Mengapa Sekutu datang ke Indonesia dengan memboncengi NICA?
danieljoshua
Semenjak Jepang menyerah kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945 secara hukum tidak lagi berkuasa di Indonesia. Pada tanggal 10 September 1945 Panglima Bala Tentara Kerajaan Jepang di Jawa mengumumkan bahwa pemerintahan akan diserahkan kepada Sekutu dan tidak kepada pihak Indonesia. Pada tanggal 14 September 1945 Mayor Greenhalgh datang di Jakarta. la merupakan perwira Sekutu yang pertama kali datang ke Indonesia. Tugas Greenhalgh adalah mempelajari dan melaporkan keadaan di Indonesia menjelang pendaratan rombongan Sekutu. Pada tanggal 29 September 1945 pasukan Sekutu mendarat di Indonesia antara lain bertugas melucuti tentara Jepang. Tugas ini dilaksanakan Komando Pertahanan Sekutu di Asia Tenggara yang bernama South East Asia Command (SEAC) di bawah pimpinan Lord Louis Mountbatten yang berpusat di Singapura. Untuk melaksanakan tugas itu, Mountbatten membentuk suatu komando khusus yang diberi nama Allied Forces Netherland East Indies (AFNEI) di bawah Letnan Jenderal Sir Philip Christison. Adapun tugas AFNEI di Indonesia adalah : 1. menerima penyerahan kekuasaan dari tangan Jepang; 2. membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu; 3. melucuti dan mengumpulkan orang Jepang untuk kemudian dipulangkan; 4. menegakkan dan mempertahankan keadaan damai untuk kemudian diserahkan kepada pemerintah sipil; dan 5. menghimpun keterangan dan menuntut penjahat perang. Pasukan AFNEI mulai mendarat di Jakarta pada tanggal 29 September 1945 yang terdiri dari tiga divisi yaitu : 1. Divisi India ke-23, di bawah pimpinan Mayor Jendral D.C. Hawthorn yang bertugas untuk daerah Jawa Barat; 2. Divisi India ke-5, di bawah pimpinan Mayor Jenderal E.C. Marsergh yang bertugas untuk daerah Jawa Timur; 3. Divisi India ke-26, di bawah pimpinan Mayor Jenderal H.M. Chambers yang bertugas untuk daerah Sumatra. Pasukan-pasukan AFNEI hanya bertugas di Sumatera dan Jawa, sedangkan untuk daerah Indonesia lainnya diserahkan tugasnya kepada angkatan perang Australia.
Pada mulanya kedatangan Sekutu disambut dengan senang hati oleh bangsa Indonesia. Hal ini karena mereka mengumandangkan perdamaian. Akan tetapi, setelah diketahui bahwa Sekutu secara diam-diam membawa orangorang Netherland Indies Civil Administration (NICA), yakni pegawai-pegawai sipil Belanda maka bangsa Indonesia curiga dan akhirnya menimbulkan permusuhan.
Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945
secara hukum tidak lagi berkuasa di
Indonesia. Pada tanggal 10 September 1945
Panglima Bala Tentara Kerajaan Jepang di
Jawa mengumumkan bahwa pemerintahan
akan diserahkan kepada Sekutu dan
tidak kepada pihak Indonesia. Pada
tanggal 14 September 1945 Mayor
Greenhalgh datang di Jakarta. la merupakan
perwira Sekutu yang pertama kali
datang ke Indonesia. Tugas Greenhalgh
adalah mempelajari dan melaporkan
keadaan di Indonesia menjelang pendaratan
rombongan Sekutu.
Pada tanggal 29 September 1945 pasukan Sekutu mendarat di Indonesia antara
lain bertugas melucuti tentara Jepang. Tugas ini dilaksanakan Komando Pertahanan
Sekutu di Asia Tenggara yang bernama South East Asia Command (SEAC) di bawah
pimpinan Lord Louis Mountbatten yang berpusat di Singapura. Untuk melaksanakan
tugas itu, Mountbatten membentuk suatu komando khusus yang diberi nama Allied
Forces Netherland East Indies (AFNEI) di bawah Letnan Jenderal Sir Philip Christison.
Adapun tugas AFNEI di Indonesia adalah :
1. menerima penyerahan kekuasaan dari tangan Jepang;
2. membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu;
3. melucuti dan mengumpulkan orang Jepang untuk kemudian dipulangkan;
4. menegakkan dan mempertahankan keadaan damai untuk kemudian diserahkan
kepada pemerintah sipil; dan
5. menghimpun keterangan dan menuntut penjahat perang.
Pasukan AFNEI mulai mendarat di Jakarta pada tanggal 29 September 1945
yang terdiri dari tiga divisi yaitu :
1. Divisi India ke-23, di bawah pimpinan Mayor Jendral D.C. Hawthorn yang
bertugas untuk daerah Jawa Barat;
2. Divisi India ke-5, di bawah pimpinan Mayor Jenderal E.C. Marsergh yang
bertugas untuk daerah Jawa Timur;
3. Divisi India ke-26, di bawah pimpinan Mayor Jenderal H.M. Chambers yang
bertugas untuk daerah Sumatra.
Pasukan-pasukan AFNEI hanya bertugas di Sumatera dan Jawa, sedangkan untuk
daerah Indonesia lainnya diserahkan tugasnya kepada angkatan perang Australia.
Pada mulanya kedatangan Sekutu disambut dengan senang hati oleh bangsa
Indonesia. Hal ini karena mereka mengumandangkan perdamaian.
Akan tetapi, setelah diketahui bahwa Sekutu secara diam-diam membawa orangorang
Netherland Indies Civil Administration (NICA), yakni pegawai-pegawai sipil
Belanda maka bangsa Indonesia curiga dan akhirnya menimbulkan permusuhan.