Menjelaskan perlawanan rakyat aceh dan maluku terhadap Portugis dan Spanyol
Arrafi66
Pada awal abad 16, Portugis mendirikan benteng di Pasai. Sementara itu, Aceh mulai berkembang sejak menjadi pusat kegiatan para pedagang yang dahulu biasa singgah di Malaka. Bahkan Pasai kemudian dikuasai oleh Aceh, sehingga orang Portugis kehilangan tempat berdagang. Perkembangan Aceh yang pesat itu menjadi ancaman terhadap kedudukan Portugis. Di lain pihak, Aceh pun bermaksud menyingkirkan Portugis dari Malaka. Kebencian Aceh terhadap Portugis itu sudah muncul sejak masa pemerintahan Sultan Ali Muqhayat Syah. Bagi Aceh, Portugis bukan hanya saingan di bidang ekonomi, melainkan juga musuh dalam bidang politik dan keagamaan. Untuk itu, Aceh bersekutu dengan Johor untuk melawan Portugis di Malaka. Sekali-sekali kerajaan-kerajaan di pantai utara Jawa pun memberikan bantuan kepada Aceh.
Serangan demi serangan dilakukan ke kedudukan Portugis di Malaka. Upaya menyingkirkan Portugis dari Malaka ini semakin digiatkan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Akan tetapi, penyerangan itu tidak berhasil mengalahkan Portugis. Armada maritim Portugis diperkuat dengan kapal-kapal besar bersenjata lengkap, sedangkan perahu yang dipakai Aceh kecil-kecil, sederhana, dan amat tergantung pada angin. Malaka tidak dapat direbut dari Portugis. Namun di lain pihak, Portugis pun tidak berhasil menaklukkan Aceh. Beberapa kali blokade Portugis dapat ditembus oleh kapal-kapal Aceh, sehingga kegiatan perdagangannya tetap berkembang.
Dari pelajaran sejarah sebelumnya, telah kita ketahui, perlawanan terhadap kehadiran Portugis datang pula dari Kesultanan Demak. Kerajaan ini kerap kali membantu Aceh dalam upaya mendepak Portugis dari Malaka. Pada tahun 1513, armada Demak, yang dipimpin oleh Adipati Yunus, menyerbu Malaka. Keberhasilan Demak menghalau Portugis terbukti dari peristiwa takluknya Sunda Kelapa kepada pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahillah. Pada tahun 1522, Portugis bermaksud mendirikan benteng di Sunda Kelapa, atas ijin Raja Sunda (Prabu Pajajaran). Persekutuan itu dapat digagalkan lima tahun kemudian, saat pasukan Demak menghancurkan kekuatan Portugis di Sunda Kelapa sekaligus menghalau bantuan pasukan Portugis yang didatangkan dari Malaka.
Serangan demi serangan dilakukan ke kedudukan Portugis di Malaka. Upaya menyingkirkan Portugis dari Malaka ini semakin digiatkan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Akan tetapi, penyerangan itu tidak berhasil mengalahkan Portugis. Armada maritim Portugis diperkuat dengan kapal-kapal besar bersenjata lengkap, sedangkan perahu yang dipakai Aceh kecil-kecil, sederhana, dan amat tergantung pada angin. Malaka tidak dapat direbut dari Portugis. Namun di lain pihak, Portugis pun tidak berhasil menaklukkan Aceh. Beberapa kali blokade Portugis dapat ditembus oleh kapal-kapal Aceh, sehingga kegiatan perdagangannya tetap berkembang.
Dari pelajaran sejarah sebelumnya, telah kita ketahui, perlawanan terhadap kehadiran Portugis datang pula dari Kesultanan Demak. Kerajaan ini kerap kali membantu Aceh dalam upaya mendepak Portugis dari Malaka. Pada tahun 1513, armada Demak, yang dipimpin oleh Adipati Yunus, menyerbu Malaka. Keberhasilan Demak menghalau Portugis terbukti dari peristiwa takluknya Sunda Kelapa kepada pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahillah. Pada tahun 1522, Portugis bermaksud mendirikan benteng di Sunda Kelapa, atas ijin Raja Sunda (Prabu Pajajaran). Persekutuan itu dapat digagalkan lima tahun kemudian, saat pasukan Demak menghancurkan kekuatan Portugis di Sunda Kelapa sekaligus menghalau bantuan pasukan Portugis yang didatangkan dari Malaka.