Mohon bantuannya :) Tuliskan peristiwa DI TII di jawa dan di luar jawa?? Makasih
marcopoe
Peristiwa DI/TII dan cara yang dilakukan pemerintah dalam penanggulangannya DI/TII Jawa Barat dipimpin oleh Soekarmaji Marijan Kartosuwiryo. Gerakan ini merupakan akibat dari Perjanjian Renville. Berdasarkan isi Perjanjian Reville, maka pada tanggal 26 Februari 1948 kesatuan RI (Divisi Siliwangi) harus mengosongkan Jawa Barat. Laskar Hasbullah dan Sabilillah yang berada di bawah pengaruh Kartosuwiryo tetap tinggal di Jawa Barat dan tidak tunduk kepada perjanjian tersebut. Pada saat kekosongan itulah Kartosuwiryo menguasai Jawa Barat dan mendirikan Darul Islam (DI). Pada tanggal 7 Agustus 1949, Kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya Negaa Islam Indonesia (NII) di Malangbong, Tasikmalaya. Gerakannya dinamakan Darul Islam (DI), sedangkan pasukannya dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII), oleh karena itu, gerakan separatis ini dinamai DI/TII. Untuk menanggulangi pemberontakan DI, pemerintah melancarkan operasi “Pagar Betis” di bawah pimpinan Kol. Ibrahim Ajie. Pada tanggal 2 Juni 1962, prajurit Siliwangi di bawah pimpinan Letnan .. melancarkan Operasi Bharata Yudha dan berhasil menangkap Kartosuwiryo di Gunung Geber, Malang. Diperintahkan militer untuk menumpas DI/TII yang dimulai sejak tanggal 27 Agustus 1949 mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :a. DI/TII memanfaatkna medan pegunungan untuk bergerilyab. DI/TII dapat bergerak leluasa di kalangan rakyatc. Kartosuwiryo mendapat bantuan dari orang-orang Belanda, yaitu para pemilik perkebunan dan para pendukung negara Pasundand. Perhatian TNI terpecah dua, yaitu Belanda dan DI/TII Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia, ternyata mendapat simpati dari berbagai daerah di Indonesia, seperti : a. Di Jawa Tengah Gerakan ini diproklamasikan di Desa Pengarasan, kabupaten Tegal pada tanggal 23 Agustus 1949, dan menyatakan diri bergabung dengan Negara Islam Indonesia pimpinan Kartosuwiryo. Gerakan ini dipimpin oleh Amir Fatah, bekas anggota TNI dari kesatuan Hizbullah b. Di Kebumen Gerakan ini dipimpin oleh Mohammad Mahfud Abdulrahman atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kyai Sumolangu. Seperti Amir Fatah, gerakan ini juga menyatakan sebagai bagian dari NII Kartosuwirtyo. Gerombolan ini dapat ditumpas pada tahun 1954 melalui sebuah operasi militer yang diberi nama Operasi Guntur c. Di Kalimantan Selatan Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan dipimpin oleh bekas Letnan Dua TNI yang bernama Ibnu Hajar. Ia menamakan pasukannya sebagai Kesatuan Rakyat yang Tertindas (KRYT). Semula pemerintah bertindak persuasive terhadap gerakan ini, karena Ibnu Hajar bersedia kembali bergabung dengan APRIS. Namun tindakan ini ternyata hanya muslihat Ibnu Hajar supaya pasukannya semakin kuat dan kembali melakukan pemberontakan. Akhirnya pemerintah bertindak tegas dengan menumpas habis gerakan ini pada tahun 1959 d. Di Sulawesi Selatan Kahar Muzakar memulai gerakannya pada tahun 1951 dan menamakan gerakannya dengan Komando Gerakan Gerilya Sulawesi Selatan. Ia menuntut supaya pasukannya dimasukkan ke dalam APRIS dengan nama brigade Hasanudin. Namun tuntutan ini ditolak pemerintah, tetapi pemerintah memberikan wadah bagi pasukan Kahar Muzakar dengan nama Korps Cadangan Nasional. Awalnya Kahar Muzakar menerima tawaran pemerintah ini. Pada saat pasukan ini akan dilantik, Kahar Muzakar dan kelompoknya melarikan diri ke hutan dengan membawa seluruh peralatan militer yang akan digunakan untuk pelantikan. Penipuan Kahar Muzakar ini dibalas pemerintah dengan melakukan operasi besar-besaran dari Divisi Diponegoro. Pada bulan Februari 1965 Kahar Muzakar tertembak mati. e. Di AcehKekecewaan Tengku Daud Beureuh kepada pemerintah, karena hilangnya kedudukan militer dan turunnya status Aceh dari sebuah daerah istimewa menjadi karesidenan, menyebabkan Daud Beureuh menyatakan diri bergabung dengan Negara Islam Indonesia (21 September 1953). Pemerintah berusaha mengatasi pemberontakan ini dengan mendatangkan pasukan dari Sumatera Utara dan Tengah. Karena terus terdesak pasukan Daud Beureuh melakukan pemberontakan dari hutan-hutan, di pegunungan Bukit Barisan. Selain tindakan represif, pemerintah juga melakukan tindakan persuasif dengan mengadakan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh, atas prakarsa Kolonel M. Yasin (Panglima Kodam I ISkandar Muda). Musyawarah ini membawa hasil yang sangat positif, karena Daud Beureuh akhirnya bersedia kembali ke tengah-tengah masyarakat Aceh dan menerima Amnesti dari pemerintah. :D
DI/TII Jawa Barat dipimpin oleh Soekarmaji Marijan Kartosuwiryo. Gerakan ini merupakan akibat dari Perjanjian Renville. Berdasarkan isi Perjanjian Reville, maka pada tanggal 26 Februari 1948 kesatuan RI (Divisi Siliwangi) harus mengosongkan Jawa Barat. Laskar Hasbullah dan Sabilillah yang berada di bawah pengaruh Kartosuwiryo tetap tinggal di Jawa Barat dan tidak tunduk kepada perjanjian tersebut. Pada saat kekosongan itulah Kartosuwiryo menguasai Jawa Barat dan mendirikan Darul Islam (DI). Pada tanggal 7 Agustus 1949, Kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya Negaa Islam Indonesia (NII) di Malangbong, Tasikmalaya. Gerakannya dinamakan Darul Islam (DI), sedangkan pasukannya dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII), oleh karena itu, gerakan separatis ini dinamai DI/TII.
Untuk menanggulangi pemberontakan DI, pemerintah melancarkan operasi “Pagar Betis” di bawah pimpinan Kol. Ibrahim Ajie. Pada tanggal 2 Juni 1962, prajurit Siliwangi di bawah pimpinan Letnan .. melancarkan Operasi Bharata Yudha dan berhasil menangkap Kartosuwiryo di Gunung Geber, Malang. Diperintahkan militer untuk menumpas DI/TII yang dimulai sejak tanggal 27 Agustus 1949 mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :a. DI/TII memanfaatkna medan pegunungan untuk bergerilyab. DI/TII dapat bergerak leluasa di kalangan rakyatc. Kartosuwiryo mendapat bantuan dari orang-orang Belanda, yaitu para pemilik perkebunan dan para pendukung negara Pasundand. Perhatian TNI terpecah dua, yaitu Belanda dan DI/TII Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia, ternyata mendapat simpati dari berbagai daerah di Indonesia, seperti : a. Di Jawa Tengah Gerakan ini diproklamasikan di Desa Pengarasan, kabupaten Tegal pada tanggal 23 Agustus 1949, dan menyatakan diri bergabung dengan Negara Islam Indonesia pimpinan Kartosuwiryo. Gerakan ini dipimpin oleh Amir Fatah, bekas anggota TNI dari kesatuan Hizbullah b. Di Kebumen Gerakan ini dipimpin oleh Mohammad Mahfud Abdulrahman atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kyai Sumolangu. Seperti Amir Fatah, gerakan ini juga menyatakan sebagai bagian dari NII Kartosuwirtyo. Gerombolan ini dapat ditumpas pada tahun 1954 melalui sebuah operasi militer yang diberi nama Operasi Guntur c. Di Kalimantan Selatan Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan dipimpin oleh bekas Letnan Dua TNI yang bernama Ibnu Hajar. Ia menamakan pasukannya sebagai Kesatuan Rakyat yang Tertindas (KRYT). Semula pemerintah bertindak persuasive terhadap gerakan ini, karena Ibnu Hajar bersedia kembali bergabung dengan APRIS. Namun tindakan ini ternyata hanya muslihat Ibnu Hajar supaya pasukannya semakin kuat dan kembali melakukan pemberontakan. Akhirnya pemerintah bertindak tegas dengan menumpas habis gerakan ini pada tahun 1959 d. Di Sulawesi Selatan Kahar Muzakar memulai gerakannya pada tahun 1951 dan menamakan gerakannya dengan Komando Gerakan Gerilya Sulawesi Selatan. Ia menuntut supaya pasukannya dimasukkan ke dalam APRIS dengan nama brigade Hasanudin. Namun tuntutan ini ditolak pemerintah, tetapi pemerintah memberikan wadah bagi pasukan Kahar Muzakar dengan nama Korps Cadangan Nasional. Awalnya Kahar Muzakar menerima tawaran pemerintah ini. Pada saat pasukan ini akan dilantik, Kahar Muzakar dan kelompoknya melarikan diri ke hutan dengan membawa seluruh peralatan militer yang akan digunakan untuk pelantikan. Penipuan Kahar Muzakar ini dibalas pemerintah dengan melakukan operasi besar-besaran dari Divisi Diponegoro. Pada bulan Februari 1965 Kahar Muzakar tertembak mati. e. Di AcehKekecewaan Tengku Daud Beureuh kepada pemerintah, karena hilangnya kedudukan militer dan turunnya status Aceh dari sebuah daerah istimewa menjadi karesidenan, menyebabkan Daud Beureuh menyatakan diri bergabung dengan Negara Islam Indonesia (21 September 1953). Pemerintah berusaha mengatasi pemberontakan ini dengan mendatangkan pasukan dari Sumatera Utara dan Tengah. Karena terus terdesak pasukan Daud Beureuh melakukan pemberontakan dari hutan-hutan, di pegunungan Bukit Barisan. Selain tindakan represif, pemerintah juga melakukan tindakan persuasif dengan mengadakan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh, atas prakarsa Kolonel M. Yasin (Panglima Kodam I ISkandar Muda). Musyawarah ini membawa hasil yang sangat positif, karena Daud Beureuh akhirnya bersedia kembali ke tengah-tengah masyarakat Aceh dan menerima Amnesti dari pemerintah. :D