Hanihunn
Karena banyak oknum2 terutama negara inggris yg ingin cepat2 beliau digulingkan. intinya pada takut sma pemeeintahannya beliau makanya akhirnya sukarno melakukan penggulingan kekuasaan dan digantukan soeharto yg ternyata lbih otoriter lgi
0 votes Thanks 0
alberttps247
Jakarta - Indonesianis asal Australia Greg Poulgrain menilai pergolakan politik di Indonesia pada era 1950-1960-an tak lepas dari campur tangan badan intelijen Amerika (CIA). Dalam buku "The Incubus of Intervention, Conflicting Indonesia Strategies of John F Kennedy and Allen Dulles" yang dibedah di LIPI pekan lalu, Poulgrain antara lain menyebut pemberontakan PRRI di Sumatera dan Permesta di Sulawesi sebagai bagian dari taktik CIA untuk memperkuat militer pusat di Indonesia untuk pada waktunya menghancurkan PKI dan Sukarno.
Baca juga: Demi Emas di Papua, CIA Gulingkan Sukarno dan Kennedy
"Melalui bantuan CIA, pemberontakan dapat diperpanjang selama dua tahun bahkan lebih sejak 1957/1958," tulis Poulgrain. Di pihak lain, Angkatan Darat kian solid untuk dapat mengalahkan para pemberontak. Juga pada waktunya menjadi kekuatan penyeimbang PKI yang dekat dengan Presiden Sukarno.
Menurut Tim Weiner dalam buku "Membongkar Kegagalan CIA", niat CIA untuk menyingkirkan Sukarno muncul setelah Dewan Keamanan Nasional lembaga intelijen AS itu memberikan sebuah laporan pada 9 September 1953. Dalam laporan tersebut dibeberkan bahwa situasi Indonesia sudah sangat menakutkan bagi Amerika Serikat.
Musababnya adalah Presiden Sukarno yang terlalu memberi angin bagi komunis untuk berkembang di Indonesia. Jika ini terjadi, menurut CIA, tak akan menguntungkan Amerika.
Laporan CIA tersebut terbantahkan dengan kunjungan Sukarno ke Amerika dan bertemu dengan Presiden Eisenhower. Wakil Presiden AS Richard Nixon yang turut mendampingi Eisenhower mengungkapkan pembicaraan dua kepala negara itu.
"Waktu itu dia meyakinkan Presiden Eisenhower dan juga seluruh rakyat Amerika, 'Aku tidak pernah risau terhadap komunisme. Aku bukan komunis. Percayalah, akan segera aku ringkus mereka kalau berani berbuat macam-macam," kata Richard Nixon seperti dikutip dari buku , Gerakan 30 September: pelaku, pahlawan & petualang' karya Julius Pour.
Toh CIA tetap melanjutkan rencananya untuk menyingkirkan Sukarno dari kursi Presiden RI. Direktur Dinas Keamanan Bersama (Mutual Security Agency) Harold Stassen memberikan masukan kepada Richard Nixon juga kepada Menteri Luar Negeri John Foster Dulles dan Direktur CIA Allen Dulles agar memikirkan pergantian rezim di Indonesia. Rezim Sukarno menurut CIA sangat buruk.
"CIA dengan serius mempertimbangkan pembunuhan terhadap Sukarno di musim semi tahun 1955," tulis Tim Weiner dalam, "Membongkar Kegagalan CIA".
Upaya menggulingkan Sukarno pun terus dirancang oleh CIA. Dari menyusupkan agen CIA cantik ke istana hingga memproduksi film porno mirip Sukarno.
Usaha CIA menggulingkan Sukarno berhasil di tahun 1965 saat meletus peristiwa Gerakan 30 September. Poulgrain menyebut keberhasilan tersebut tak lepas dari peran Allen Dulles mantan Direktur CIA. Allen Dulles menjadi Direktur CIA untuk dua Presiden Amerika Serikat yakni Dwight D. Eisenhower dan Kennedy.
Eisenhower melantik Allen Dulles sebagai Direktur CIA pada 26 Februari 1953 dan 10 November 1960 oleh F. Kennedy. Tahun 1965 saat detik-detik awal kejatuhan Sukarno, Allen Dulles memang tak lagi menjadi Direktur CIA. "Meski tak lagi menjadi Direktur CIA, pengaruh Allen Dulles waktu itu cukup kuat," kata Poulgrain.
Sejarahwan LIPI Asvi Warman Adam meragukan temuan Poulgrain tersebut. Menurut Asvi, Allen Dulles sudah tak jadi direktur CIA saat Kennedy tewas dan kekuasaan Presiden Sukarno tumbang. "Apakah dia (Dulles) masih memiliki kekuasaan dan pengaruh yang kuat saat itu," kata Asvi.
Antonie C.A.Dake dalam buku, "Sukarno File" meyakini bahwa tak ada keterlibatan CIA dalam kejatuhan Bung Karno. "Mustahil bahwa CIA atau organisasi rahasia AS apa pun mempengaruhi, apalagi mendalangi kudeta mau pun kudeta balasan 1 Oktober," kata dia.
Baca juga: Demi Emas di Papua, CIA Gulingkan Sukarno dan Kennedy
"Melalui bantuan CIA, pemberontakan dapat diperpanjang selama dua tahun bahkan lebih sejak 1957/1958," tulis Poulgrain. Di pihak lain, Angkatan Darat kian solid untuk dapat mengalahkan para pemberontak. Juga pada waktunya menjadi kekuatan penyeimbang PKI yang dekat dengan Presiden Sukarno.
Menurut Tim Weiner dalam buku "Membongkar Kegagalan CIA", niat CIA untuk menyingkirkan Sukarno muncul setelah Dewan Keamanan Nasional lembaga intelijen AS itu memberikan sebuah laporan pada 9 September 1953. Dalam laporan tersebut dibeberkan bahwa situasi Indonesia sudah sangat menakutkan bagi Amerika Serikat.
Musababnya adalah Presiden Sukarno yang terlalu memberi angin bagi komunis untuk berkembang di Indonesia. Jika ini terjadi, menurut CIA, tak akan menguntungkan Amerika.
Laporan CIA tersebut terbantahkan dengan kunjungan Sukarno ke Amerika dan bertemu dengan Presiden Eisenhower. Wakil Presiden AS Richard Nixon yang turut mendampingi Eisenhower mengungkapkan pembicaraan dua kepala negara itu.
"Waktu itu dia meyakinkan Presiden Eisenhower dan juga seluruh rakyat Amerika, 'Aku tidak pernah risau terhadap komunisme. Aku bukan komunis. Percayalah, akan segera aku ringkus mereka kalau berani berbuat macam-macam," kata Richard Nixon seperti dikutip dari buku , Gerakan 30 September: pelaku, pahlawan & petualang' karya Julius Pour.
Toh CIA tetap melanjutkan rencananya untuk menyingkirkan Sukarno dari kursi Presiden RI. Direktur Dinas Keamanan Bersama (Mutual Security Agency) Harold Stassen memberikan masukan kepada Richard Nixon juga kepada Menteri Luar Negeri John Foster Dulles dan Direktur CIA Allen Dulles agar memikirkan pergantian rezim di Indonesia. Rezim Sukarno menurut CIA sangat buruk.
"CIA dengan serius mempertimbangkan pembunuhan terhadap Sukarno di musim semi tahun 1955," tulis Tim Weiner dalam, "Membongkar Kegagalan CIA".
Upaya menggulingkan Sukarno pun terus dirancang oleh CIA. Dari menyusupkan agen CIA cantik ke istana hingga memproduksi film porno mirip Sukarno.
Usaha CIA menggulingkan Sukarno berhasil di tahun 1965 saat meletus peristiwa Gerakan 30 September. Poulgrain menyebut keberhasilan tersebut tak lepas dari peran Allen Dulles mantan Direktur CIA. Allen Dulles menjadi Direktur CIA untuk dua Presiden Amerika Serikat yakni Dwight D. Eisenhower dan Kennedy.
Eisenhower melantik Allen Dulles sebagai Direktur CIA pada 26 Februari 1953 dan 10 November 1960 oleh F. Kennedy. Tahun 1965 saat detik-detik awal kejatuhan Sukarno, Allen Dulles memang tak lagi menjadi Direktur CIA. "Meski tak lagi menjadi Direktur CIA, pengaruh Allen Dulles waktu itu cukup kuat," kata Poulgrain.
Sejarahwan LIPI Asvi Warman Adam meragukan temuan Poulgrain tersebut. Menurut Asvi, Allen Dulles sudah tak jadi direktur CIA saat Kennedy tewas dan kekuasaan Presiden Sukarno tumbang. "Apakah dia (Dulles) masih memiliki kekuasaan dan pengaruh yang kuat saat itu," kata Asvi.
Antonie C.A.Dake dalam buku, "Sukarno File" meyakini bahwa tak ada keterlibatan CIA dalam kejatuhan Bung Karno. "Mustahil bahwa CIA atau organisasi rahasia AS apa pun mempengaruhi, apalagi mendalangi kudeta mau pun kudeta balasan 1 Oktober," kata dia.