaitu ajaran keimanan terhadap kekuasaaan Allah dalam menghidupkan segala zat hidup yang ada di langit dan di bumi beserta segala isinya.[15] Hal tersebut dapat dilihat pada gambar (ornamen dan lukisan) dalam gunungan yang mengandung ajaran filsafat.
Ki Cipto Sangkono. CA Sangkono Cipto Wandoyo seorang dalang dan dosen pada Institut Seni Indonesia (ISI) di Yogyakarta mengemukakan pendapatnya tentang unsur dan makna gambar (ornamen-lukisan) pada gunungatt:[16]