Di daerah Ruzhou, Provinsi Henan, China, ada seorang anak perempuan berusia 3 tahunan, bernama Qianqian. Dia harus merelakan masa kanak-kanaknya dikorbankan demi merawat ibunya yang lumpuh, akibat tabrak lari.
Di saat anak-anak seusia dia menghabiskan banyak waktu untuk bermain, tapi dia tidak. Ibunya yang bernama Wang Huixian sudah tak bisa lagi berjalan.
Lalu ke mana ayahnya? Pasti dalam benakmu terbesit pertanyaan seperti itu. Ya, ayahnya telah bercerai dan berada entah di mana, sedangkan kakek dan neneknya sudah tiada.
Dia mengambil makanan dan minuman, bahkan membuang kotoran ibunya, selayaknya orang dewasa yang sedang merawat orang sakit. Melihat hal seperti ini, Wang Huixian selaku ibunya kerap kali menangis melihat putrinya.
Di tengah kesusahan dan penderitaan anak dan ibu tersebut, beruntung sekali ada seseorang yang merekam, dan kemudian memostingnya ke media sosial. Sontak langsung mendapat banyak respons positif dari warganet.
Kemudian banyak yang menggalang dana dan mengumpulkan donasi. Dana yang dihasilkan akhirnya dijadikan sebagai biaya operasi kelumpuhan ibu dari Qianqian.
Sekarang mari bertanya ke diri sendiri, apa yang bisa kita lakukan ketika berumur 3 tahunan dulu? Tentunya merengek dan menangis saja. Betapa beruntungnya kita yang bisa menikmati masa kecil bersama orang tua yang sehat dan bersatu.
Pesan moral terdapat pada cerita tersebut ialah kita tidak boleh berputus asa atas masalah yang kita hadapi kita harus menghadapinya dengan sabar dan ikhlas.
Jawaban:
Pesan moral terdapat pada cerita tersebut ialah kita tidak boleh berputus asa atas masalah yang kita hadapi kita harus menghadapinya dengan sabar dan ikhlas.