Walaupun tampaknya ruwet, sebenarnya penjelasannya sederhana saja. Sinar matahari digambarkan datang dari sebelah kanan. Bumi digambarkan di pusat diagram. Bulan ditampilkan pada 8 tahapan-utama dalam masa rotasinya mengelilingi Bumi. Garis putus-putus antara Bumi ke Bulan menunjukkan sudut pandang kita (di Bumi) ke arah Bulan. Untuk menggambarkan bentuk bulan dengan lebih jelas pada setiap tahapan-utamanya, maka disediakan gambar yang lebih nyata disebelah luarnya. Nama fasa bulan ada disamping gambar tersebut.
Satu hal yang harus diperhatikan adalah bahwa hanya separuh permukaan bulan yang akan selalu disinari matahari. Tetapi dalam suatu waktu tertentu, kita akan terkesan bisa melihat kedua sisi bulan (sisi gelap dan sisi terang). Padahal kita tidak mungkin bisa melihat sisi gelap bulan dengan mata telanjang (gambar di atas hanya untuk mendukung penjelasan). Tapi oleh karena itulah kita bisa mengamati berbagai gambaran fasa bulan.
Jadi pada dasarnya gambaran fasa-fasa bulan terjadi akibat perubahan sudut dari garis yang menghubungkan Matahari-Bumi-Bulan sewaktu Bulan mengorbit (mengelilingi) Bumi. Bulan Mati/Baru terjadi pada saat Bulan kurang-lebih berada dalam satu garis lurus di antara Matahari dan Bumi (Kenapa lebih-kurang akan diterangkan di bawah). Seluruh permukaan bulan yang disinari matahari berada di bagian “belakang” bulan, di bagian yang tidak bisa kita lihat dari Bumi.
Pada Bulan Purnama, Bumi, Bulan dan Matahari kembali kurang-lebih berada dalam satu garis lurus, tetapi pada posisi yang berlawanan, sedemikian rupa sehingga seluruh pemukaan bulan yang disinari matahari berhadapan dengan kita. Sisi gelapnya tersembunyi di “belakang”.
Kuartal I dan Kuartal III dari fasa bulan (keduanya sering disebut Bulan Setengah (Half Moon) terjadi bila posisi Bulan, Bumi dan Matahari membentuk sudut 90 derajat sehingga kita melihat persis separuh bagian bulan yang disinari matahari dan separuh bagian lagi gelap.
Dengan mengenal ke empat fasa di atas maka keempat fasa lainnya akan lebih mudah dimengerti, karena semuanya merupakan gambaran dari proses transisi dari satu fasa ke fasa berikutnya.
Untuk memudahkan mengingat dan mengerti keempat fasa lainnya itu kita istilahkan; Sabit (Crescent), Gibbous, Waxing (membesar) dan Waning (mengecil).
Sabit (crescent) menunjukkan fasa dimana bulan terkesan disinari kurang dari separuh permukaannya. Sedangkan Gibbous menunjukkan fasa dimana bulan disinari lebih dari separuh permukaannya. Waxing pada prinsipnya menunjukkan pembesaran atau perluasan penyinaran. Sedangkan Waning adalah pengecilan atau penciutan penyiSetelah fasa Bulan Baru (ijtima), sinarnya mulai membesar, tapi masih kurang dari setengahnya, diistilahkan sebagai Waxing Crescent (Sabit Muda). Setelah Kuartal I (Bulan Setengah), porsi penyinarannya tetap masih bertambah sehingga lebih dari setengahnya, sehingga disebut sebagai Waxing Gibbous. Setelah mencapai Purnama, selanjutnya penyinaran akan mulai mengecil, sehingga disebut Waning Gibbous. Terus mengecil untuk mencapai Kuartal III (Bulan Setengah) untuk selanjutnya menjadi Waning Crescent (Sabit Tua) demikian seterusnya menjadi Bulan Mati atau Bulan Baru (ijtima) kembali.
Orbit Bulan Bulan mengelilingi Bumi dalam waktu 29 hari 12 jam 44 menit 2.8 detik (29,5305882 hari) Waktu ini sebenarnya adalah waktu relatif untuk kita yang berada di bumi. Disebut juga sebagai Synodic Period. Jika dilihat dari luar angkasa waktu yang dibutuhkan Bulan untuk mengelilingi Bumi sebenarnya hanya 27,3217 hari (sekitar 2 hari lebih cepat) disebut sebagai Orbital Period.
Mengapa Synodic Period berbeda dengan Orbital Period? penjelasan sederhananya adalah bahwa kita mengamati Bulan dari Bumi yang juga bergerak mengelilingi matahari. Pada setiap siklus Bulan mengelilingi Bumi, Bumi sendiri sudah bergerak dan bergeser sekitar 1 bulan dari posisi semulanya sewaktu mengorbit Matahari (dalam waktu setahun). Arah orbit Bumi pada Matahari inilah yang menyebabkan lebih panjangnya perhitungan waktu pengamatan dari Bumi.
Pada diagram di atas, Anda mungkin bertanya mengapa pada saat Bulan Mati/Baru, Bulan tidak menghalangi sinar Matahari dan pada saat Bulan Purnama, mengapa Bumi tidak memblok sinar matahari? Sebabnya adalah karena orbit bulan membentuk sudut sekitar 5 derajat terhadap orbit bumi-matahari (seperti terlihat pada diagram di bawah)
Tetapi dari waktu ke waktu dalam setahun, Bumi, Matahari dan Bulan bisa benar-benar dalam satu garis (bukan kurang-lebih lagi). Bila bulan menghalangi Matahari sebagian atau seluruhnya disebut Gerhana Matahari (Solar Eclipse), hal ini hanya bisa terjadi pada saat Bulan Baru/Mati. Pada saat bayang-bayang Bumi menutupi Bulan disebut sebagai Gerhana Bulan (Lunar Eclipse) dan hanya bisa terjadi pada Bulan Purnama. Setiap tahun terjadi 4 – 7 kali gerhana, kebanyakan adalah Gerhana Sebagian. Gerhana Total relatif jarang terjadi
Walaupun tampaknya ruwet, sebenarnya penjelasannya sederhana saja. Sinar matahari digambarkan datang dari sebelah kanan. Bumi digambarkan di pusat diagram. Bulan ditampilkan pada 8 tahapan-utama dalam masa rotasinya mengelilingi Bumi. Garis putus-putus antara Bumi ke Bulan menunjukkan sudut pandang kita (di Bumi) ke arah Bulan. Untuk menggambarkan bentuk bulan dengan lebih jelas pada setiap tahapan-utamanya, maka disediakan gambar yang lebih nyata disebelah luarnya. Nama fasa bulan ada disamping gambar tersebut.
Satu hal yang harus diperhatikan adalah bahwa hanya separuh permukaan bulan yang akan selalu disinari matahari. Tetapi dalam suatu waktu tertentu, kita akan terkesan bisa melihat kedua sisi bulan (sisi gelap dan sisi terang). Padahal kita tidak mungkin bisa melihat sisi gelap bulan dengan mata telanjang (gambar di atas hanya untuk mendukung penjelasan). Tapi oleh karena itulah kita bisa mengamati berbagai gambaran fasa bulan.
Jadi pada dasarnya gambaran fasa-fasa bulan terjadi akibat perubahan sudut dari garis yang menghubungkan Matahari-Bumi-Bulan sewaktu Bulan mengorbit (mengelilingi) Bumi.
Bulan Mati/Baru terjadi pada saat Bulan kurang-lebih berada dalam satu garis lurus di antara Matahari dan Bumi (Kenapa lebih-kurang akan diterangkan di bawah). Seluruh permukaan bulan yang disinari matahari berada di bagian “belakang” bulan, di bagian yang tidak bisa kita lihat dari Bumi.
Pada Bulan Purnama, Bumi, Bulan dan Matahari kembali kurang-lebih berada dalam satu garis lurus, tetapi pada posisi yang berlawanan, sedemikian rupa sehingga seluruh pemukaan bulan yang disinari matahari berhadapan dengan kita. Sisi gelapnya tersembunyi di “belakang”.
Kuartal I dan Kuartal III dari fasa bulan (keduanya sering disebut Bulan Setengah (Half Moon) terjadi bila posisi Bulan, Bumi dan Matahari membentuk sudut 90 derajat sehingga kita melihat persis separuh bagian bulan yang disinari matahari dan separuh bagian lagi gelap.
Dengan mengenal ke empat fasa di atas maka keempat fasa lainnya akan lebih mudah dimengerti, karena semuanya merupakan gambaran dari proses transisi dari satu fasa ke fasa berikutnya.
Untuk memudahkan mengingat dan mengerti keempat fasa lainnya itu kita istilahkan; Sabit (Crescent), Gibbous, Waxing (membesar) dan Waning (mengecil).
Sabit (crescent) menunjukkan fasa dimana bulan terkesan disinari kurang dari separuh permukaannya. Sedangkan Gibbous menunjukkan fasa dimana bulan disinari lebih dari separuh permukaannya. Waxing pada prinsipnya menunjukkan pembesaran atau perluasan penyinaran. Sedangkan Waning adalah pengecilan atau penciutan penyiSetelah fasa Bulan Baru (ijtima), sinarnya mulai membesar, tapi masih kurang dari setengahnya, diistilahkan sebagai Waxing Crescent (Sabit Muda). Setelah Kuartal I (Bulan Setengah), porsi penyinarannya tetap masih bertambah sehingga lebih dari setengahnya, sehingga disebut sebagai Waxing Gibbous. Setelah mencapai Purnama, selanjutnya penyinaran akan mulai mengecil, sehingga disebut Waning Gibbous. Terus mengecil untuk mencapai Kuartal III (Bulan Setengah) untuk selanjutnya menjadi Waning Crescent (Sabit Tua) demikian seterusnya menjadi Bulan Mati atau Bulan Baru (ijtima) kembali.
Orbit Bulan
Bulan mengelilingi Bumi dalam waktu 29 hari 12 jam 44 menit 2.8 detik (29,5305882 hari) Waktu ini sebenarnya adalah waktu relatif untuk kita yang berada di bumi. Disebut juga sebagai Synodic Period. Jika dilihat dari luar angkasa waktu yang dibutuhkan Bulan untuk mengelilingi Bumi sebenarnya hanya 27,3217 hari (sekitar 2 hari lebih cepat) disebut sebagai Orbital Period.
Mengapa Synodic Period berbeda dengan Orbital Period? penjelasan sederhananya adalah bahwa kita mengamati Bulan dari Bumi yang juga bergerak mengelilingi matahari. Pada setiap siklus Bulan mengelilingi Bumi, Bumi sendiri sudah bergerak dan bergeser sekitar 1 bulan dari posisi semulanya sewaktu mengorbit Matahari (dalam waktu setahun). Arah orbit Bumi pada Matahari inilah yang menyebabkan lebih panjangnya perhitungan waktu pengamatan dari Bumi.
Pada diagram di atas, Anda mungkin bertanya mengapa pada saat Bulan Mati/Baru, Bulan tidak menghalangi sinar Matahari dan pada saat Bulan Purnama, mengapa Bumi tidak memblok sinar matahari? Sebabnya adalah karena orbit bulan membentuk sudut sekitar 5 derajat terhadap orbit bumi-matahari (seperti terlihat pada diagram di bawah)
Tetapi dari waktu ke waktu dalam setahun, Bumi, Matahari dan Bulan bisa benar-benar dalam satu garis (bukan kurang-lebih lagi). Bila bulan menghalangi Matahari sebagian atau seluruhnya disebut Gerhana Matahari (Solar Eclipse), hal ini hanya bisa terjadi pada saat Bulan Baru/Mati. Pada saat bayang-bayang Bumi menutupi Bulan disebut sebagai Gerhana Bulan (Lunar Eclipse) dan hanya bisa terjadi pada Bulan Purnama. Setiap tahun terjadi 4 – 7 kali gerhana, kebanyakan adalah Gerhana Sebagian. Gerhana Total relatif jarang terjadi